Di Tepi Sungai Seine

756 76 59
                                    

Tag: noviquinn

zhaErza

ForeheadGirls

Desasone_18

[Oneshot panjang dengan 8ribu kata]

*

Alunan melodi Moonlight Sonata itu berhenti. Jemari Sasuke terangkat dari tuts-tuts piano yang usai memantulkan denting terakhir movement Presto Agitato. Sasuke mendongakkan kepala, terpaku menatap sosok dengan senyuman mengembang di wajahnya.

Melihat seorang gadis pramusaji berdiri di ujung ruangan kafe, dihalangi grand piano dan deretan meja penuh pengunjung, Sasuke menghiraukan tepuk tangan riuh di sekitarnya.

Gadis itu berjalan menuju ke arah Sasuke. Ia pikir hatinya berubah menjadi lelehan cokelat melihat senyumnya yang menawan.

Nampan disodorkan. Segelas kopi noisette dingin berpindah tangan. Sasuke mengangguk perlahan sebagai isyarat terima kasih.

"Seperti ada penampakan Beethoven di sini. Kamu memainkan sonatanya dengan sempurna."

Ujar gadis itu tanpa melepaskan wajah sumringah dan binar antusias dari matanya.

Sasuke akan membuka mulut, hendak menepis bahwa pujiannya terlalu berlebihan, tetapi gadis itu lekas berbalik, menyingkir dari hadapannya untuk melayani pengunjung lain.

Lama pandangan Sasuke mengikuti arah ke mana gadis itu bergerak. Mengamati langkah-langkahnya yang santai namun cekatan; tangan menjulurkan nampan dipenuhi gelas-gelas kristal yang kemudian ditatanya apik di atas meja, seseskali bersemu entah oleh apa, mungkin pujian 'kamu cantik' dari beberapa pengunjung pria genit.

Dalam diam, Sasuke mendecih tak suka. Melihat para kumbang penggoda itu, seperti ada gejolak api cemburu yang membakar dadanya. Aneh. Padahal sang gadis bukan siapa-siapanya.

Hingga ia tak menyadari gelas kopi noisette tandas diminum, sementara manis rasa kopi seperti menyangkut di kerongkongan Sasuke.

Malam itu, di bawah bayang-bayang gemerlap Eiffel, di tengah gelitikan aroma manis keju yang membaur dengan wangi seduhan kopi, di antara riuh rendah pengunjung pesta yang datang dan pergi silih berganti, Sasuke melihat seberkas cahaya mengantarkan sang dewi ke dalam rengkuhannya.

Sang pianis mengulum senyum. Ia telah temukan mimpi yang sesungguhnya.

***

Menimba ilmu. Melepaskan diri dari belenggu berwujud tuntutan keluarga yang menghendakinya menjadi pewaris 'kerajaan uang' mereka─dan bukannya mengembangkan bakat dan minatnya di bidang musik klasik, hanyalah tujuan utama Sasuke menapaki negeri Napoleon ini.

Dalam toko buku antik Shekespeare and Co, Sasuke tengah menyusuri rak-rak yang dijejali ribuan buku, membentang menutupi dinding hingga langit-lagit toko, membentuk labirin buku.

Ia tengah memilah-milah buku ketika tiba-tiba tangannya bersentuhan dengan tangan lain dari sisi kanan. Terkejut. Sasuke menoleh dan mendapati iris hijau dari malam Moonlight Sonata itu dengan tatapan yang sama tercengang dengan dirinya.

"Kata orang, pertemuan pertama itu kebetulan, tapi yang kedua dan seterusnya itu takdir, err..." menggantungkan kata-kata seraya mengulurkan tangan, gadis musim semi itu menegakkan punggung. Tersenyum lebar dengan alis dinaikkan menyiratkan tanya.

Di Tepi Sungai SeineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang