Malam ini keluargaku memutuskan untuk makan di luar, dikawasan Dago Pakar, sebagai perayaan untuk adik aku yang telah mendapatkan nilai sempurna sekalian ketemu temen kuliah Papah dulu yang baru saja pindah dari Jakarta . Awalnya aku ngga mau ikut karena banyak tugas, tapi Papah maksa aku buat ikut aja, katanya temen Papah pengen ketemu aku .
Selama di perjalanan Papah cerita kalau anak dari temen Papah tuh deket banget sama aku.
“Dulu kamu itu deket banget sama anaknya Om Bagus, malah kalau Om Bagus ke rumah kamu pasti langsung seneng bisa ketemu anaknya,” ucap Papah padaku.
“Cie Kakak ketemu temen lama,” ucap Galuh dengan nada menggoda.
“Hehe lucu yah Dek ?” Aku membalas dengan ketus.
“Hahaha iya bener, kalian deket banget waktu kecil . Main rumah – rumahan sampe kecapean terus kalian ketiduran bareng, lucu banget deh,” sambung Mamah.
“Ngga tau Mah, Pah, Hannah lupa . Lagian itu udah lama banget, dia juga pasti lupa Hannah.” Aku membalas ucapan Papah dan Mamah dengan ketus sambil memandangi jendela mobil dengan tanganku sebagai penyanggah kepala .
Sesampainya keluargaku di restoran, aku liat meja itu masih kosong, mungkin temen Papah bakal telat ? Setelah itu kami langsung duduk di meja yang sudah dipesan sama Papah . Pelayan langsung menyuguhkan air putih dan menu makanan kepada kami . Tak lama setelah kami duduk, handphone Papah berdering .
“Iya Gus ? Ah gitu ? Yaudah ngga apa apa. Mau sekalian dipesenin makannya ? Biar pas kalian sampe, kita bisa langsung makan . Ah iya, okey deh,” kira - kira begitulah perbincangan Papah di telepon .
“Si Bagus bakal telat, macet katanya tadi di jalan, katanya kita suruh mesen dulu aja makannya, sekalian pesanin juga punya mereka,” ucap Papah ke Mamah.
“Oh yaudah pesen aja dulu,” jawab Mamah.
Kami pun memesan makanan terlebih dahulu, sambil menunggu kedatangan Om Bagus . Aku yang sedari tadi diam, masih memikirkan siapa temen masa kecil aku dulu itu .
Ngga lama adik aku menarik – narik lengan sweater-ku, memecah lamunanku .
“Ah iya Dek ?” Aku bertanya pada Galuh.
“Adek pengen pipis Kak, anterin dong !” Galuh meminta padaku dengan wajahnya yang memelas.
“Oh.. Iya hayu,” ajakku pada Galuh .
Aku menunggu di depan pintu toilet .
“Kakak tunggu disini yah Dek !” Aku berkata pada Galuh.
“Iya Kak !” Galuh membalas perkataanku.
Banyak hal yang aku pikirkan tentang apa yang Mamah dan Papah ceritakan sewaktu di mobil, tentang teman masa kecilku dulu .
“Siapa yah ? Dia inget aku ngga yah ? Kaya gimana yah dia sekarang ? Aku harus gimana nih waktu ketemu dia ? Aaaahhhh bingung !” Aku bergumam dalam hati sambil mencoba memikirkan kembali masa lalu.
Ketika sedang asik – asiknya memikirkan tentang teman masa kecilku itu, samar – samar terdengar suara Galuh dari tempatku menunggu.
“Aduh… hehe makasih yah Kak," samar - samar suara Galuh dari tempatku.
“Dek kamu ngga apa apa ?” Aku berteriak dari luar toilet.
“Iya ngga apa apa Kak !” Galuh berteriak dari dalam.
Tak lama Galuh keluar bersama seseorang, sambil menuntun tangannya. Sontak aku langsung menghampiri Galuh adikku.
“Dek tadi kamu kenapa ?” Aku bertanya kepada Galuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Voice of Eyes
Teen Fiction"Mungkin ruang adalah masalahnya. Layaknya jendela, kau berada di sisi lainku, begitu aku sebaliknya . Kita saling menatap, bercakap melewati mata, karena jendela tak dapat mengartikan kata dari mulut yang berbicara" -Hannah Aulia Rahma Cerita tenta...
