#21

231K 18.4K 700
                                    

Makan kedondong di rumah si caca
Vote dulu dong baru di baca
Eaaak


♥♥♥

"Woi nyet, masih idup lu."

Seseorang menepuk pundak gue dari belakang. Membuat gue tersedak makanan yang baru dua kali gue kunyah.

"Minum minum minum." orang itu berdiri di samping gue menyodorkan minuman. "Lu mati ntar gue juga yang repot."

Setelah reda dari kesedakan spontan gue menengok. "Anjing!" berdiri, gue menggeplak kepala Noval. Iya, si kampret itu Noval. Kloningannya Ki Joko Bodo, cucunya mbah Mijan, anak angkatnya Dimas Kanjeng. Taik ledig emang. "Lu kalo mau nyapa kira-kira kampret. Gue keselek anjir."

"What the fuck, Jun?! lu main geplak aja." Noval mengusap kepalanya hiperbolis. "Ini kepala masih di pake. Mana belom gue asuransiin. Kalo gue gegar otak, lu mau tanggungjawab."

Gue mendengus keras. "Lu kira pala lu kaki Maria Carey diasuransiin." gue menegak habis jus semangka yang masih tersisa setengah gelas tinggi. "Museumin dah tuh kepala, udah ngga guna."

"Lambeh lu makin pedes aja." Noval menggruwas mulut gue gemas.

"Tangan lu kampret! Bau taik!"

Noval ketawa. "Pantes dari tadi gue merinding disko, rupanya mau ketemu lu." ia menjatuhkan pantatnya di kursi di hadapan gue. "Lu ngapain disini sendirian doang?"

"Lu kata gue dedemit." kata gue menyesap kuah sop. "Makanlah masa nungging."

"Nenek gue di kuburan juga tau lu lagi makan nyet. Maksud gue lu tumben makan di tempat elit begini, biasa juga makan di warteg."

Gue menjatuhkan sendok di meja, menengok Noval dengan tatapan setajam silet. "Pernah liat orang di gampar pake duit segepok?" Noval menggeleng. "Ntar gue pkartekin ke lu."

"Anjir songong!" seru Noval sembari menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Makanya ngga usah bacrit!" tembak gue.

"Becanda jun becanda. Sensi amat." Noval mengeluarkan hapenya dari kantong dan meletakkannya di meja. "Kemana aja lu sebulan lebih ngilang kaga ada rimbanya?"

"Balik kampung gue. Kali aja di kampung nemu inspirasi buat judul skripsi." gue kembali menikmati iga bakar yang sempat terganggu dengan kedatangan Noval.

Noval mengambil alih sendok di tangan gue, menyendok potongan iga dan melahapnya. "Dapet kaga?" tanyanya dengan mulut penuh.

"Kaga." sahut gue malas.

Dari mana bisa dapat inspirasi, kalo baru sehari disana udah di ajak balik lagi. Balik kampung yang gue maksud, bukan balik kampung yang sebenarnya tapi liburan sehari di pulau cubadak bareng Pak Nugra. Kan masih sama-sama di minang coeg.

Noval ketawa setan. "Udah gue duga." katanya meledek. "Gue kirain lu frustasi judul ngga di acc-acc. Balik ke kampung minta dikawinin sama Uda-Uda penjual sate. Entar kerjaan lu di rumah ngipasin bakaran sate, pake daster sambil gendong bocah. Ya Allah gue ngga sanggup bayanginnya. Kocak banget pasti." Noval lagi-lagi ketawa kelewat girang hingga pudaknya berguncang.

Sendok yang hampir menyentuh bibir terhenti di udara. Kunyahan gue terhenti seketika. Tiba-tiba gue ngga berselera melanjutkan makan yang belum ada setengah gue habiskan. (Sial. Padahal enak banget ini iganya.) Dari sekian banyak banyolan yang Noval lontarkan, baru kali ini gue merasa tertumbuk pas di ulu hati.

Kawin? Belum Val tapi nikah udah. Udah jadi bini orang gue sekarang anjay.

Noval menjentik-jentikkan jemarinya di depan muka gue. "Woi, yah dia bengong."

Suami Satu Semester (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang