Kulumat bibirnya perlahan. Kurasakan, semakin lama semakin terasa hangat, bibirnya yang basah, bibirnya yang kenyal yang tak akan terlupakan.
Nafasnya yang terasa semakin memanas. Beehembus perlahan dengan manis terasa di pipi. Matanya yag terpejam, tepat dengan tangannya yang erat memelukku. Terkadang jarinya manja membelai rambutku, memainkannya dengan perasaan canggung namun menyenangkan. Perasaan ini semakin memanas, membuat dadaku bergetar deg-degan tak terhingga. Rasaku, otakku, lupa akan kebahagiaan selain dia.
Hatiku yang sendu, "Nilam, saranghaeyo" bisiknya tepat di telinga kananku.
Kutatap matanya yang terlepas dari ciuman pertama kita, "Jimin oppa, saranghaeyo"
Ketika perasaan ini sedang berada dipuncak kebahagiaan, belaian jari yang lembut itu terasa berubah. Sebuaha benda padat yang menghantam kepala bagian belakangku.Aw, mataku terbuka, hal pertama yang aku lihat adalah sebuah penggaris papan tulis kayu. Ahh apa ini?
"Nilam! Sudah besar ya sekarang. Udah berani tidur dijam pelajaran saya?!" Mata yang besar tajam melotot ke arahku.
Ahh aku baru sadar ketika semua anak di kelas melihatku, aku telah tidur di kelas pada jam pelajaran Bu Cona.Secepat kilat menyambar, secepat deru angin menggebu debu. Tanpa menghitung detik, tanpa sempat berkedip. Seorang guru dengan senyuman manis menyapaku. "Masuk sini lagi? Sudah berapa poin yang kamu kumpulin?"
Aku terkekeh, "Ah ibu, tadi malam saya eggak bubu lo bu"Jemari-jemari itu lentik menulis sesuatu dalam buku. Menghembuskan nafas, menggelengkan kepala. Enggan mengatakan apapun padaku. Enggan berkomentar. Lelah, bosan meladeniku.
Suara bel berdering pertanda pulang. Tidak terlaku keras. Karena speaker bel sekolah sengaja diletakkan jauh dari kelas IPS. Katanya sih biar enggak kluyuran ke kantin. Padahalkan dengan adanya kita, bu kantin jadi bisa menaikkan pendapatan ekonomi.
Ada beberapa hal yang wajib diketahui anak SMA. Pertama, jangan bandel. Kedua, jangan bandel level 2. Ketiga, jangan bandel level 3. Keempat, jangan dulu merasakan cinta (apalagi cinta sama orang beda negara :')).
Karena cinta yang kekanakan, seseorang bisa melupakan kewajibannya.
Di seberang pagar sekolah. Sekitar 5 centimeter ke arah selatan. Aku berdiri, melihatnya. Awang. Seorang murid yang biasa saja. Sedikit ramah dengan senyuman. Sedikit terkenal dengan kepintaran. Banyak aura manis bikin diabetes. Menyesal, pedih perasaanku melihatnya. Awangku, mantan kekasihku. Jika diingat kembali kenangan itu. Putus dengan masalah sepele, haha.
Jika hari itu aku tidak pergi, seandainya aku tetap di sisinya. Tapi, bagaimanapun juga tak ada orang yang akan menyia-nyiakan tiket konser BTS gratis hasil give away dari olshop.
Awang berjalan ke arahku. Jantungku terkejut. Aku gelagapan sampai-sampai suara hentakan sepatu Awang bisa terdengar. Awang meyapaku, lengkap dengan senyumnya mendekatiku, "Nggak pulang? Gimana kabar opo mu? Eh oppamu?" Sedikit bicara. Sedikit senyuman. Sedikit intonasi yang ditekan. Singkat. Sudah cukup membuatku sadar bahwa dia sedang menyindirku.
Aku cukup tau. Diam, berpikir positif. Mungkin Awang masih tak ikhlas putus denganku. Haha. Menyesal sungguh aku menyesal.
Sinar sang mentari mulai menjalar meresap dalam kepalaku. Saatnya pulang. Mengingat Awang membuatku dehidrasi. Setelah keluar dari gerbang sekolah. Mataku diculik oleh pemandangan abang penjual es cincau.
Langkahku terhenti ketika tiba-tiba pantatku bergetar. Ponselku yang berdering. Wah ada pesan masuk, dari Awang!
...

KAMU SEDANG MEMBACA
Ludah - Ludah Rasa
RomanceObsesi yang tak pasti membuat seseorang bisa mengakhiri kisah cintanya dengan alasan sederhana. Namun, bagaimanakah komentar yang dilontarkan oleh hati? *terbit setiap hatiku tersakiti