Bab 9

28.2K 2.4K 120
                                    

Hepi reading ya. Thanks for the votes & comments ^^

Versi komplit sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.


Akun Karyakarsa : carmenlabohemian

Feel free to follow my IG : carmenlabohemian

Luv,

Carmen

_______________________________________________________________________________

Paris LeBlanc

Setelah sekian tahun dan nyaris tidak ada yang berubah dari wanita itu. Sedangkan Liam? Ia bahkan tidak lagi ingat seperti apa dirinya dulu.

Ketika mereka diperkenalkan, ia menangkap keterkejutan di kedua mata biru pucat tersebut dan Liam hanya diam menikmati, membiarkan wanita itu mengarahkan alur permainan. Jelas, Paris ingin berpura-pura tidak mengenalnya. Bagi Liam, itu tidak masalah.

Kini, ketika mereka berempat duduk di meja makan dengan Paris berada di seberangnya, di tempat di mana Liam bisa dengan bebas menatap dan mempelajari ekspresi wanita itu saat Amara mengumumkan rencana pernikahan mereka, perasaan puas itu memenuhi dada Liam. Ia mungkin akan memberikan apa saja asal bisa menyelami pikiran wanita jalang itu. Tentu saja, Paris pasti bertanya-tanya - keberuntungan seperti apa yang bisa membuat bisa Liam menikahi seorang pewaris cantik yang kaya raya dan muda seperti Amara. Sedangkan Paris? Sepertinya kemampuan Paris untuk mendapatkan pria telah menurun. Oh Tuhan... betapa ingin ia memuntahkan kata-kata itu di depan wajah wanita itu tetapi begini juga sudah cukup. Ia bisa duduk di hadapan Paris, menatapnya dengan sorot cemooh dan menikmati ekspresi wanita itu dari jarak sedekat ini - rasanya memang cukup sepadan untuk membalas keangkuhan wanita itu di masa lalu.

"Harus kuakui aku cukup terkejut, Liam."

Suara Hank yang dalam merebut kembali perhatian Liam dan memaksanya kembali fokus menatap wajah calon mertuanya itu. Hank - Liam ingin menggeleng keras, pria itu memang cukup gila karena memutuskan untuk menikahi wanita seperti Paris. Sekarang, ia mengerti keputusasaan yang dirasakan Amara. Mungkin insting wanita itu menyuruhnya untuk mengamankan apapun yang ada dalam jangkauannya sebelum wanita seperti Paris menyerbu masuk ke dalam kehidupan mereka.

"Ketika Amara berkata ia akan menikah, aku pikir anakku hanya sedang bercanda."

Liam memaksakan tawa dan melirik cepat ke samping. "Amara memang selalu penuh kejutan, Sir."

"Hmm... aku tidak tahu kalau kau diam-diam sempat berkencan dengan Amara. Aku pikir kau tidak pernah tertarik padanya, Liam."

Well, wanita itu bahkan mengarang cerita palsu. Seharusnya Amara memperingatkannya sehingga Liam bisa menyamakan cerita. Ia tidak tahu kalau Amara mengarang bermacam-macam alasan romantis atas keputusan mendadak mereka untuk menikah. Ia melonggarkan tenggorokan dan melemparkan senyum palsu pada Hank. Pria itu pasti tengah menunggunya mengucapkan sesuatu - sesuatu yang baik tentang putrinya, tentu saja. "Well, aku jujur pada Anda, Sir. Aku rasa tidak ada pria yang tidak tertarik dengan Amara. Dia tipe wanita cerdas, berani dan tegas. The reason I fall for her? She kicks butt, Sir. I am the luckiest guy here."

Their Marriage Agreement (The Wedlock Series #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang