Coffee

826 115 16
                                    

Jaehyun tidak suka kopi, kopi itu pahit. Dalam bentuk apapun kopi tetaplah pahit, begitu prinsip Jaehyun. Dan Jaehyun tidak ingin mencobanya. Tapi kali ini ia terjebak dalam badai yang cukup lebat dan terpaksa berteduh didalam sebuah kafe yang semua menunya berbau kopi. Bahkan cake yang cantik itu terbuat dari kopi. Jika Jaehyun suka kopi mungkin dia akan segera memesan cake itu dan menghabiskan lebih dari 5 slice selama 15 menit duduk disini, namun sayangnya Jaehyun benar-benar tidak suka dengan kopi. Setelah lebih dari 15 menit dia duduk dia bahkan belum memesan apapun.

Tak banyak orang yang berada di kafe itu, hanya Jaehyun, seorang lelaki paruh baya yang membaca koran dan menikmati secangkir kopi di meja pojok, seorang lelaki lainnya yang masih mengenakan pakaian kerja dan sibuk dengan laptopnya di meja lain, dan seorang lelaki yang seperti barista di meja kasir. Sepertinya hanya ia sendiri yang bekerja, entah karena memang hanya dia satu-satunya pekerja atau mungkin pekerja lain sudah pulang, Jaehyun tidak terlalu mengerti dan enggan untuk mengerti. Pikirannya hanya ingin segera pulang kerumah dan tidur, demi neptunus ini sudah pukul 11 malam, dan dia benar-benar lelah setelah bekerja dari pagi. Jika saja ia tidak harus lembur maka sekarang ia sudah berbaring dirumah dan tidur, bukannya terjebak ditempat yang sama sekali tidak diduga nya ini.

Tempat ini memang nyaman, sofanya empuk, suasananya terasa cozy, ditambah musik akustik yang mengiringi, dan lagi barista yang tampan tadi.
Tolong dicatat yang terakhir, karena barista lelaki yang sedari tadi sibuk membersihkan mesin kopi dan sesekali menyesap kopinya itu memang tampan. Rambut coklatnya yang sedikit panjang terlihat sangat lembut,  rahangnya juga terlihat jelas, badannya tegap dan tinggi. Dan jangan lupakan caranya menyibakkan rambutnya itu sangat seksi. Dia tidak seperti seorang barista, maksudnya dia terlalu tampan untuk menjadi barista setidaknya begitu pikir Jaehyun. Mungkin jika lelaki itu berdandan sedikit lebih rapi orang akan mengira jika ia adalah artis atau setidaknya model majalah mungkin.

Sedang asyik menatap, lelaki itu menoleh. Pandangan matanya dan Jaehyun bertemu untuk beberapa detik. Kenapa hanya beberapa detik, karena Jaehyun langsung menunduk ketika tertangkap basah memperhatikan lelaki itu. Sayangnya lelaki itu menyadari dan tersenyum. Ia meninggalkan mesin kopi yang menjadi perhatiannya dari tadi.

"Tuan, ini saya bawakan susu hangat, mungkin anda tidak suka kopi, karena daritadi anda belum memesan apapun", lelaki itu menaruh gelas berisi susu putih hangat di meja Jaehyun. Refleks Jaehyun menoleh dan pandangannya bertemu lagi dengan lelaki itu, dalam jarak yang sedekat ini lelaki tu terlihat makin tampan. Jaehyun tak mengatakan apapun, dia terlalu terkejut untuk mengatakan sesuatu.

"Boleh aku duduk sini? Kau sepertinya butuh teman," lanjut lelaki itu lagi. Jaehyun hanya mengangguk.

"Aku Johnny, namamu siapa tuan?", Johnny mengulurkan tangannya dan tersenyum hangat. Jaehyun seperti terhipnotis oleh senyum itu, "Jaehyun", dan langsung menyambut tangan lelaki bernama Johnny itu.

"Nama yang bagus untuk lelaki tampan sepertimu. Sepertinya kita seumuran, kau tak suka kopi Jaehyun?", Johnny lagi-lagi membuka percakapan. Wajah Jaehyun sedikit merona karena perkataan Johnny barusan. Ia mengangguk dan menghindari kontak mata dengan Johnny, "Kopi itu pahit, aku tak suka", jawabnya singkat dengan suara sedikit malu. Johnny yang melihatnya jadi tersenyum, "Mau aku buatkan kopi? Aku janji kopinya akan enak dan tidak terasa pahit, atau kau bisa buat sendiri agar bisa menentukan sendiri, aku akan membantumu. Kau mau?", Tawar Johnny. Biasanya Jaehyun akan menolak, tapi kali ini ia juga penasaran dan ingin mencoba meracik kopi, meski ia tak yakin akan meminumnya nanti. "Baiklah", kata Jaehyun singkat.

Johnny lagi-lagi tersenyum hangat, "tapi ada baiknya kau meminum susumu dulu Jaehyun, cuaca sedang dingin dan kau perlu menghangatkan badanmu, jika sudah habis temui aku di meja itu ya", Johnny beranjak dari kursinya dan berjalan kembali ke meja kasir, ia duduk lagi disana menyesap kembali kopinya dan memainkan ponselnya.

Tak lama Jaehyun datang, berdiri didepan Johnny dengan sedikit ragu, Johnny tersenyum lagi dan mempersilahkan Jaehyun masuk. Kini mereka berdiri di depan sebuah mesin espresso, Jaehyun tidak terlalu mengerti tapi yang jelas ia menuruti instruksi dari Johnny, dan dalam beberapa menit, ia berhasil menyelesaikan sebuah kopi yang terlihat enak dan cantik dengan bantuan barista tampan itu. Jujur saja saat jarak mereka hanya hitungan centi, wajah Jaehyun selalu merona dan jantungnya berdebar kencang, tapi ia tetap berusaha menutupinya dan berharap Johnny tidak menyadari itu. "Nah ini adalah mochaccino latte, rasanya seperti coklat, dan biasanya orang yang tidak terlalu suka pahit menyukai ini, cobalah ini buatanmu sendiri dan sepertinya enak", ucap Johnny lembut. Jaehyun tak yakin untuk meminumnya, meski memang ini terlihat enak. Dilihatnya Johnny yang sedang menyesap kembali Americano-nya, Jaehyun kini sudah tau yang diminum Johnny adalah jenis Americano, seolah meminta konfirmasi untuk meminum mochaccino buatannya itu. Johnny hanya mengangguk pelan meyakinkan. Perlahan Jaehyun mendekatkan gelas itu kemulutnya, dan menyesap pelan.
Pahit. Tapi memang tak sepahit kopi hitam. Tegukan pertama membuat Jaehyun berhenti dan kembali menatap Johnny. Johnny tertawa kecil dan itu membuat Jaehyun merona kembali, ia menunduk untuk menyembunyikan rona merah diwajahnya, "Masih sedikit pahit", kata Jaehyun pelan. Tapi tak ada jawaban dari Johnny, ia hanya tersenyum, lalu mengangkat dagu Jaehyun, memaksa dengan halus agar lelaki itu menatapnya. Detik kemudian "cup". Bibir Johnny mendarat lembut di bibir merah Jaehyun. Jaehyun terbelalak. Jaehyun diam, berusaha memproses apa yang terjadi, detik kemudian ia tersadar, wajahnya memerah sedangkan Johnny masih belum melepas pagutan bibir itu meski Jaehyun tidak membalas ciumannya. Tak lama Jaehyun memejamkan matanya dan membalas ciuman itu. Mereka berdua seolah melupakan fakta jika keduanya baru mengenal beberapa menit lalu. 

Johnny melepaskan ciumannya, dan tersenyum menang. Ia tau sejak awal Jaehyun tertarik padanya, dan jujur saja ia juga memang tertarik pada Jaehyun. Jaehyun menunduk malu, menenggelamkan wajahnya pada syal nya, "Jadi bagaimana kopinya? Apa masih pahit?", Goda Johnny. Wajah Jaehyun bertambah panas dan memerah, "tidak lagi, ini jadi manis karena yang tadi", jawab Jaehyun malu-malu menjawab lelaki yang lebih tinggi itu. Ciuman pertama Jaehyun memang terasa seperti kopi, tapi sama sekali tak terasa pahit.

Semenjak itu Jaehyun sering datang ke kafe Johnny, dan mulai menyukai kopi, tapi hanya kopi yang dibuat dan disajikan oleh Johnny, pemilik kafe dan juga pemilik hatinya.

💙💙💙💙💙💙💙💙

Thank you for read. Please vote and comment. Idk why i just really in love with Johnjae 😍😍😍 Jaehyun look so cute when his next to Johnny. World deserve more Johnjae 😣😣

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bitter Sweet CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang