BAB 19

14.7K 567 57
                                    

"Kaa-cama, Nawaki-nii dan Boluto-nii beltengkal lagi".  Ucap gadis kecil berusia tiga tahun yang masih belum bisa berbicara R sambil berlari menuju wanita yang dia panggil ibu.

Tak lama berselang gedebukan langkah kaki kecil menyusul dibelakang gadis kecil itu. "Bohong!. kami tidak bertengkar kok. Ya kan Nii-chan? " kata Bocah pirang kepada kakak kembarnya. Kepala berhelai biru kehitaman itu menganggguk dengan antusias menjawab pertanyaan adik kembarnya.

"Sudahlah lebih baik kalian bangunkan saja Tou-chan kalian."

Perkataan dari sang ibu sukses memunculkan seringai iblis di ketiga bibir mungil mereka. Saling memandang satu sama lain dan mengangguk. "Baik!" Ucap mereka kompak sambil berlari ke arah kamar ayahnya, Meninggalkan wanita bersurai indigo pendek sebahu yang menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan para buah hatinya.

Tapi itu hanya sebentar. Karena setelahnya, seringai yang lebih sadis dari anak-anaknya terukir di bibir cantik wanita itu. 'Khu khu khu' . Author merinding seketika.

.

.

.

Disebuah Ranjang king size terdapat sesosok lelaki sedang tertidur pulas. Mengabaikan fakta bahwa kamar yang ditempatinya sangatlah jauh dari kata rapi. Ini semua akibat dari perbuatannya dengan sang istri yang bermain kuda-kudaan hingga pukul empat dini hari.

Krieet...

Pintu terbuka menampakkan tiga sosok kecil yang terlihat tidak begitu jelas karena lampu ruangan sudah mati sejak tadi.

Tap tap tap

Langkah kaki dari ketiga sosok mungil itu teredam oleh suara dengkuran dari sosok dewasa yang sedang tertidur nyaman diatas ranjangnya. Mereka bertiga mengendap-endap dengan seringai iblis warisan orang tuanya tetap bertengger manis dimasing-masing bibir mereka.

"Apa ini?" Tanya si bungsu yang membuat kedua kakak kembarnya menoleh demi mencari tahu maksud dari adiknya. "Bentuknya sepelti balon ya nii-cama!". Seru sang adik bungsu kegirangan. Kedua kakaknya hanya mengangguk mengiyakan. "Nanti kau tanya saja pada kaa-chan, Hima!", Kata Nawaki. Gadis kecil yang dipanggil Hima hanya mengangguk dan mengantongi benda yang mirip balon ke dalam saku piyamanya. Kalian tahu kan apa itu.

Mereka kembali mengendap-endap menuju ke arah ranjang. Setelah sampai mereka serentak menggelengkan kepalanya prihatin. Sosok dewasa yang sering mereka sebut ayah itu tertidur dengan sangat tidak elit. Mulut menganga, Air liur bahkan mengalir seperti air terjun Niagara, Dan jangan lupakan suara dengkuran yang demi dewa jashin kepunyaan paman Hidan sangat mirip seperti suara Babi. Benar-benar sikap tidur yang buruk. Menjijikkan.

Evil smirk kembali muncul dari ketiganya. Sang sulung Nawaki memandang kedua adiknya seolah memberi kode terselubung lewat tatapan matanya. Kemudian mereka bersama-sama menggukkan kepala. Sang putra kedua mengacungkan tiga jari keudara dan menghitung mundur.

Semua mengambil ancang-ancang. Dan dihitungan terakhir mereka semua melompat tinggi dan menjatuhkan diri mereka pada sosok tidak berdosa diatas Ranjang itu.

"BANGUN AYAH PEMALAS!"

Bersamaan dengan itu tubuh montok ketiganya jatuh menindih sang ayah. Bagai tertindih berpuluh-puluh kilogram beton, Naruto membulatkan matanya kaget karena menerima serangan dari para malaikat kecilnya. Dipaksa terbangun seperti ini sungguh menyakitkan. Mau marah juga tidak mungkin jadi dia hanya mampu berteriak.

"GGAAAAAHHH!! ".

Seorang wanita yang sedang menata masakannya diatas meja sempat terkaget mendengar teriakan tersiksa seseorang. Tapi itu tidak berlangsung lama. Karena setelahnya, wanita itu kembali melakukan kegiatan yang sempat tertunda dengan senyum dan berguman

HAIYU NO HENTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang