Ketahuilah bahwa aku bukan wanita baik jika bukan allah menutupi aib-aibku, sungguh kegelapan pada masa kelamku lah yang memaksa dan menyeretku untuk berjalan dijalur ini. Sungguh takdir allah adalah suatu hal yang tak dapat kita prediksi
Allah menurunkan wahyu padaku melalui rahim ibu, kemudian disayangilah dalam kandungan nya, ibu jaga dan ibu perjuangkan nyawanya, dalam setiap keringat nya seakan masih dapat terdengar doa kasih sayang ibu, harapan ibu, panjatan doa ibu dan disetiap rasa sakit bagaikan nafas kehidupan ku yang ia berikan. (Subhanallah semoga ibu selalu dalam lindungan nya)
kemudian terlahirlah aku dengan nama Yolanda Sri Wulandari, sebuah nama panggilan yang akan disebut sebut oleh ibuku untuk mendoakan ku, sebuah nama yang akan disebut dalam segala kesempatan cibiran orang munafik, sebuah nama yang akan disebut oleh seorang yang entah kapan datang nya.
aku bukanlah satu satu nya anak ibu yang harus ia jaga, aku mempunyai kakak laki-laki yang usianya 4 tahun lebih tua dariku, aku memanggilnya dengan sebutan 'abang'.
Tahun ke tahun aku dibesarkan beriringan dengan abang, segala yang telah ibuku ajarkan pada abang maka ia ajarkan juga padaku, ia menyayangi kami tak pandang bulu
Tapi sungguh tiada yang kami sesali dari kehidupan ini kecuali satu hal.
"Seorang Ayah"Usiaku masih 5 tahun saat masih bersekolah di TK Kartini, sungguh apalah yang bisa aku fikirkan dan harapkan pada saat itu melihat diriku yang tak mengerti mana yang baik dan buruk namun hari hari tak ada beban yang tersirat dari bocah seumur biji kacang itu selain bermain bermain dan bermain.
Entah bagaimana aku ceritakan cerita ini kepada pembaca ketika ingatan itu pudar seakan tak mengizinkan ku melihatnya kembali, yang ku ingat hanyalah sampai saat aku berfikir apa itu sosok ayah? siapa ayahku? Dimana dia? Seperti apa dia?
Aku yang tak mengenal sosok ayah dimasa kecilku ini terkadang berusaha mencarinya.. "Oh ayah, siapakah dikau?"Ibuku berasal dari jawa tengah lebih tepat nya daerah klaten, ia jauh merantau ke jawa timur kota probolinggo hanya untuk bekerja hingga ia menikahi ayahku.
Ibuku bekerja berganti ganti provesi dari manis asam telah ia cicipi, hingga bertahan menjadi katakanlah tukang kebun yang bertugas membersihkan halaman salah satu sekolah menegah pertama yang letak nya tak begitu jauh dari rumah nenek (ibu dari ayahku) didampingi dengan berjualan sebagai ibu kantin untuk menambah biaya kehidupan, dan di warung itulah aku, abang dan ibuku tinggal bersamaan menjadi satu bagian luasnya halaman sekolahSosok ayah yang masih mencuak dalam rasa ingin tau itu selalu membuat ku mencarinya, entah apa aku pernah bertanya kepada ibu secara langsung tentang keberadaan ayah, jika 'iya' sungguh telah berdosa aku menanyakan hal yang ibu berusaha tahan dengan memberikan senyuman Kepada ku.
Tapi apa yang bisa kau harapkan dari anak yang berusia lima tahun huh?
Ibu berkata "ayah mu adalah seorang lelaki nak" hanya itu yang ibu katakan dari segudang informasi yang harus nya ia cerita kan padaku"Oh, jadi wulan harus mencari yang seperti kakek" ucapku dalam hati, yeah itulah yang terlintas, aku ingat betul bagaimana tahap tahap pemahamanku berusaha untuk mengenal siapa sosok ayah itu
"Ibu, lihat ayah telah pulang" ketika aku melihat seorang kakek kakek asing masuk dari arah gerbang utama. Ibuku yang berusaha menanggapi omongan bocahku beranjak dari tempat ia mencuci piring. "Itu bukan ayah nak, ini waktu sore hari waktu yang sering orang memberi makan sapinya, lihat lah lelaki itu ia akan mecarikan rumput untuk sapi nya dia membawa sabit dan sak bukan?"
penjelasan ibuku yang ingin agar aku mengerti. yeah tempat dimana kami tinggal memanglah sangat mewah karena mepet sawah, jadi banyak rumput yang mengelilingi daerah lapangan luas itu yang mengundang Para pencari rumput datang kemari.
"Emmmm...tapi dia lelaki bu"
Kataku memaksa karena keinginan ku akan sosok seorang ayah.
Tanpa berfikir panjang aku berlari menuju kakek tersebut dengan berteriak "AYAH...AYAH..AYAH.." seakan sosok yang lama hilang kini akan hadir bersama ku
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Banyak Batu Dalam Hijrahku
Duchoweperjuangan seorang wanita dalam menghadapi masa hijrah nya