episode 2

2.1K 105 0
                                    

Seperti biasa tepat jam 6 pagi sarapan sudah tersedia dengan rapi dimeja, ibu Rianty ibuku sudah masak sejak subuh setelah sholat. Ibu duduk di hadapanku dan seperti biasa ia mengambilkanku nasi lengkap dengan lauknya.
"Makan yang banyak nak..."

"Biar kuat!" Timpasku. Ibu tersenyum hangat memandangku yang mulai menyantap sarapanku.

"Hari ini ibu pulang telat, karena ada pembukuan akhir bulan." Katanya sambil menyeruput teh hangat.

"Ibu kenapa gak berhenti aja? Ibukan cape ngurus rumah, ngurus aku...aku bisa ko cukupi kebutuhan kita dan ibu gak usah cape-cape lagi." Jelasku, ibu menggeleng.

"Simpan uangmu...kamu sudah bersusah payah  selama ini. Ini semua tugas ibu, doakan ibu sehat dan panjang umur." Jawabnya lembut, aku sering kali merasa sedih melihat ibu mati-matian bekerja dan mengurus rumah, namun ibu selalu tampil bahagia dan ceria seperti tidak ada kesulitan dibibirnya namun ku lihat mata sayunya yang terkadang berbicara padaku bahwa dia lelah.

Aku selalu meyakini bahwa ibu adalah wanita kuat sehingga ketika aku smp aku sempat berontak dan mempermasalahkan dan mempertanyakan mengapa aku hidup dalam kondisi broken home...mengapa aku tidak seperti anak kebanyakan, aku sempat marah dan berteriak pada ibu namun ibu tidak pernah memberiku penjelasan apapun sampai aku melihatnya menangis seorang diri disepertiga malam dengan mukena putihnya ia menghadap kiblat dan aku ingat betul doa-doa ibu.

Ya Allah...tidak ada daya dan upaya selain aku mohon ampun atas segala dosa-dosa yang pernah ku lakukan...

Ya Allah... aku pun merasa lelah dan sedih dengan keadaanku ini...akupun ingin membesarkan Hana seperti layaknya keluarga-keluarga lain...

Ya Allah... aku ikhlas jikapun putri yang ku cintai membenciku dan menyalahkanku...jadi ku mohon jangan benci padanya...

Ya Allah... buatlah ia merasa bahagia dengan apapun yang ia miliki saat ini...buatlah ia bahagia...aku akan melakukan apapun agar senyumnya tetap ada di setiap hari dalam hidupnya....

Ibu menangis tersedu-sedu dibelakangku memohon kebahagiaan untuk diriku, dan aku menyakitinya sesuka hatiku. Mulai saat itu aku berjanji bahwa aku akan bahagia untuk ibu, aku akan bahagia dengan hidupku, karena aku yakin dibalik air mata ibu ada beban yang tak aku ketahui, ada beban yang sebaiknya ku ringankan dengan prilakuku. 

Mulai saat itu juga aku memilih menyibukan diriku dalam dunia yang ku geluti sejak SD dan membayar kebaikan ibu dengan berprestasi, membalas kebaikan ibu yang bahkan rela memohon ampun untukku.

Dan setelah sarapan aku memeluknya erat dan mencium pipinya hangat.

"Hana janji suatu saat nanti ibu akan menikmati hari tua ibu dengan bahagia, Hana sayang sama ibu sepenuh hati, setulus hati yang Hana miliki, maafkan Hana ya bu...Hana juga ingin ibu bahagia." Air matanya menetes jatuh mengenai pipiku yang tengah menempel erat didadanya.

"Tidak ada kebahagiaan lain untuk ibu adalah melihat Hana bahagia. Terimakasih nak untuk bisa menerima segala kekurangan yang ibu miliki."

**
***
****

Tibalah didekat sekolah....
Aku berjalan seperti biasa menuju sekolah setelah turun dari bus, namun aku terhenti ketika aku melihat Kharisa yang baru saja turun dari sebuah mobil yang lumayan mewah, nyaris saja aku menyapanya namun ku urungkan niatku ketika dia membanting pintu mobil.

"Lo niat jadi supir ga sih..." bentaknya.

"Ekh klo cuma  penumpang jangan belagu!!! Maen banting-banting mobil orang! Dasar anak jaman sekarang gak bermoral banget..." umpat laki-laki didalam mobil.

Masa Sekolah (Broken Home)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang