17: Roman Picisan [D5]

2.2K 136 10
                                    

Selesai ditulis
10 des 2017

BERBEDA. Setidaknya, itulah yang dapat menggambarkan keadaan Aksa saat ini. Betul memang, jika dilihat kasat mata, Aksa masih terlihat normal seperti biasanya. Memakai kaos hitam dibalut jaket yang sama pekatnya, membuatnya nampak lebih tampan dan karismatik. Tapi, ada perasaan disatu sisi hatinya yang tidak bisa diabaikan. Entah perasaan apa itu, tapi Aksa mengatakan--tidak--lebih tepatnya menegaskan--seolah meyakinkan dirinya sendiri kalau perasaan yang tidak bisa diabaikan tersebut adalah fana.

Namun kenyataan buru-buru menamparnya. Fashya dengan kaos abu-abu dengan jaket warna hijau tua--dipadukan dengan celana pendek di bawah betis--serta sepatu kets tanpa tali warna abu-abu. Aksa hampir melongo mendapati Fashya yang bisa-bisanya keluar malam dengan celana selutut itu.

"Yuk, berangkat." ajak Fashya.

Aksa melongo, "berangkat? Di luar itu dingin loh, Fash. Dan kamu pake celana selutut?"

Fashya mengrnyit, lalu menatap penampilannya sekali lagi. "Why? Tenang aja, aku ini wanita paling kuat se-Indonesia raya!"

Aksa melongos, "dingin Fashya, aku kasih waktu lima menit deh, ganti celana panjang, yah?"

Fashya tertawa, lalu mencolek pundak abi. "Kamu lucu deh, kayak pacar yang overprotektif." kedipnya.

"Pacar yang overprotekif? Ini bentuk proteksi aku ke sesama manusia. Jangan kebanyakan nonton drama!" kata Aksa menjentikkan jarinya ke dahi Fashya.

"Bodo! Ma, Fashya sama Aksa berangkat dulu ya.." pamit Fashya kepada Mamanya yang sedang diurut.

"Iyaa, hati-hati..."

***

"Aksaaa.. Aku nggak mau romance, aku mau action aja.." rengek Fashya.

Sekali lagi, Aksa dibuat melongo oleh Fashya. "Kamu tuh cewek atau bukan sih, Fash? Mana ada coba cewek yang lebih milih film genre action daripada romance? Biasanya juga cewek-cewek pada milih romance daripada action."

Fashya memutar kedua bola matanya jengah, "keliatan banget kalau sering jalan sama cewek!"

Hah?

Aksa tak percaya jika kata-kata yang diucapkannya membuat Fashya berpikiran seperti itu. Sekedar informasi, baru kali ini Aksa dekat dengan wanita sampai sebegini dekatnya. Dulu, waktu dengan pacarnya, Aksa hanya akan menurut--atau sebaliknya. Tidak pernah seribet dan secerewet Fashya. Harga diri Aksa tambah jatuh ketika penjaga tiket tersebut mendapati Aksa yang kalah telak dari Fashya.

"Yuk, mundur." ajak Fashya. "Kita dapet tapi di depan."

"Kan, aku udah bilang kalau liat romance aja. Di depan tuh bikin kepala pegel, Fash." rengeknya.

"Jadi kamu mau di mana? Di belakang sendiri mojok sama setan kayak pasangan mesum? Mesum sana sama popcorn!" Fashya mengentak-hentakkan kakinya karena malas dengan rengekan Aksa.

Pasca perdebatan kecil tadi--ralat--sepertinya perdebatan tersebut begitu besar. Sampai-sampai saat Aksa memutuskan membeli camilan, dan masuk bioskop masih tetap diam. Jadilah, walaupun film kurang lima belas menit--Aksa dan Fashya--sudah duduk manis di kursi ketiga dari depan.

Aksa menengok, mengamati Fashya yang masih sibuk--tepatnya pura-pura sibuk--dengan ponsel dan minumannya. Aksa hanya menghela napasnya, sampai satu detik setelah Fashya meletakkan ponselnya....

Sweet PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang