Good Morning, Birthday Girl

16 5 8
                                    

Dingin. Perlahan kesadaranku ditarik ke permukaan, yang bisa kurasakan hanyalah udara dingin, meskipun aku sudah menggulung tubuhku di dalam selimut. Kutarik selimutku dan kurengkuh badanku lebih dekat lagi, sebisa mungkin memaksimalkan seluruh kehangatan yang bisa kudapatkan.

Tiba-tiba aku mendengar suara derit kasurku, seseorang baru saja merangkak mendekatiku. Sebuah tangan menyibakkan selimutku pelan, aku mencegahnya dengan mencengkram erat selimutku dan mengerang malas. Sebelum aku bisa protes lebih jauh, sosok itu menarikku dalam pelukannya yang hangat, jauh lebih hangat dari selimutku. Aku merasakan tubuhku meleleh dalam kehangatannya, otot mukaku yang tegang dalam dingin kini mulai rileks dan tanpa kusadari sudut bibirku terangkat, merasa sangat nyaman. Sebuah tangan yang besar membelaiku, menyisir rambutku pelan, merapikan anak-anak rambutku yang berlarian.

Kurasakan hembusan nafas yang wangi dan hangat, mendekati wajahku. Dia mengecup keningku, "Selamat pagi." Aku bisa merasakan senyumannya hanya dari nada suaranya. Perlahan aku membuka mata, ingin melihat dengan langsung senyuman itu. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, berusaha membiasakan diri dengan cahaya yang masuk dari jendela. Sejak kapan jendelanya terbuka? Pasti karena itulah tadi aku tiba-tiba merasa kedinginan.

Aku tak mampu protes seberapapun aku ingin, karena perasaan kesal itu luluh dengan hangatnya senyuman yang menyambutku. Aku menatapnya, melihat ke dalam matanya yang begitu indah. Ia membelaiku sekali lagi, "Tidakkah aku akan mendapatkan balasan?" Aku tersenyum, merasa begitu terberkati dengan keindahan di depanku. "Pagi, Koki."

Kulingkarkan lenganku di pundaknya, menarik tubuhku lebih dekat menuju kehangatannya, dan bersandar padanya dengan malas.

"Piknik di taman atau jalan-jalan ke taman bermain? Kau lebih suka yang mana?" tanyanya sembari perlahan menegakkan posisiku.

"Hm?" Kini kami duduk berhadapan, tangannya ditangkupkan di kedua pipiku, membuatku menatapnya langsung. Ah, indah sekali.

"Kau tidak ingat ini hari apa?" Aku ingat, Mana mungkin aku tidak ingat. Tapi aku menggeleng, aku ingin membuat dia sendiri yang mengatakannya.

"Selamat ulang tahun, baby." Ia mengecup keningku, memberikan sebuah gelombang kehangatan yang menyapu seluruh tubuhku.

Aku menatapnya, memperhatikan seluruh detail wajahnya, matanya, hidungnya, bibirnya, tulang pipi dan rahangnya, semuanya. Sebuah pahatan mahakarya yang tidak ada duanya. Dua bintik di bawah sudut mata kanannya, satu bintik di hidungnya, dua di rahang kirinya dan satu lagi yang sedikit tersamarkan oleh merahnya bibirnya, semua bintik itu bagaikan rasi bintang yang menambah keindahannya. Aku tidak pernah habis bertanya-tanya bagaimana bisa seseorang di bumi ini demikian indah. Apakah Tuhan tidak salah mengirim malaikatnya ke bumi?

"Jadi? Kau lebih suka yang mana?" Sepertinya ia menyadari aku terlalu banyak menatapnya, ada semburat merah samar, yang berusaha keras ia tutupi dan kembali menatapku, menunggu sebuah jawaban.

Kedua pilihan yang ia berikan sama-sama terdengar menarik, tapi kalau aku disuruh memillih, maka aku tahu pasti jawaban apa yang akan aku berikan.

"Tidak keduanya." Menarik memperhatikan ekspresi mukanya yang menyiratkan kesedihan samar begitu mendengar jawabanku, dan aku tahu ia akan memberikan ekspresi yang lebih menarik ketika aku melanjutkan perkataanku, "Aku ingin di rumah saja, melewati hari berdua denganmu, menikmati masakanmu, membaca buku, mendengarkan musik, bersantai dan melewati hari seolah dunia ini hanya milik kita berdua."

Jika ada sebuah kesempurnaan tepat berada di hadapanku, apa lagi hadiah ulang tahun yang bisa kuharapkan selain dirinya?

Ia tersenyum malu. Di balik seluruh sikapnya yang romantis dan selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk memberiku perasaan terlindungi, ada sebuah sosok yang begitu imut dan pemalu, yang membuatku semakin mencintainya dan ingin memonopolinya untuk diriku sendiri.

Berusaha menutupi dirinya yang tersipu, ia mendekapku, terdiam sesaat untuk membangun kembali dirinya dan berkata, "Pilihan yang tepat, selamat ulang tahun sayang."

Aku tidak bisa merasa lebih bahagia dari ini, kado terindah yang pernah kudapatkan.

Good Morning, Birthday GirlWhere stories live. Discover now