Suatu pagi aku termenung
Memutar ulang beberapa peristiwa di kepala
Mencari-cari slide demi slide yang istimewa
Hingga sudut - sudut berdebu dalam ruang kalbuAku mengenalnya,
Si Tuan waktu yang katanya memiliki nama
'Tahun' julukannya
Itu pun menurut Bahasa Indonesia
Kumpulan dari dua belas bulan,
Puluhan minggu, ratusan hari, ribuan jam, jutaan detik...
Sudahlah, si menit tidak akan marah meski tak kusebutkan..Disela - sela lamunanku
Memikirkan Tahun demi tahun yang tertimbun
Atau sekedar menerka - nerka Tahun yang akan datang, well sebetulnya lebih tepatnya mereka - reka ...
Pun Merenda -renda MIMPI . . .Ah !
Persetan dengan mimpi...
Benakku mulai mengumpat parau
Terjerembab pada tumpukan album kegagalan, aib, bahkan luka - luka yang nyaris terlupakan
Ya, kurasa level kesembuhan pada sebuah luka hanya mencapai kata 'nyaris' saja
Atau 'hampir' __
Hampir mustahil bagi mereka yang membencimuDalam sedikit kewarasan yang tersisa
Bagiku 'Tahun' bukan sekedar kumpulan bulan dan minggu
Namun sebuah lukisan penuh warna nan abstrak
Penuh sudut-sudut gila
Goresan - goresan warna yang tak kau kenali namanya, namun pahm betul bagaimana pahit dan manisnya
Menatapnya membuatmu seolah menonton sebuah film
Semua genre terlibat
Tanpa terkecuali
Bahkan, plot twist bukan sebuah kejutan lagi...Oh,,
Kemudian aku kembali merasa terusik
Dengan sebuah pemikiran dimana
Semua itu akan terus berulang pada siklus yang sama
Terutama
Jika aku tak cukup berani untuk merenovasi kenyataan ini...
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Waktu
PoesíaWaktu, Si angkuh yang tak tergoyahkan Si tua yang tak kunjung renta