Chap 36

62.2K 4K 196
                                    

Ballroom megah telah didekor sedemikian rupa sehingga menyerupai sebuah ruangan besar di istana.

Seruni dan Rangga duduk di panggung yang menjadi pusat acara malam ini—resepsi yang telah mereka tunggu-tunggu.

Benar kata semua keluarganya, mereka hanya tinggal duduk manis dan semua hal beres. Mereka bak raja dan ratu semalam. Cantik dan tampan, serta kesan elegan menyelimuti mereka berdua. Tak lupa, si kecil Deana yang duduk di pangkuan Ibunya.

Namun, tak ada yang sempurna di dunia ini. Termasuk acara mereka pun tak sempurna.

Kedatangan Kayla menjadi perusak senyum kebahagiaan yang daritadi terpampang di wajah Seruni dan Rangga. Gadis itu benar-benar memakai baju dengan warna senada dengan jas yang Rangga kenakan.

"Muna, suami kamu mana?"

Pertanyaan polos lolos begitu saja dari mulut Kayla setelah dia sampai ke atas panggung dan melihat hanya ada Rangga, Seruni, dan Muna di atas sana. Para orang tua berkeliling menyapa para tamu yang sebenarnya tak banyak dikenal oleh kedua mempelai.

"Oh, itu yang suami kamu," kata Kayla dengan girang saat melihat Leo jalan terburu-buru dan berdiri di samping Seruni.

Leo menjulurkan tangannnya untuk menyalam Kayla karena melihat cengiran gadis itu yang sangat lebar. Namun dalam hati ia bertanya-tanya siapa gadis ini.

"Leo."

"Aku Kayla. Pacarnya Rangga."

Mata Leo langsung mendelik tajam ke arah Rangga, alisnya terangkat menuntut jawaban dari sahabat serta adiknya, namun mereka berdua hanya mengedikkan bahu, malas menjawab gadis sedeng di hadapan mereka.

Sedangkan Kayla sudah mendorong Muna untuk sedikit mundur agar bisa berdempetan dengan Rangga—disebelahnya.

"HEH!" teriak Muna asli sambil menarik tangan Kayla agar menjauh dari Rangga.

Kayla sedikit terhuyung ke depan, namun gadis itu masih bisa menyeimbangkan dirinya karena sepatu yang ia gunakan sangatlah nyaman.

"Kamu buta apa gimana sih, Non?" tanya Muna retorik. "Seruni itu istrinya Mas Rangga, itu Deana anak mereka berdua."

Cengiran masih terpampang di wajah manis Kayla. "Bercanda ih kamu."

Leo memilih duduk di tempatnya karena malas ikut campur dengan urusan para perempuang penggila Rangga. Walau dalam hatinya ia ingin mencaci maki sahabatnya yang hanya diam saja di tempatnya, ditambah adiknya yang malah memilih sibuk dengan Deana di gendongannya.

"Orang waktu Rangga di Manhattan dia belom nikah kok, iya kan Rangga?"

"Iya," jawab Rangga. "Tapi aku nikah setelah pulang darisana."

Kayla membulatkan matanya, menutup mulutnya, tampak terkejut di tempatnya.

Gaya seperti itu membuat Muna bisa mengelus dadanya, dalam pikirannya sebentar lagi akan ada drama tangisan ala cewek-cewek yang diselingkuhi pacarnya, memukul Rangga lalu meninggalkannya.

Bagian terakhir itu lah yang Muna, Seruni dan Leo tunggu.

"Itu bukan anak kamu dong? Kamu nikah sama aku aja kali, Rang, aku bisa kasih kamu anak."

Seruni memutar bola matanya. Benar-benar malas mendengar ocehan Kayla yang semakin menjadi-jadi, dan ia risih dengan kehadiran gadis itu. Tapi, ia memegang kata-kata Rangga beberapa hari yang lalu. Kamu tenang aja, biar aku yang urus.

"Anak aku," kata Rangga santai. "Hasil ena-ena sama istriku."

Muna dan Leo menahan tawanya di tempat, sedangkan wajah Seruni dan Kayla berubah merah padam. Seruni merah padam karena malu mendengar kata-kata yang menurutnya vulgar, sedangkan Kayla ingin memaki Rangga sekarang juga.

Gadis itu menghentakkan kakinya berkali-kali, wajahnya tertunduk karena kesal.

"Kenapa kamu ngga bilang dari dulu? Kamu seneng liat aku ngarep terus sama kamu?"

"Kan aku udah bilang berkali-kali," cibir Seruni, akhirnya ia mengeluarkan suara.

Kayla memandang Seruni yang mengatakan itu tanpa menengok ke arahnya sama sekali.

"Rangga, hati aku sakit ah," kata Kayla sambil memanyunkan bibirnya. "Hati aku udah kututup pokoknya buat kamu, aku kunci pokoknya, kamu ngga bisa masuk lagi."

"Buang sekalian kucinya ke laut, biar di makan ikan piranha," kata Seruni yang masih enggan menoleh ke arah Kayla.

Membuat gadis itu benar-benar kesal dan memilih untuk turun dari atas panggung itu dengan menghentakkan kakinya kasar berkali-kali. Saat ingin menuruni tangga, ia sempat menoleh ke arah Rangga.

"Rangga kuncinya belom aku buang loh, kalo mau masuk harus ketok dulu, ya."

♚♚♚

Rangga merenggakan tubuhnya yang terasa begitu nyeri setelah bolak balik duduk dan berdiri untuk meyalami para tamu yang baru habis setelah pukul sebelas lewat. Ia merutuki dirinya sendiri yang terlalu percaya pada kedua orang tuanya serta kedua mertuanya.

Mereka bilang memang akan membuat pesta besar-besaran, tapi mereka berjanji tidak akan mengundang terlalu banyak orang—hanya rekan bisnis yang dekat saja, tapi nyatanya ... resepsi mereka berlangsung selama lima jam.

Di dunia ini, orang yang paling bisa membuat ia iri adalah anaknya sendiri. Deana.

Jam sembilan malam, anak kecil itu menangis dan langsung tidur setelah digendong Muna dan dibawa ke salah satu kamar di hotel yang ballroom-nya mereka sewa untuk resepsi.

Sedangkan dirinya masih harus berlelah-lelah tersenyum. Bukan Rangga tidak murah senyum, tapi dia hanya lelah.

"Ni, pijitin aku dong," rengek Rangga seperti anak kecil, memasang puppy eyes-nya.

Akhir-akhir ini, perhatian istrinya benar-benar tersedot pada anak perempuannya yang memang begitu menggemaskan. Lebih gemas lagi karena Rangga kini menjadi nomor dua.

Seruni yang melihat wajah memelas Rangga hanya mendegus, karena dirinya sendiri pun sama lelahnya. Bahkan, perempuan itu mengenakan gaun yang lebih berat dari pakaian suaminya, serta sepatu hak setinggi dua belas senti meter.

Ditambah, sekarang ia masih menyusui anak perempuannya yang barusan merengek-rengek karena tidur sendirian.

Panik bukan main saat mereka masuk kamar dan hanya menemukan bayi mereka menangis sendirian tanpa ada Muna di sampingnya—padahal gadis itu sudah diberi kepercayaan untuk menemani bayi kecil mereka.

Dan saat ditelpon, Muna cengengesan dan berkata bahwa Deana tadi udah tidur, jadi ditinggal aja sendiri.

Rangga berkali-kali mengutuki kebodohan adiknya. Terkesan terlalu menyepelekan memang Muna itu.

"Jabrik, jabrik," kata Rangga sambil mengusap rambut Deana yang berdiri.

Mulut Deana masih berkonsentrasi untuk mengambil semua ASI yang tersedia untuknya, tanpa memedulikan rambutnya yang diganggu oleh bapaknya sendiri.

"Enak banget sih kamu, nangis ngga sampe lima menit aja udah di kasih susu, bapakmu ini uring-uringann dari kapan tau ngga dikasih-kasih."

Jelas, Rangga mengatakan itu untuk memberi kode pada istrinya kalau ia juga susu. Memang sudah semenjak seminggu yang lalu Rangga uring-uringan, tapi Deana jauh lebih rewel dari bapaknya, jadi mau tak mau Rangga harus mengalah karena perhatian istrinya pasti jatuh pada anaknya.

Anak itu prioritas.

Seruni tertawa renyah mendengar aduan Rangga pada anaknya itu, ditambah anaknya yang malah terlihat marah sekarang karena sekarang kedua tangan mungil Deana malah memegangi sumber susu-nya, seakan mengatakan pada Rangga, ini milikku.

Satu tangan Seruni digunakan untuk menahan Deana dalam posisi tidurannya, sedangkan satu tangan lagi ia gunakan untuk mengelus rahang Rangga.

"Besok malem ya, Mas."

"Apaan?" Nada Rangga terdengar seperti orang jengkel, namun di telinga Seruni malah terdengar seperti orang ngambek.

"Nananina."


=TBC=

TRS [1] : Night Accident ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang