Tidak terasa 4 tahunn sudah berlalu kini usia ku menginjak di umur 4 tahun. Selama 4 tahun kebelakang, aku sama sekali tidak mengingat dengan peristiwa 4 tahun kebelakang.
Masa kecilku sungguh menyenangkan dan banyak menghabiskan waktu untuk bermain setiap hari nya, tetapi di balik kesenangan itu menyimpan banyak sekali kepedihan yang aku rasakan, salah satunya yang membuatku bertanya-tanya kepada diriku sendiri adalah kenapa mereka memiliki semua perasaan itu? Kenapa perasaan yang begitu sakit ini menimpa ku ?
Ini adalah sebuah diskriminasi. Tuhan !!!!!.
Dimanaaaaaaaaaaaaa ayahkuuuuuuuuuuuuuuuuu ????Aku tinggal di sebuah perumahan di daerah bandung. Aku tinggal di rumah nenekku hingga sekarang, karena keluargaku cuman kami berdua, yaitu aku dan ibuku saja. Ayah ku meninggal dunia akibat kecelakaan tabrak lari oleh supir truk, tepat seminggu setelah aku di lahirkan. Sejak saat itu aku diasuh oleh orang-orang yang ada di rumah karena ibuku sibuk bekerja dari pagi hingga sore untuk membiayaiku.
Aku sangat di sukai oleh warga di daerah ku, karena katanya aku ini lucu hehehe, bahkan sampai ada yang ingin mengasuh dan mengangkat ku menjadi anaknya. Tetangga ku yang biasa orang sebut Teh Eli, dia adalah salah satu orang yang menyukaiku, hampir setiap hari aku diasuh oleh keluarga itu bahkan sampai aku di culik agar tidak pulang kerumah, tentunya perbuatan nya itu membuat ibuku sangat khawatir. "Aduh kemana sih si kiki, jam segini belum pulang, main kemana ya anak itu nakal sekali !" Ucap ibuku menggerutu dalam hati. Berkata seperti itu karena tepat pukul 6 sore aku belum ada di rumah. "Hihihihi udah ki di sini aja itu si mamah dari tadi nyariin, udah diem syuuuuttttt nanti di kasih chiki". Begitulah kata Teh Eli dengan maksud menjahili ibuku, aku yang masih polos dan lucu itu terhipnotis karena 1 bungkus chiki yang di berikan oleh Teh Eli. Sesudah aku menghabiskan chiki itu barulah aku pulang menuju rumah, yang jarak nya hanya 5 langkah kaki untuk sampai ke rumah. Sesampainya di rumah ibuku langsung mengomeliku. "Astagfirulloh kiki maneh teh bangor-bangor teuing ulin sampe maghrib kie kamana wae ulin teh meni sampe balik maghrib !" Ucap ibuku dengan nada yang terdengar sangat kesal dan penuh kekhawatiran. Jika di terjemahkan kedalam bahasa indonesia kurang lebih seperti ini. "Astagfirulloh kiki kamu nakal sekali main sampai pulang maghrib gini kemana saja kamu main sampai pulang maghrib". Aku dengan polos menjawab. "Teu kamana mana da kiki mah tadi cicing di imah Teh Eli, ngeunah di bere jajan gratis jadi we betah". Ucap ku sambil menjilat jilat jari bekas makan chiki dengan raut wajah yang riang gembira. Itu adalah bahasa sunda yang mana jika di terjemahkan kedalam bahasa indonesia seperti ini. "Ga kemana mana ko kiki tadi diem di rumah Teh Eli enak di kasih jajan gratis jadi betah". Begitu jika di terjemahkan kedalam bahasa indonesia, karena kebetulan sekali Teh Eli ini membuka usaha warung di rumah nya.
Aku itu dulu adalah seorang bocah nakal yang susah di atur, yang suka menjahili orang lain, tidak peduli dia anak kecil ataupun dewasa aku tetap saja menjahili mereka. Sore itu kira-kira pukul 16.40 aku menjahili seorang pengendara motor yang melaju di depan rumahku, entah apa yang ada di fikiran ku saat itu tiba-tiba saja. "Plaaaaaaaaaakkkkk !!!". Aku loncat memukul helm dari si pegendara motor itu dengan gulungan koran yang aku buat seperti tongkat. "Dasar budak bangor meni eweuh ka sopanan !!!!" ( dasar anak nakal tidak punya sopan santun !!!). Terdengar celotehan si pengendara motor dengan sangat kesal sambil melanjutkan perjalanan nya. "Hahahahahaha sukurinnn". Ucap ku sambil berlari dan tertawa, tidak lama kemudian aku langsung di hukum oleh nenekku, telingaku di jewer sampe merah. "Ari maneh teh bangor-bangor teuing budak teh, kadie gera balik !!!!!" (Kamu nakal sekali jadi anak, sini cepat pulang). Ucap nenek sambil menjewer telingaku, dengan wajah penuh kekesalan dan rasa malu atas apa yang aku lakukan tadi. "Nyeriiiiiiiiiiii atuh maaaaaaaaaaaaaaaak" (sakit dong neeeeeeeek). Ucapku sambil menahan sakit.
Sesampainya aku di rumah, aku langsung di ceramahi habis-habisan oleh neneku, tak lama setelah itu ibuku tiba di rumah. Sesampainya di rumah pasti ingin melihat anak nya dan ingin tahu apa saja yang di lakukan 10 jam tanpa ibunya. "Assalamuallaikuuuum". Ucap ibuku dengan wajah yang terlihat sangat senang ketika tiba di rumah. "Wa'alaikumsallam". Jawab nene dan aku. "Tah tingali budak teh bangor pisan, tadi jelema nu ker ngalewat pake motor ujug-ujug di geplak sirah na". (Tuh liat anak itu nakal sekali, tadi orang yang lagi lewat pake motor tiba-tiba di pukul kepalanya). Ucap nene kepada ibuku. "Astagfirulloh kiki kunaon sih meni bangor pisan, ari kiki kunaon ? Teu karunya kitu ka mamah nyieun piomongeun wae ?. (Astagfirulloh kiki kenapa sih nakal sekali, kiki kenapa ? Engga kasian emang sama mamah bikin ulah saja ?). Ucap ibu kepadaku, mimik wajah yang tadinya terlihat senang dan tidak menunjukan rasa lelah nya itu kemudian berubah menjadi sangat sedih dan malu, di tambah dengan rasa lelah setelah bekerja.
Aku hanya bisa terdiam
Mulutku terbungkam
Mataku berkaca-kaca,
Maafkan aku ibu.Entah kenapa aku melakukan semua itu, tiba-tiba saja aku melakukan nya.
Keesokan harinya aku tidak di beri uang jajan, tapi beruntung tetanggaku (Alm) Pak Tarya ini mengajakku bermain di rumah nya, yang kebetulan membuka usaha warung juga sama seperti Teh Eli, aku senang sekali diajak bermain ke rumah nya karena pasti akan di kasih makanan, mengingat aku tidak di beri uang jajan karena hukuman dari ibu. Sesampainya di rumah (Alm) Pak Tarya, aku diajak bercanda oleh nya sambil di beri chiki kesukaanku yang biasa aku beli di warung nya. Banyak sekali kenangan yang tersimpan dengan (Alm) Pak Tarya ini, tapi sayangnya aku tidak mengingat semua kenangan bersamanya, yang aku ingat hanya kenangan yang menurutku tidak akan ku lupakan. "Kiiiiiiiiii sinii main di rumah bapak nanti di kasih jajan sama di foto siniii cepet". Ucap beliau kepadaku dengan mimik wajah penuh semangat, saat itu kalau tidak salah sekitar pukul 10 pagi aku sedang berjemur di lapangan depan rumah bersama Uwa ku, kakak dari ibuku. "Tuh kaditu ulin tapi ulah bangor nya". (Tuh sana main tapi jangan nakal ya). Ucap nya sambil tersenyum kepada (Alm) Pak tarya, dengan penuh semangat aku berlali menuju beliau sambil memengang tangan nya. "Nah sini masuk cepet cepet nih ada mobil-mobilan bagus". Ucap beliau kepadaku, aku tidak berbicara sepatah katapun karena ke asyikan ku bermain mobil-mobilan itu, terlihat kegembiraan dari raut wajah (Alm) Pak Tarya itu, sesudah bermain mobil-mobilan aku langsung di ajak berfoto dan di beri makanan. "Kiii hayu di foto dulu yaa, nih ambil keripik buat kiki". Ucap beliau sambil bergegas mengambil kamera jadul milik nya, selama di foto aku tidak fokus dengan kamera aku hanyaa fokuss pada makanan nya.1
2
3
JepreeeeeeeeeeeeeeeeeeeeetSayang nya entah 1 tahun kedepan atau kurang dia sudah berpulang kepada yang maha kuasa, pokonya usia ku hampir menginjak 5 tahun. Mendengar kabar itu aku menangis di kolong meja rumahku, alasan kenapa aku menangis di sana karena aku malu, aku ini bukan bagian dari keluarga nya tapi kenapa aku harus menangis ? Aku menangis karena bagiku beliau sudah ku anggap seperti kakeku sendiri. Semoga amal ibadah beliau di terima di sisi Allah SWT dan di tempatkan di tempat terbaik-Nya serta diampuni segala dosa-dosa semasa hidup nya, Amiiin.
Selamat jalan Pak, terimakasih sudah mau bermain bersama bocah nakal yang kurang ajar ini, semoga ketulusan mu di balas oleh yang maha kuasa.
Mungkin kejadian ini yang membuat pola pikirku menjadi sedikit realistis di usiaku yang sangat belia itu, tapi namanya juga anak-anak, ya pasti ada kelakuan-kelakuan ku yang harus di maklumi. Di usiaku yang hampir 5 tahun ini aku diajari banyak hal oleh ibuku mulai dari berhitung, membaca dan menulis karena saat itu aku mulai akan memasuki masa pendidikan taman kanak-kanak (TK), aku sudah meminta kepada ibuku kalau nanti aku genap berusia 5 tahun aku ingin merayakan hari ulang tahun ku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Boy
أدب المراهقينbercerita tentang kehidupan seorang anak laki-laki yang susah di atur dan nakal bersama kisah hidup nya selama 20 tahun, begitu juga dengan kisah percintaan nya yang selalu berujung dengan sad ending