Ban troly terdengar nyaring saling bersahut-sahutan. Rak-rak berisi minuman dan makanan berdiri berhadap-hadapan. Semua orang menggunakan pakaian hangat. Mulai dari sweeter hingga mantel yang berbulu. Supermarket yang memberikan nuansa natal ini dikunjungi oleh banyak orang. Ramai. Dinding bangunan yang memang sengaja diberi warna-warna yang cerah seperti taman kanak-kanak dipadati anak-anak kecil yang asik bermain dengan bahagianya.
Hiroki sedang menimang-nimang dua buah apel dengan wajah senang. Di sekitarnya orang-orang asik dengan obrolan mengenai buah-buahan yang ada di sana. Gadis berusia 18 tahun meletakkan belanjaannya di troly yang sudah dipenuhi dengan barang-barang lain. Ia memutar-mutar badan mencari sesuatu yang menarik untuk dibeli. Setelah sesaat melihat ke arah buah strawberry ia langsung mendekatinya dan melihat-lihat dengan gembiranya. Merah dan besar. Hiroki melihat sebuah strawberry yang sangat besar dan tergoda untuk mengambilnya. Tetapi sesaat ia mau mengambilnya ada sebuah tangan yang mau mengambilnya juga. Tangan itu sangat dingin bersentuhan dengan punggung tangan Hiroki yang menggenggam buah strawberry.
Tangan itu berkulit putih pucat. Tatapan mata Hiroki menuju pada pemilik tangan itu dan memandanginya dalam diam. Tampan. Tatapan matanya yang ternyata juga tertuju ke arah Hiroki membuat hati Hiroki sakit. Dalam hatinya Hiroki berkata mengapa ada pria setampan ini, sakit sekali rasanya saat memandangnya. Sakit karena ingin memilikinya tetapi tak bisa ia miliki.
Pria itu berwajah putih pucat sama seperti tangannya. Tingginya kira-kira 180 cm. Perawakannya tinggi dan juga sintel. Menandakan bahwa ia sering berolah raga dan menjaga bentuk tubuhnya. Tanpa merasa dirinya sedang diperhatikan, pria yang menggunakan mantel hitam dan berbulu di penutup kepalanya langsung tersenyum dan pergi begitu saja tanpa memintaa maaf dan tidak berniat merebut buah yang di genggam Hiroki.
Setelah membayar di kasir yang amat panjang antriannya, Hiroki keluar supermarket dengan membawa dua buah kantung plastik. Udara yang dingin mengehembus di leher Hiroki dengan lembut, membuat badan Hiroki menggigil. Hiroki merekatkan mantelnya. Selain sinar lampu yang menerangi, bulan juga menunjukkan perannya. Di malam natal yang bertaburkan cahaya bulan membuat suasana menjadi sedikit hangat.
Hiroki berjalan pelan mencari tempat yang sedikit nyaman untuk duduk selagi menunggu kereta. Hanya ada beberapa segelintir orang di stasiun, yang duduk agak jauh darinya.
Beberapa saat kereta tiba membuka pintunya dengan senang hati menyambut Hiroki. Mempersiapkan senjata headset, mencari tempat duduk paling ujung dan mengeluarkan buku yang belum sempat dibacanya setelah dibelinya kemarin. Selain buku-buku majalah, ia juga menyukai novel yang bergendre roman picisan atau romantis ala-ala anak sekolahan. Sangat menyenangkan gumamnya jika ia membayangkan keromantisan yang ada di dalam cerita novel-novel itu. Namun Hiroki hanya bisa membayangkatn semua kisah cinta itu, tidak bisa merasakan dengan nyata karena Hiroki tidak mempunyai seorang kekasih. Sedih.
Seorang pria ikut duduk di barisan kursi yang Hiroki tempati. Duduk menunduk sambil memainkan layar ponelnya. Lantas memasang headset dan menempelkan di telinganya. Tidur. Hiroki tidak menyadari kedatangan pria itu, ia asik dengan novel yang ia baca sedari tadi. Perjalanan dari stasiun Natori menuju Sendai memakan waktu dua jam lebih. Hiroki tertidur sambil memegang novel yang ada di pangkuannya. Pria itu memandangi Hiroki yang tertidur, lantas berdiri mendekata Hiroki dan menatapnya. Sepertinya ia pernah menemuinya, selintas di pikirannya. Ah, gadis yang di supermarket tadi. Kereta telah berhenti di stasiun Nagamachi. Pria itu menyadari kereta telah berhenti dan pergi meninggalkan Hiroki yang tertidur.
Hiroki telah tiba di Sendai, saat ia berjalan pulang sepertinya ia merasa tadi ada seseorang yang menatapnya saat tertidur. Mungkin hanya mimpi, celetuknya langsung mengibas-ngibsakan tangan di depan mukanya. Mana mungkin ada orang yang mau mendekatinya. Hiroki berpikir bahwa tidak ada yang tertarik dengannya, bahkan teman-teman prianya yang di sekolah tidak memandangnya sebagai wanita. Sedih sekali rasanya. Padahal ia ingin ada yang mendekatinya dan mengajaknya berteman terlebih-lebih berkencan. Itu sesuatu yang selalu diimpikan Hiroki.
Sesampainya di rumah, ia langsung menuju ke kamar dan merebahkan dirinya di kasur. Hangat rasanya. Malam ini salju belum menampakkan keindahannya, Hiroki ingin melihat salju turun sebelum ujian yang harus dihadapinya. Karena sebentar lagi ia akan menaiki kelas 3 dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Itu mimpinya. Malam ini di meja belajarnya ia berkutat dengan diarynya kembali. Mencurahkan segala keluh kesah dan perasaan yang ia hadapi setiap hari.
'Hai diary ku. Hari ini melelahkan, tau tidak? Aku tadi bertemu dengan seorang pria yang tampan dan kulitnya pucat. Sepertinya aku tidak asing melihatnya. Entahlah mungkin hanya firasatku saja. Tadi juga saat aku sedang di kereta aku merasa ada yang memandangi ku. Ya aku hanya bisa berharap ia adalah pangeran yang akan mengajak aku menikah. Ah, aku berpikir apa sih. Hahaha aku ingin sekali merasakan disayangi oleh seseorang dan merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta juga pergi berkencan. Cinta? Mengapa kau sulit untuk ku dapatkan.'
Keesokan harinya.
Suasana kelas hari ini sangat sepi, hanya ada segelintir murid yang belajar dan mengerjakan tugas untuk memperbaiki nilai yang akan dimasukkan di raport. Sebagian murid yang tidak masuk sepertinya tidak berangkat karena memang ini hari tenang untuk ujian hari senin nanti.
Hiroki terlihat duduk di kursinya, dekat jendela. Memandangi lekat-lekat para murid yang bermain baseball, para murid laki-laki yang tampan. Hum, aku ingin memiliki pacar gumamnya.
"Kau bilang apa? Kau ingin punya pacar? Hahaha" Saut Tachi yang baru saja tiba dan duduk di depan Hiroki..
"Apa salahnya, aku juga gadis normal tau! Hum!" kata Hiroki sambil memasang muka cemberut menghadap ke jendela.
Lalu tiba-tiba Tachi menarik tangan Hiroki, berlari keluar kelas dan menuju kelas 2-1.
"Akan ku tunjukkan sesuatu, diamlah disini" kata Tachi sambil kepalanya mencari-cari seseorang. "Nah itu dia!" sambil menunjuk pria yang berdiri di dekat jendela.
YOU ARE READING
Warui Jinsei Watashi No Ai
Teen FictionAku wanita yang ingin dicintai oleh seseorang yang mencintaiku, kehidupanku mungkin akan berubah. semua bermula karena sebuah rahasia. Rahasia antara aku dan dia. Kehidupan Buruk Cintaku.