12. Setelah Sekian Lama..

20 2 0
                                    


Part ini, masih Keyva sama Edwin sengaja buat lebih banyak karena mereka belum pernah aku pertemukan. Ciee.. yang ketemu. Wkwkwk.

Hanya sudut pandang yang berbeda.

Happy Reading!

--------------------

Edwin Pov

Aku tidak menyangka, jika Keyva akan ke kantor ku untuk membicarakan tentang dirinya yang akan menjadi pengacaraku di kasus ini. Betapa senangnya aku, saat sekertarisku mengatakan informasi tentang Keyva yang akan datang, kemarin sore melalui panggilan telepon. Bahkan aku lebih banyak tersenyum setelah mendapatkan informasi tersebut. Mama saja sampai heran dengan tingkah ku yang tidak seperti biasanya.

Aku hanya menjawab, "Aku seperti biasanya, Ma".

"Tidak sayang, wajahmu lebih bersinar dari biasanya apakah masalah pekerjaan yang membuatmu senang? Bahkan kau bersiul setelah keluar kamar hingga sampai di depan Mama". Ucap Mama antusias.

"Coba tebak Ma". Aku masih tersenyum lebar di depan Mama, sambil mengedipkan sebelah mataku.

"Kau tidak melakukan hal yang buruk bukan seperti pria dan wanita di..". Sela Mama dengan tatapan curiganya terhadapku, akan tetapi aku sudah menyelanya, " Tentu saja tidak Ma. Aku tidak ingin Mama memecatku sebagai anak". Aku tersenyum geli dengan ucapanku sendiri. Yah, walaupun aku pernah mendapatkan julukan playboy tapi itu dulu saat aku masih kuliah. Sekarang aku ingin perempuan yang serius bukan perempuan one night stand, lagi.

Lagi pula sejak Mama mengalami serangan jantung dulu dan mengalami kritis beberapa hari, Mama memintaku untuk berjanji tidak melakukannya lagi. Tentu saja aku menyetujuinya. Bagaimanapun Mamalah yang akan menang. Bahkan Mama melakukan hal yang sama terhadap adik kecilku untuk tidak menghabiskan uangnya dengan shopping yang sangat berlebihan, menurut Mama. Bagiku itu hal yang wajar bukan? Sebenarnya adik kecilku terlalu di manja sehingga membuat keinginanya selalu dituruti. Hanya itulah yang salah, sikap adik kecilku tergolong baik.

"Selamat pagi semuanyaa". Aku memutar kedua bola mataku malas dengan suara adik kecilku. Tidak biasanya dia bangun sepagi ini dan mengikuti ritual sarapan yang akan kami-maksudku sekeluarga lakukan.

"Papa mana Ma". Tanyaku kepada Mama, tidak biasanya Papa belum muncul di meja makan.

"Papa sudah berengkat tadi pagi sekali".

"Emangnya pergi kemana Ma?". Ucap Adik kecilku yang bernama Feza.

"Papa pergi ke Bandung untuk melihat perkembangan secara langsung resort yang masih dalam tahap pembangunan". Mama mengatakannya sambil menyiapkan makanan di meja makan untuk kami sarapan.

"Kenapa tidak kau saja yang pergi". Sela Feza adik kecilku.

"Panggil Kakakmu dengan sopan Feza! Lagipula Kakakmu beberapa hari yang lalu melakukan kunjungan ke Inggris". Aku tersenyum. Mama selalu membelaku.

"Iya aku tau. Pergi ke negara Inggris sampai adiknya yang manis ini tidak diajak. Kakak macam apa itu". Feza mengatakannya sambil melirikku.

"Sepertinya ada yang menyidirku". Aku tidak menghiraukan sindiran Feza dan tetap memakan sarapanku dengan hikmat.

"Baguslah, kalau Kak sadar".

"Hentikan perdebatan kalian. Mama tidak suka ada yang berdebat di meja makan. Feza kau harus Meminta maaf kepada Kakakmu dan kau Edwin minta maaf juga karena tidak mengajak adikmu". Ucap Mama tegas kepada kami.

Ladies vs. GentlemenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang