"Dia sederhana, tapi istimewa."
-Abaout You-
"Salam sehat untuk semuanya. Perkenalkan nama aku, Aruna Hannyara. Aku adalah siswi kelas XII. Hobi ku adalah membaca, khusus nya novel. Selain itu, aku juga suka baca manhwa. Aku suka menggambar. Yang sering menjadi tokoh gambar ku adalah 'dia'. Dia yang istimewa. Cukup perkenalan nya. Aku akan menceritakan sebuah perjuangan ku menjadi pengagum rahasia."
🌙🌙🌙
Aruna menyenderkan tubuhnya pada dinding kelas nya. Matanya sejak tadi fokus menatap kearah gerbang sekolah.
"Tidak biasanya. Seharusnya dia sudah tiba pukul tujuh tadi. Kenapa sampai sekarang belum datang?" Ucap Aruna. Iya kembali melirik arloji di pergelangan tangan nya, yang sudah menunjukkan pukul 07.05.
Dia— yang Aruna tunggu kedatangan nya akhirnya muncul. Dengan wajah ceria yang menggendong tas ransel bewarna hitam.
Senyuman itu, senyuman yang tidak pernah pudar dari wajah nya. Dia yang baik hati, ramah, dan mudah bergaul. Dia adalah manusia yang baik.
Aruna menghela nafas lega ketika sosok yang sejak tadi ia perhatikan masuk kedalam kelasnya. 'Kelas unggulan'. Kelas yang berada tidak jauh kelas nya.
Aruna kembali masuk kedalam kelasnya dan mendudukkan dirinya di bangku kesayangan nya. Gadis itu merogoh lacinya dan mengambil sebuah novel yang belum selesai ia baca.
"Baca apasih? Serius banget."
Aruna menoleh singkat pada teman nya— Naya yang baru saja datang dengan membawa chiki favorit nya.
"Menurut, mu? Yakali gue baca buku dosa." Ucapnya ketus.
Naya cemberut saat mendengar jawaban ketus teman nya ini. Masih pagi udah marah-marah.
"Biasa aja jawabnya. Nggak usah marah gitu."
"Dih, siapa yang marah? Lo aja yang baperan."
Naya mendengus pelan. "Udah, diem."
Aruna merotasi kan kedua matanya. Ia menghela nafas pelan. Ini bukan untuk pertama kali. Memang sudah sangat sering teman akrab nya ini salah paham dengan intonasi nada bicaranya.
Bukan hanya Naya. Hampir setiap orang yang mengajak Aruna berkomunikasi. Mereka akan berkomentar bahwa nada bicara Aruna seperti mengajak ribut. Padahal kenyataan nya Aruna memang seperti itu.
Sangat sulit mengubah sifat bawaan lahir. Iya, kan?
"Run."
"Hm?" Jawab Aruna malas
"Lo tau nggak, kalau Abiyan deket lagi sama mantannya."
Aruna yang awalnya tidak tertarik sama sekali, menoleh menatap Naya yang duduk disampingnya. Ia melipat halaman kertas novelnya sebagai penanda.
"Mantannya siapa?" Tanya Aruna menatap Naya memicing.
"Takbir."
"Allahuakbar." Jawab teman-teman sekelas yang mendengar nya.
"Lo tau silsilah keluarganya, tapi lo nggak tau siapa mantannya? Run, Lo serius?" Naya menatap tidak percaya. Dirinya sangat shock mengetahui Aruna tidak tau tentang crush nya selama 3 tahun ini.
"Nggak penting."
"Bisa-bisanya lo bilang nggak penting. Terus kenapa lo nanya kalau nggak penting?"
"Y-ya karena lo udah ngebahas. Lagian gue penasarannya kenapa bisa deket lagi, bukan siapa mantannya," ucap Aruna. Memang benar, dia hanya penasaran kenapa mereka bisa dekat kembali. Iya, karena itu.
Naya menggeleng heran. Tidak habis pikir. Ia kembali menatap Aruna dalam.
"Run, udah ngak bisa lagi, ya?" Tanya Naya.
"Apanya?" Tanya Aruna bingung.
"Lupain dia. Run, menurut gue nggak harapan. Dia terlalu jauh." Aruna menundukkan kepalanya dalam. Ia kembali menghela nafasnya.
Aruna juga ingin untuk berhenti. Ia ingin melupakan. Namun ia tidak bisa. Hatinya menolah lupa dan berhenti untuk tetap mencintai.
Jika boleh jujur, Aruna ingin merasakan cinta yang berbalas. Namun, lagi-lagi ini semua diluar kendalinya. Ia jatuh hati pada seseorang yang bahkan tidak tau dirinya ada. Walaupun mereka di satu sekolah yang sama, namun Aruna bisa memastikan bahwa 'dia' tidak mengetahui Aruna itu ada.
"Nay, gue nggak berharap dia melihat kearah gue. Ngeliat dia ada itu udah lebih dari cukup. Gue seneng bisa ngeliat dia," ucap Aruna tersenyum kecil.
"Walaupun dari jauh?" Aruna mengangguk.
"Walaupun dari jauh."
Naya menatap Aruna takjub. Jika dirinya ada di posisi Aruna, dia tidak akan tahan melakukan hal 'bodoh' seperti itu. Mungkin ada beberapa manusia seperti Aruna. Namun, dirinya tidak seperti Aruna.
"Namanya Raniya. Anak kelas IPA 2. Sebelahan tuh, sama kelas Abiyan. Mereka pernah pacaran waktu SMP. Tapi gosip yang beredar kemarin, mereka deket lagi." Aruna terdiam mendengar perkataan Naya.
Ada sedikit rasa tidak nyaman dihatinya. Dia tidak suka dengan gosip yang disampaikan Naya padanya.
"Tapi, ajaib ya. Mereka tuh mantan, tapi selalu deket. Kelas mereka sebelahan, bimbel ditempat yang sama, mereka juga satu klub, kan?"
"Jangan buat gue makin minder. Huftt... Jadi gue harus saingan sama masa lalu." Aruna kembali menghela nafasnya. Ia menelungkup kan wajah nya diatas meja.
Dirinya merenungi setiap perkataan Naya. Jika dipikir-pikir, benar adanya apa yang dikatakan Naya. Aneh, jika suatu kebetulan. Mereka sudah berstatus mantan, tapi masih berdekatan.
Kelas bersebelahan, bimbel ditempat yang sama, bahkan mereka sama-sama mengikuti klub biologi. Sangat mustahil jika mereka tidak berkomunikasi, dan sangat mustahil mereka sudah move-on satu sama lain.
Bersaing dengan masa lalu, itu sangat melelahkan. Membutuhkan energi yang ekstra. Serta kekuatan fisik dan mental.
Jika Aruna melihat kedalam dirinya dan dibandingkan dengan Raniya, sungguh Aruna sangat minus. Semua yang ada pada drinya itu pas.
Wajah, tubuh, otak, duit. Semua nya ngepas. Tidak ada yang lebih. Sebenarnya ada. Yaitu, otaknya yang berlebihan dalam halusinasi.
Jangankan Abiyan, bahkan mungkin tidak ada yang tertarik padanya. Selain semua nya yang 'pas' Aruna juga tipikal manusia yang pendiam.
Dirinya cukup sulit untuk berinteraksi dengan orang-orang baru. Dia hanya bisa berbicara banyak pada mereka yang sudah dekat dengan dirinya.
Singkatnya, ia sulit bergaul.
Tidak banyak manusia yang mengetahui keberadaan nya. Hanya ada beberapa orang saja. Itupun kemungkinan besar, yang sering memiliki urusan bersamanya.
Aruna menarik nafasnya dalam dan menghembuskan nya perlahan. Ia kembali membuka novel nya dan kembali membaca.
Naya yang melihat itu hanya diam. Ia sangat yakin, walaupun Aruna tampak sedang membaca, namun pikiran nya pasti ke hal yang lain.
Membaca novel itu hanya pengalihan agar ia terlihat sibuk.
🌙🌙🌙
"Hal tersulit bagiku adalah melupakan mu."
-Abaout You-

KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT YOU
Teen Fiction"Ini hanya bagian terkecil, tentang mu. Manusia yang tidak pernah bisa aku miliki." Ini hanya kisah tentang manusia yang mengagumi ciptaan Tuhan. Selain berjuang untuk cinta nya, ia juga harus berjuang untuk kebahagiaan dirinya sendiri. Ini adalah k...