"Danial..."
Ujar Sheana terkejut setelah mendapati Danial di depan pintu rumahnya dengan keadaan basah kuyup. Danial mendongakan kepalanya menatap Sheana dengan air yang jatuh dari rambutnya membasahi perban pria itu. Mata biru Danial bertemu mata abu-abu Sheana, mereka saling memandangi dalam diam. Sheana dapat melihat kehancuran dari mata Danial. Mata yang selalu menyorotkan kebahagian kini menyorotkan kepedihan. Air mata langsung menggenang di pelupuk mata Sheana. Dalam sekejap Sheana memeluk Danial, tidak peduli dengan dirinya yang akan basah karena memeluk Danial yang basah kuyup.
Sheana membiarkan air matanya jatuh dalam pelukan Danial. Danial membalas pelukan Sheana sambil memejamkan matanya, seolah menahan sakit. Mereka berpelukan cukup lama di ambang pintu, sampai akhirnya Sheana sadar bahwa Danial basah kuyup, dan dirinya pun hampir basah kuyup karena terkena tampias air hujan.
"Masuklah," Sheana melepas pelukannya lalu memberikan Danial jalan untuk masuk. Danial masuk ke rumah Sheana lalu duduk di sofa usang gadis itu. Sheana menutup pintu rumahnya lalu menghampiri Danial, "aku akan membuatkan mu teh hangat, baju mu ba..."
"Aku hanya membutuhkan diri mu," Danial memegang tangan Sheana. Sheana mencoba menahan air matanya, tidak pernah ia melihat Danial sekacau ini. Ia duduk di samping Danial lalu menghadap pria itu. Ia membelai pipi Danial, seolah mencari apa yang telah terjadi pada Danial. Sheana akhirnya memeluk Danial kembali, ia mengelus pundak pria itu, berharap apa pun kesakitan yang Danial rasakan akan hilang. Danial menaruh kepalanya di pundak Sheana, ia membiarkan dirinya pulang kerumahnya; Sheana. Danial mengeratkan pelukannya seolah takut kehilangan Sheana.
"Tenanglah aku disini, bersama mu," Sheana menenangkan Danial seperti Danial menenangkan Sheana dikala ia sedih. Danial melepas pelukannya, ia menatap wajah Sheana. Ada air mata disana,
"Jangan menangis, sekali pun untuk ku," Danial menyeka air mata Sheana dan Sheana mengangguk sambil tersenyum walaupun air mata terus menetes, "mau kah kau bertahan untuk ku apa pun keadaanya? Berjanjilah untuk tidak akan pergi meninggalkan ku,"
Sheana meraih tangan Danial lalu memberikan kecupan kecil di sana untuk menguatkan pria itu, "untuk apa aku pergi jika kau adalah rumah ku," Sheana mencium pipi Danial, "Aku tidak akan pergi, jadi katakan apa yang terjadi," Danial hanya menjelaskan bahwa dirinya pergi dari rumah karena bertengkar dengan ayah dan juga neneknya. Danial mengatakan bahwa dirinya sangat kecewa terhadap keluarganya karena menutupi semua ini darinya, menjauhkan dirinya dari Sheana.
"Aku meminta maaf atas nama keluarga ku dan untuk ayah mu, aku akan memberikan uang jaminan agar ia bisa bebas," ujar Danial.
"Apa yang kau katakan? Harusnya aku yang meminta maaf. Ku mohon biarkan ayah ku dalam penjara, aku sudah lelah dengan semua sikapnya," Sheana pikir penjara adalah tempat yang tepat untuk ayahnya, "tidak seharusnya kau meninggalkan rumah, keluarga mu sangat menyayangi mu oleh karena itu mereka melakukan semua itu. Kau tidak perlu mengkhawatirkan ku, aku percaya pada cinta mu, kau pasti akan berjuang untuk cinta kita, jadi kembali lah ke rumah mu, jangan membuat keadaan semakin memburuk," Sheana mengelus pipi Danial lembut.
Danial memegang tangan Sheana, menjauhkan tangannya dari pipinya, "ku mohon hargailah keputusan ku, kau hanya perlu mendukung ku dan selalu berjalan di samping ku, mengerti?"
Sheana mengangguk, "sekarang aku akan membuatkan mu teh hangat, dan mengganti perban mu yang basah. Luka mu harus tetap kering dan kau malah hujan-hujanan seperti ini. Aku tidak bisa memaafkan hal ini, kau harus ke dokter untuk memeriksakan luka mu besok," Sheana memperingati Danial lalu pergi untuk membuat teh dan mengambil kotak P3K.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Equino
Random-sequel of 'Mon Amour'- kau datang bagai hujan dikala kemarau kau sirami tanah tandus tak bertuan... kau datang bagai sinar di kegelapan mengusir seonggok bayangan yang menakutkan... kau datang dan mengingatkan jika masih ada hati yang ku kira suda...