Keinginan Oh Keinginan

652 120 14
                                    

"Buat gue urusan pribadi adalah privasi yang nggak harus orang lain tahu, apalagi sampai ikut campur tangan."

_Raffi_


***


"Apaan nih?" tanya Raya saat sebuah jaket berada di atas pangkuannya.

"Cepat pake dan kita pergi sekarang!" ucap Raffi, orang yang melempar jaket tersebut.

"Maksud lo?" Raya masih belum mengerti maksud ucapan Raffi. Pergi? Pergi kemana? Dia mengajak kemana? Jalan-jalan?

"Masih nanya lagi. Nggak usah pura-pura nggak tahu gitulah. Udah buruan pakai. Kita nggak punya banyak waktu. Sorry, maksud gue lo nggak punya banyak waktu."

Raya semakin mengernyit. Ia masih tidak paham arah ucapan Raffi. Waktu apa? Tidak punya waktu apa? Memangnya mau kemana? Gadis itu masih bertahan dalam duduknya. Tidak juga segera memakai jaket tersebut. Benaknya masih dipenuhi dengan beragam tanya.

"Ye, malah bengong. Buruan!"

"Lo tuh yang ada bikin gue bingung tahu nggak. Gue bener-bener nggak ngerti maksud lo apa? Lo mau ngajak gue kemana sih, hah!"

Raffi mendesah. Lalu menarik kursi di depan Raya dan mendudukinya. Ia menatap gadis di hadapannya itu lekat. Sebagaimana dia yang menatapnya penuh dengan tanya.

"Hari ini Mondy berangkat ke Amerika kan?"

Mendengar pertanyaan itu membuat raut wajah Raya berubah. Rasa penasaran dan bingungnya seolah hilang berganti ekspresi ... yah, bisa disebut malas atau sebuah rasa ketidaknyamanan. Pandangannya saja sekarang berpindah. Tidak lagi menatap Raffi yang masih setia memandangnya.

"Iya." jawabnya terdengar malas.

"Terus kenapa lo masih duduk ngalamun di sini aja?"

Pertanyaan itu berhasil mengembalikan tatapan Raya pada Raffi. Juga mengembalikan raut penuh tanya yang sempat hilang beberapa menit lalu.

"Terus gue mesti ngapain? Nganterin dia pergi? Atau ke bandara ngucapin salam perpisahan gitu? Hah, itu sama aja gue nyari masalah."

Emosi Raya seperti tersulut. Intonasi bicaranya tidak lagi seperti sebelumnya. Kali ini naik satu oktaf lebih tinggi.

"Sebenarnya gue nggak mau ikut campur urusan lo. Karena gue pribadi juga nggak suka kalau ada orang lain yang ikut campur urusan pribadi gue. Buat gue urusan pribadi adalah privasi yang nggak harus orang lain tahu, apalagi sampai ikut campur tangan. Ya, kecuali kalau gue yang minta orang itu buat ikut campur karena gue nggak bisa ngatasin sendiri."

"Nah, itu lo tahu. Terus kenapa masih ikut campur urusan gue?"

"Karena gue merasa harus ikut campur."

Jawaban yang cukup mengherankan Raya.

Jawaban macam apa itu. Siapa juga yang meminta dia untuk ikut campur. Raya menggerutu dalam hati.

"Mondy butuh support lo. Dia butuh dukungan untuk melaksanakan niatnya menyadarkan bokapnya."

Raya nampak tertegun saat mendengar ucapan Raffi. Bagaimana dia bisa tahu kalau niat Mondy tersebut? Ia merasa kalau semalam tidak mengatakan apapun selama perjalanan pulang. Apa dia menguping pembicaraannya dengan Mondy semalam di caffe?

"Lo pasti berpikiran kalau gue semalam nguping pembicaraan lo sama Mondy, iya kan?"

Seolah bisa membaca pikiran Raya, Raffi pun langsung mengatakan hal yang memang tengah berada dalam benaknya itu.

The Story of R2MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang