... sebelumnya ...
"Bisa," jawabnya dengan suara serak.RUANGAN itu diliputi keheningan saat Rantika sudah keluar dari ruangan. Rantika memang pamit terlebih dahulu karena ada pekerjaan yang harus diselesaikannya dan ia tidak ingin diantar oleh Ferdy karena ia ingin menyendiri selama beberapa saat.
Ferdy melihat gadis di hadapannya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Lluvia pun melihat Ferdy dengan tatapan yang sama. Kesepakatan tanpa kata terucap di antara mereka.
"Kita jalan di alur masing-masing aja, ya?" cetus Ferdy memecahkan keheningan untuk pertama kalinya. Lluvia menarik napas panjang.
"Oke," jawabnya singkat pada akhirnya.
"Tapi kita harus tetap mendoakan kebaikan buat masing-masing pihak, ya?" ujar Ferdy lagi.
"Oke."
Keheningan kembali menggantung di antara mereka saat kata itu selesai terucap.
"Kalo gitu aku pulang dulu, ya?" Lluvia mengangguk kecil. "Kamu ... kamu jaga diri baik-baik, ya?"
"Kakak juga." Ferdy mengangguk.
"Selamat tinggal."
"Selamat tinggal." Dan Ferdy pun pergi meninggalkan Lluvia dan juga Aloysius yang sedari tadi tidak mengeluarkan suara.
"Mm ...." Aloysius yang tidak tahu harus berkata apa hanya sanggup bergumam tidak jelas.
"Ferdy udah nggak ada, Loy?" tanya Lluvia dengan suara bergetar. Aloysius mengintip ke luar ruangan sebelum akhirnya mengangguk.
"Udah nggak keliatan batang hidungnya," jawab Aloysius. Lluvia mengangguk-anggukkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca.
"Baguslah ...," responnya sebelum akhirnya tangisnya pecah, membuat Aloysius semakin bingung harus berbuat apa.
"Lu ...," panggilnya pelan.
"Sebentar ... sebentar saja .... Biarkan aku menangis ... sebentar saja .... Setelah itu, aku janji ... aku akan baik-baik saja ...," isak Lluvia di sela-sela tangisannya. Aloysius hanya terdiam sambil menatap gadis yang sedang menangis tersedu-sedu sambil memeluk lututnya itu.
"Aku ... sayang dia, Bapa ...."
Aloysius memejamkan matanya saat samar-samar ia mendengar bisikan lirih penuh kepedihan dari gadis itu.
• ❖ •
"SEBENERNYA aku udah lama tau Ferdy, tapi bener-bener kenal sama dia itu baru sekitar delapan bulan yang lalu dan bener-bener deket baru sejak enam bulan yang lalu," papar Lluvia tiba-tiba, tidak lama setelah ia sudah kembali tenang.
"Lo nggak perlu cerita kalo lo nggak mau cerita," bujuk Aloysius penuh pengertian walaupun sebenarnya ia juga penasaran akan kebenaran dari hubungan antara Lluvia dan Ferdy. Ia pun sama seperti Rantika, tidak memercayai sepenuhnya cerita yang dituturkan oleh Lluvia sebelumnya.
"Aku harus bercerita kepada seseorang saat ini ... bercerita tentang kebenaran yang ada," jelas Lluvia pelan dengan tersenyum. Aloysius balas tersenyum.
"Oke kalo gitu."
"Aku tertarik sama dia bukan karena tampangnya aja—yang agak mirip sama Ikuta Toma kalo lagi ketawa—tapi juga karena pribadinya yang bikin aku nyaman kalo ada di deket dia. Di deket dia, aku nggak perlu berpura-pura jadi orang lain atau pura-pura jaim.
"Ferdy juga bisa diajak diskusi, jadi selama kita deket kita jarang banget—atau bahkan nggak pernah—terlibat salah paham. Dan karena ada Ferdy juga, akhirnya aku bisa melihat dan menyayangi sosok lain selain sosok Cakra—mantan aku. Selama kita deket, Ferdy ngasih isyarat bahwa dia juga tertarik sama aku dan bahwa akan ada hubungan 'lebih dari sekedar teman' di antara kita. Dan aku memang mengharapkan demikian," lanjut Lluvia dengan tatapan nanar.
"Selama kita deket, Ferdy nggak pernah menunjukkan tanda-tanda bahwa dia udah punya pacar, jadi aku juga tenang-tenang aja." Lluvia tersenyum getir.
"Tapi ... di bulan ketiga kita bener-bener deket, Ferdy baru ngomong kalo ... kalo dia sebenernya udah punya pacar .... Rantika." Lluvia berhenti sejenak untuk menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal dengan canggung.
"Setelah dia bilang kalo dia udah punya pacar, dia juga bilang bahwa sebenernya hubungannya sama Rantika udah low banget, tinggal nunggu aja kapan putusnya. Dia juga bilang dia nggak akan melepaskan aku dan nggak akan berhenti berusaha untuk mendapatkan aku. Akhirnya, dua bulan setelah dia membeberkan kebenaran itu, kami berdua ... ya ... bisa dikatakan kalo aku jadi selingkuhannya Ferdy ...."
"Tapi kata lo tadi Ferdy nggak pernah selingkuh sama lo?" tanya Aloysius tidak mengerti.
"Hanya tidak ingin membahayakan posisi Ferdy di mata Rantika," jawab Lluvia sambil tersenyum kecil.
"Tapi posisi lo yang jadi jelek di mata Rantika!" protes Aloysius tidak terima.
"Nggak apa-apa kok ... kan aku juga salah," jawab Lluvia tenang.
"Lo yang salah gimana? Udah jelas yang salah tuh si Ferdy karena nggak bilang dari awal kalo dia udah punya pacar!" protes Aloysius. Lluvia menggeleng sambil tersenyum.
"Aku juga salah, harusnya waktu Ferdy bilang kalo dia udah punya pacar, aku langsung ambil langkah tegas, tapi aku selalu menunda-nunda sampai akhirnya jadi berlarut-larut kayak sekarang," jelas Lluvia sambil tersenyum kecil.
Kamu tuh terlalu baik, apa bego sih, Lu? pikir Aloysius.
"Akhirnya, Bunda mengetahui kebenaran bahwa Ferdy udah punya pacar ... dan Bunda meminta Ferdy untuk memilih. Aku ... atau Rantika." Lluvia menatap lurus ke arah tembok di hadapannya sambil memiringkan kepalanya beberapa derajat ke kiri.
"Dan ... Ferdy memilih Rantika ...," sambungnya pelan. Aloysius tidak tahu harus berbuat apa. Mau menghibur, kok rasanya kurang tepat karena Lluvia tidak tampak sedih saat itu. Tiba-tiba Lluvia menghela napas panjang dan berat.
"Aku tau kalo aku adalah the outsider yang udah dengan semena-menanya masuk di tengah-tengah mereka, tapi ... hehe ... aku juga tulus sayang sama Ferdy," cetus Lluvia sambil tersenyum getir. Aloysius mengangkat sebelah alisnya.
"Kalo lo memang sayang sama dia, kenapa lo nggak memperjuangkan dia, Lu?" pancing Aloysius. Lluvia tersenyum kecil saat menatap Aloysius.
"Aku memang sayang sama dia, tapi perasaan aku ini menyakiti banyak orang ... menyakiti Rantika yang lebih berhak memiliki Ferdy. Seharusnya Ferdy memang tetap bersama Rantika, aku bukan siapa-siapa, aku hanyalah distraksi sementara, cuma selingan ... dan tugas terakhir sang distraktor ini adalah untuk mengembalikan perhatian Ferdy ke jalur yang sebenarnya," jawab Lluvia tenang.
"Lu—"
"Tapi ... aku salah nggak sih Loy kalo aku juga sayang sama Ferdy?" potong Lluvia. Aloysius langsung terdiam dan meneliti ekspresi gadis yang sedang menatapnya itu.
"Lo bener-bener sayang sama dia, ya Lu?" tanya Aloysius akhirnya. Lluvia mengangguk sambil tersenyum getir.
"More than he know ...," ucapnya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Lluvia [✓]
Aktuelle LiteraturSemua orang pasti pernah merasakan kelelahan dalam hidupnya. Pernah merasa ingin melarikan diri dari semuanya. Bagaimana kalau hal itu didengar dan dikabulkan oleh Tuhan? IA membawamu keluar dari kelelahanmu, membuatmu melupakan semuanya. Itulah yan...