Ch 15: Kejadian yang tak terduga

102 26 51
                                    

~Happy Reading~

Angin malam yang tak hentinya berhembus, menusuk pori-pori kulit Kenzo yang kini tengah mengendarai motornya.

Laki-laki itu melajukan Kawasaki Ninja 250R dengan kecepatan yang terbilang tinggi.

"Aku harap mereka baik-baik saja" ucap Kenzo dengan ekspresi yang menunjukkan kekhawatiran.

----

Krek...

Suara gesekan pintu kamar mandi terdengar. Seorang gadis yang baru saja membersihkan tubuhnya segera menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya.

Gadis itu menyelesaikan beberapa langkah untuk menghias dirinya dan segera membuka pintu kamarnya. Hanya beberapa langkah, Vitra kembali berbalik ke kasurnya untuk mengambil sesuatu yang tak bisa ia tinggalkan.

Gadis itu mengambil ponselnya yang kini terbaring di kasurnya. '10 panggilan tak terjawab' gadis itu menaikkan sebelah alisnya sontak melihat layar ponselnya.

"Apa yang salah dengannya?" gadis itu tak menghiraukan suasana. Dengan cueknya, gadis itu segera mengantongi ponselnya dan berjalan menuruni anak tangga untuk menuju ke ruang makan.

Ruang yang begitu luas, dihiasi dengan benda-benda yang mahal, itulah yang tampak di ruang makan rumah Vitra. Tapi, apalah arti semua itu jika tak ada satupun suara yang menyapanya.

Pembantunya hanya menyediakan makanan untuknya dan langsung kembali ke rumahnya. Sedangkan orang tuanya hanya mengurusi keuangan Vitra. Tidak peduli bagaimana keadaan Vitra, yang jelas keuangannya terpenuhi.

Namun, jauh dari itu Vitra sama sekali tidak membutuhkan semua itu. Kebahagiaan hadir bukan berarti bahwa harta terpenuhi. Kebahagiaan itu sederhana, tergantung dari pribadi yang menjalaninya.

Vitra langsung menggeser kursi dan duduk. Ia membuka kotak makanan yang telah tersedia dan mulai menyantapnya. Hanya satu suap saja, gadis itu langsung menghentikan acara makannya.

Ia memperhatikan kursi-kursi mewah yang berjajar di ruang makan itu. "Kalau saja paman masih hidup, pasti aku tidak akan sendirian" ucapnya. Kini air hangat dari matanya mulai menetes, membasahi pipinya yang telah terhiasi oleh bedak putih.

"Apa gunanya memiliki semua ini! Rumah yang luas, benda-benda yang mahal. Tapi tak ada satupun yang memberikan kebahagiaan. Ayah dan ibu hanya memikirkan uang. Apa semua ini masih belum cukup? Apa mereka belum puas dengan apa yang mereka miliki? Hiks...hiks..." gadis itu tak hentinya menangis, sesekali ia menyeka air matanya yang semakin deras.

Berbicara seorang diri dan mengeluarkan semua masalah yang mengganggu pikirannya, mungkin itu cara yang baik untuk menghibur dirinya.

"Kapan semua ini akan berakhir!!" pekiknya sembari memukul-mukul dadanya.

"Bagaimana jika kau mengakhiri penderitaanmu sekarang juga!" langkah kaki dan suara yang misterius membuat Vitra langsung menyeka air matanya dan menoleh ke asal suara.

Tampak seseorang dengan kostum serba hitam yang menutupi seluruh tubuhnya.
Yang terlihat hanya area bagian mata.

"Siapa kau?!" teriak Vitra sembari berdiri.

"Tidak perlu tahu siapa aku, kedatanganku kemari hanya untuk mengakhiri penderitaanmu" ucap orang itu. Dari suaranya, sepertinya laki-laki itu tengah berusia sekitar 30-an.

Laki-laki itu melangkah mendekati Vitra, sontak membuat Vitra langsung berjalan dari area meja makan.

"Kau tidak perlu takut nak, lagi pula bukankah orang tuamu tidak peduli padamu, tidakkah semuanya ini terlalu kejam untukmu. Kau ingin mengakhiri semuanya 'kan?"

Hidup Dalam Mimpi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang