Beberapa anak merapati mading sekolah. Mencoba memperkecil celah yang semula tengah merajalela. Dari kelas enam, sampai kelas dua belas. Mereka harus berlomba-lomba mendapat info terkini agar menjadi siswa yang update. Disinilah aku berdiri, diantara siswa yang berebutan, layaknya segerombolan orang yang mengantre sembako. Aku menyelinap dengan tubuhku yang mungil.
Sekolah ini merupakan sekolah satu-satunya di kota ini. Walaupun demikian kualitasnya sama seperti sekolah pada umumnya. Negeri kami terdiri dari enam kota, Kota Gastrick, Kota Oxgard, Kota Karsye, Kota Ghors, Kota . Kota Oxgard, disinilah tempatku berada.
Aku mengamati kata demi kata yang tersusun menjadi sebuah ranking, untuk bisa menjawab soal yang terus berputar dikepalaku.
Apakah namaku ada? Apakah aku akan mengikuti sayembara?
Kegiatanku berhenti ketika sebuah tangan memukul punggungku keras. Sukses mengagetkanku.
"Hei, Fresca. Tenanglah....namamu ada kok," Pyf merangkul bahuku. "Disini!"
Ia menunjuk salah satu nama yang membuatku perlu membulatkan mata sempurna.
Fresca Castrie Veries
Sialan!!! Aku mengikuti sayembara terkutuk itu!?
"Hei, Pyf....bagaimana dengamu?" aku melirik padanya. "Apakah namamu ada?"
Pyf mengangguk semangat. Dari senyumannya, kurasa terlihat jelas jika rasa simpatinya sudah menarik akal sehatnya. Dia gila. Bukankah seharusnya ia ketakutan setengah mati?
Bagaimana tidak? Sayembara yang diikuti setiap kota, dan harus mengirimkan enam siswa-siswi terbaik. Bukan semacam sayembara memanah, atau sayembara menyelamatkan diri dari kejaran singa. Sayembara ini sangatlah liar.
Mula-mulanya mereka akan ditempatkan pada hutan terlarang seluas tiga puluh lima kilometer. Misi yang harus mereka lakukan adalah menemukan seorang atau sekelompok anak indigo. Kemudian membunuhnya.
Kenapa harus anak indigo? Negara kami menyebut mereka dengan anak pembawa sial. Karena itu anak indigo harus dibunuh.
Parahnya lagi, ketika semua tim memasuki hutan. Maka secara otomatis, mereka akan dipilih anak yang direncanakan menjadi target. Dengan kata lain orang itu akan menjadi indigo, tentu saja hal ini dipilih secara acak. Bukankah jika seperti itu setiap anak harus mempertahankan nyawanya?
Pyf masih terus tersenyum. Kurasa, dari senyumannya tertera jelas jika dia sangat bahagia saat ini. Sebuah cekungan kecil dipipinya, yang disebabkan tarikan bibirnya.
"Apa yang membuatmu seperti ini, Pyf?"
"Karena aku dan kau akan mengikuti sayembara itu~"
"Apakah kau sudah gila?"
"Tidak, Fresca. Ayolah.....ini sayembara yang menyenangkan!" Pfy menarik napas panjang. "Team kita terdiri dari Kak Ravie, mantan ketua basket. Kak Hannie, mantan pelatih kendo. Gissele, penunjuk arah. Kau, terampil dalam menggunakan segala senjata. Aku, pemenang lomba sprint nasional. Ummmm.....siapa lagi?"
"Kak Grey, kudengar ia ahli menggali informasi," tambahku sambil menghela napas lelah.
"Ya, benar! Kak Grey!!!" Ia girang.
Aku benar-benar tak tahan mendengarnya. Jika menurutku ini sebuah kutukan, tapi bagi Pyf ini adalah permainan.
Atau mungkin ia seperti ini. Karena ingin membalas kematian kakaknya yang meregang nyawa pada sayembara terkutuk ini.
Aku menginjak kaki Pyf. Ia menghentikan langkahnya.
"Ada apa?" Ia memincingkan matanya kepadaku.
"Menurutmu, kapan kita latihan, Pyf?"
"Kurasa sebentar la--"
Bel sekolah berbunyi. "Dimohon kepada enam siswa perwakilan sekolah yang akan mengikuti sayembara. Harap meuju ruang kepala sekolah. Terima kasih."
Pyf memperlihatkan senyum anehnya. "Ayo, jangan sampai telat!" Pfy menarik lenganku dan segera berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Black Shadow Forest
AdventureSayembara terkutuk yang harus diikuti Fresca dan yang lain. Misi utamanya adalah, menemukan anak atau sekelompok indigo, kemudian membunuhnya. Dan parahnya lagi, setiap anak diperbolehkan untuk membunuh setiap anak yang ia curigai sebagai anak indig...