Setelah pengumuman Ujian Nasional, yang Alhamdulillah aku mendapatkan nilai yang memuaskan. Aku memilih untuk melanjutkan ke SMA, tepatnya aku juga ingin memasuki SMA terfavorit, yakni SMA N 1 Tuban. Ya, disitulah aku melanjutkan sekolahku dan disinilah awal dari hijrahku.
Hijrah, sebenarnya apa sih hijrah itu menurutku? Aku selalu berpikir apa aku bisa memperbaiki diri yang hina ini. Yah memang usiaku baru 14 tahun dan aku juga belum mengalami yang namanya haid, jadi menurut pelajaran yang ku dapat ketika di SMP, aku adalah anak yang belum baligh. Sempat terpikirkan olehku bahwa Allah memang sengaja memberiku kesempatan dan memperlambat masa balighku sampai akhirnya aku mengerti tentang Islam.
Aku telah diterima di sekolah impianku, dan aku memilih seragam yang sesuai dengan aturan agama Islam, yakni rok panjang dengan baju lengan panjang lengkap dengan jilbabnya. Diluar sekolah pun aku masih berusaha untuk berjilbab, tetapi apa yang salah dari cara berpakaianku di luar sekolah, ya aku masih mengenakan celana ketat meskipun bajunya lebar. Memang aku belum sepenuhnya paham bagaimana menutup aurat yang benar menurut ajaran Islam.
Tibalah saat masuk sekolah, aku adalah satu-satunya siswa yang berasal dari SMP ku. Teman-temanku yang lain lebih memilih ke SMA favorit lainnya karena berbagai macam alasan.
Alhasil, belum ada yang kenal pada saat pembagian kelas. Aku masuk kelas X B.
"Hey, namamu siapa?" Tanyaku agak datar.
"Dinda," jawabnya cuek.
Dinda adalah seseorang yang stelah kenal denganku dia nempel terus denganku, dia tidak mau mencari teman yang lain, satupun cukup baginya. Tapi aku tidak tahan dengan sikapnya yang over, jadi aku putuskan untuk agak menjauh darinya. Kupikir agar dia mau mencari teman lainnya. Karena keputusanku itu dia mulai membenciku dan pertemanan kami pun tak berjalan lama, ya mungkin 20 hari kita berteman. Setelah itu aku mencari tempat duduk bersama Desi siswi non muslim, karana dia tidak berjilbab sedangkan di sekolah kami, semua murid yang beragama Islam diwajibkan memakai jilbab.
Tanpa sadar pertemanan aku dan Desi telah melewati satu semester.
Memang dia itu non muslim, tapi aku merasa nyaman berteman dengannya dan aku tidak tau apakah sikapku ini benar atau salah dalam pandangan Islam.Ketika adzan Dzhuhur berkumandang, Desilah yang selalu mengingatkanku pada kewajibanku. Aku heran melihat teman-temanku yang seagama, mereka tidak pernah mengingatkanku pada kewajibanku walupun kita sedang bermain bersama, apalagi mengajakku. Jadi, kupikir Desilah teman terbaikku.
Aku baru belajar mengaji Al-Qur'an ketika aku masuk SMA, dan itupun aku memulainya dari Jilid 3 (Iqro 3). Sempat dalam hati aku berpikir bahwa ini sangat memalukan, apalagi aku mengaji rata-rata bersama dengan anak-anak TK dan SD, walaupun ada anak SMP tapi itu cuma beberapa saja. Aku sempat malu kepada mereka-mereka. Sempat terbesit dalam benakku bahwa aku ingin berhenti belajar mengaji. Tapi untungnya aku mempunyai sepasang malaikat tanpa sayap yang terus mensuportku.Dari adanya pengajian inilah aku mulai tau berbagai hal, seperti tentang fikih, tauhid dll.
Di atas tadi, aku bilang aku belum kedatangan haid kan. Nah, ketika aku mulai belajar sedikit-sedikit tentang Islam, ketika aku mulai memakai rok dalan keseharianku, ketika bacaan mengajiku mulai mantap, yah walaupun belum Al-Qur'an. Ketika itu bulan Ramadhan kurang 5 hari memasuki bulan Syawal, ketika itu pula aku mulai kedatangan haid. Segala ketakutanku lenyap, karena semua teman di SMP ku sudah haid semua, tinggal aku yang tersisa.
Dalam hati aku menangis sejadi-jadinya dengan bibirku mengucap Alhamdulillah. Mungkin itu alasannya kenapa aku menjadi terakhir yang kedatangan haid. Karena Allah Subhanahu wata'ala sedang menungguku, menungguku untuk berhijrah kejalan yang benar. Itu merupakan suatu keberuntungan besar bagiku. Aku sangat bahagia. Tapi itu bukanlah akhir, itu adalah permulaan atau awal dari segala penderitaan dan kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kau Bahagia?
No FicciónKisah hidup seorang yang bernama Ara. Seoarang gadis yang hanya ingin berubah menjadi lebih baik.