1. Blind date, again?

5.3K 362 8
                                    

Larisa mendatangi Valleria di apartemen sahabatnya itu. Valle, biasanya Larisa memanggilnya seperti itu. Ini hari Minggu, kemungkinan besar Valleria masih berada di apartemennya. Sebenarnya Larisa ingin mengunjungi rumah Frans, tetapi ia baru ingat sudah tiga hari ini tak ada kabar dari sahabat prianya itu.

Larisa menekan bel, tetapi tak ada yang membukakan pintu apartemen Valleria. Valleria tinggal di apartemen yang cukup mewah, jadi bisa dikatakan apartemen Valleria sangat besar. Kembali Larisa menekan bel, namun lagi-lagi tak ada yang membukakan pintu. Akhirnya Larisa memilih jalan terakhir membuka pintu apartemen Valleria dengan menekan password yang ia ingat.

Bip,

Bunyi tersebut menandakan pintu apartemen telah terbuka. Perlahan Larisa mulai menjejakan kakinya memasuki ruangan mewah pada apartemen Valleria.

Harum pengharum ruangan memasuki indera penciuman Larisa. Pengharum ruangan yang dapat memberikan ketenangan pada siapa saja yang menghirupnya. Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat menyaksikan dengan mata telanjangnya, Valleria yang sedang bercinta dengan sang kekasih.

"Astaga!! Valle!!" Larisa berteriak lalu segera membalikkan badannya.

Walaupun wanita itu polos, tetapi Larisa tahu kalau posisi seperti itu adalah posisi bercinta. Tapi, Larisa baru tahu bahwa bercinta tidaklah harus diatas ranjang. Buktinya Valleria dan sang kekasih tengah bercinta di atas sofa yang berada di ruang televisi.

"Astaga Larisa, cepat sekali kau datang?" ucap Valleria terkejut. Desahan wanita itu dengan sang kekasih, Alexandro saling bersahutan.

"Aku 'kan sudah bilang akan sampai setengah jam lagi, Valle!!" kata Larisa tanpa harus menghadap ke arah keduanya. "Cepat selesaikan urusan kalian, sebelum aku merekam kelakuan kalian dan menyebarluaskannya di media sosial!!" ancam Larisa.

Terdengar kasak kusuk dibelakang Larisa, entah apa yang dilakukan oleh pasangan kekasih itu. Namun telinganya menangkap dengan jelas perkataan Valleria.

"Sayang, ayo kita pindah ke kamar," ajakan Alex ditanggapi oleh Valleria yang melengguh.

"Aku bilang hentikan, Valle!!"

"Ayo sayang kita ke kamar!" Sekali lagi Alexandro mengajak tanpa mempedulikan sahabat kekasihnya itu.

Dari ujung matanya, Larisa bisa melihat Alex menggendong Valleria sambil kembali menganyunkan pinggul Valleria. Mereka berjalan dengan ketelanjangan memasuki sebuah kamar. Dan bisa Larisa tebak mereka akan melanjutkan dan tidak akan keluar dalam waktu setengah jam.

Dua jam kemudian,

Larisa mengonta-ganti saluran televisi yang menyajikan berbagai film keluarga di hari Minggu. Ia sungguh bosan menunggu pasangan yang tengah bercinta itu, entah kapan pasangan tersebut akan menyelesaikan kegiatan mereka.

Larisa mengalihkan pandanganya menatap lantai yang berserakan oleh pakaian yang Larisa yakini itu semua adalah hasil perbuat mereka sebelum akhirnya pakaian tersebut tergeletak tak bertuan dilantai yang dingin.

Ia menarik nafas kemudian menghembuskannya secara perlahan.
Larisa memang tidak mendengar suara desahan yang mengalun di telinganya, karena yang ia tahu kamar Valleria dilengkapi oleh fasilitas kedap suara. Sehingga tidak mungkin terdengar oleh Larisa.

"Larisa, i'am sorry, baby." Valleria keluar dari pesembunyiannya mendekati Larisa yang terduduk malas.

Larisa mendengus kesal. Apalagi ditambah dengan melihat penampilan Valleria yang hanya berbalut jubah, yang Larisa yakini didalam sana tidak ada apa-apa lagi.

Frans & Larisa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang