Part 6 - The Untrue Truth

1.5K 154 2
                                    

Aku kembali ke kamar dengan langkah yang sempoyongan dan benar-benar bingung karena perkataan Jimin. Aku heran apakah yang Ia katakan memang benar? Atau Ia hanya ingin menggoyahkanku? Apapun jawabannya, aku sudah mengantisipasi hal... Seperti... Ini...

"Ugh... Ayolah... (y/n)... Kamu sudah tahu tidak ada kepastian Jungkook juga memiliki perasaan kepadamu, bukan...? Jangan menangis... Jangan menangis... Hiks..." mataku yang sedari tadi sudah basah, pada akhirnya mengeluarkan air mata. Sepertinya aku selalu saja menangis, bukan? Aku benar-benar pengecut...

***

Flashback

"Dia sudah melupakanmu! Dan memiliki pacar supaya dia bisa bahagia sendiri!"

"Eh?"

Aku sudah takut karena perubahan sikap Jimin yang benar-benar tiba-tiba. Ini pertama kalinya aku melihat Jimin seperti ini.

Semakin lama kami berdua semakin hening. Jimin yang awalnya menatapku dengan intens, sekarang menunduk seperti menghindari tatapanku. Juga, tangan Jimin yang tadi mencengkram dan menahan pergelangan tanganku dengan keras sekarang mulai lepas.

"Maaf, lupakan saja kata-kataku... Aku... Duluan, ya."

Dan seperti itu saja, Jimin meninggalkanku begitu saja.

***

"Lagipula, apa-apaan si jimin!? Tiba-tiba mendorong dan berteriak seperti itu!?"

Setelah puas menangis, aku mulai merasa jengkel kepada sikap Jimin. Sebenarnya apa yang terjadi padanya... Arghhh... Kesal banget, deh! Tapi di tengah-tengah perasaanku yang sedang jengkel itu, aku mengingat kata-kata Jimin yang sebelumnya,

"Kenapa kamu memilih Jungkook bukan aku!?"

"Sampai kapan aku akan dianggap sahabat olehmu!? Selamanya!?"

Aku tak menyangka Jimin memiliki perasaan seperti itu kepadaku. Sejak kecil, aku tak pernah melihatnya sebagai lawan jenis. Karena selama ini, aku selalu menganggap sebagai temanku Park Jimin. Tapi! Bukan salahku karena tidak peka, bukan!? Dia sendiri yang tidak menyatakan perasaannya lebih cepat kepadaku! Hmph! Dasar pengecut!

"..." seketika aku terdiam dan memikirkan kata-kataku baik-baik, "kok rasanya jadi ngatain diri sendiri, yak?"

Ya, aku seharusnya tidak punya hak untuk berpikir seperti itu padanya. Karena sama sepertinya, aku pengecut dan tidak jujur pada perasaanku sendiri. Aku juga kabur dari jungkook dan memendam perasaan ini.

"...Besok aku harus bicara pada Jimin... Sekarang yang penting tidur dulu lah. Hari ini ada terlalu banyak hal yang terjadi." gumamku pada diriku sendiri dan menutup hari yang melelahkan ini.

***

"Pagi, Princess..."

Aku menatap pemilik suara itu dengan dingin dan kembali menutup pintu depan kamar apartemenku.

"Tunggu! (y/n)! Jangan ditutup! Pliss! Aku mau minta maaf untuk kejadian kemarin!"

Saat aku baru saja bangun dan membuka kunci pintu depan karena ada seseorang yang membunyikan bel apartemenku, aku langsung disuguhkan wajah Jimin yang berseri-seri. Aku tahu, aku seharusnya membiarkannya masuk. Karena aku memang sedang ingin berbicara dengannya. Tapi saat ini melihat wajahnya benar-benar membuatku naik darah.

Aku menghela napas dan membuka pintu depan sekali lagi, "kalau kau mendorongku lagi ke tembok, takkan kumaafkan, mengerti?"

Jimin tersenyum dan menyetujui persyaratanku. Tentu saja aku membiarkannya masuk. Karena aku bukan orang yang tahan menolak permintaan, ...Mungkin?

Missing You (Jungkook x reader fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang