Prolog

23 5 7
                                    

Sebelum keberangkatan menuju Belanda, di Indonesia 🇲🇨

..

Bersenandung ria seraya merasakan semilir angin membuat Aurel menghirup udara segar dengan tenang . Matanya terus memperhatikan jalanan sedangkan mulutnya tidak bisa berhenti untuk terus bernyanyi, mendengarkan lagu yang sedang dia putar diponselnya.

(K.A.R.D - Hola Hola)

Kaki jenjangnya terus mengayuh pedal sepeda dengan amat rajin. Aurel yang semula sedang menikmati dan bersenandung, mendadak langsung memberhentikan sepedanya ditepi jalan ketika melihat sebuah mobil mogok.

Aurel mulai menstandarkan sepedanya, kemudian kakinya berjalan menghampiri mobil tersebut dengan hati-hati. Seseorang terlihat memegangi rambutnya frustasi. Sangat kesal ketika mendapati mobilnya yang mogok dipinggir jalan.

"Duh mampus aja gue! Ni mobil kenapa pake acara mogok disini segala sih?!" omel orang itu menyalahkan keadaan yang sedang menimpanya.

"Permisi, mobil lo mogok?" tanya Aurel sopan. Refleks orang itu membelalakan matanya terkejut ketika seorang perempuan datang mendekati dirinya tiba-tiba.

"Maaf. Anda siapa ya?" balas orang itu dingin. Tatapan datar tanpa ekspresinya tidak pernah luput menatap mata hazel Aurel.

"Ah, nama gue Aurel. Tadi gue ga sengaja liat mobil lo mogok dipinggir jalan, niatnya sih mau bantu." Aurel memperhatikan setiap inci mobil orang itu. Sepertinya orang ini anak konglomerat, terpampang jelas sekali dari cara berpakaian hingga kendaraan yang dia tumpangi.

"Tapi kayanya gue gabutuh bantuan lo tuh. Mending lo pergi aja deh, urusin sendiri hidup lo." Aurel sarkastik. Matanya mengerjap beberapa kali, merasa sedikit kesal ketika mendengar jawaban angkuh yang keluar dari mulut laki-laki dihadapannya. Padahalkan niat Aurel hanya ingin membantu, mengapa dia malah diusir dan dimarahi? Dasar cowok angkuh! batin Aurel berdecak sebal.

"Oh. Gue kira lo butuh bantuan, ya sudah gue duluan ya. Awas telat, jam udah nunjukkin pukul 06.45 lho." Aurel melangkahkan kaki menghampiri sepeda biru kesayangannya. Tangannya yang hendak menurunkan standard tiba-tiba terhenti ketika merasakan sebuah tangan menyentuh bahunya.

Aurel menolehkan kepala, mendapati seorang laki-laki angkuh tadi tengah menatap dirinya dengan tatapan yang tidak bisa dia artikan.

"Gue butuh tumpangan. Plis bantu gue," ujar laki-laki itu dengan nada memelas. Memutar bola mata malas serta merasa kasihan, Aurel hanya mengangguk sebagai jawaban. Laki-laki yang tadi memegang bahunya kini berjalan mendekati mobil, mengambil tas dan ponselnya.

"Emang lo ga ngerasa malu apa nyetir sepeda kaya gini?" tanya Aurel ketika laki-laki itu menyuruh dirinya duduk di jok belakang.

Laki-laki didepannya terdiam, tidak menjawab pertanyaan Aurel. Laki-laki itu lebih memilih menjalankan sepeda milik Aurel dengan harapan semoga saja dirinya tidak terlambat.

---

"Eh, eh liat deh. Itu bukannya Bryan ya? Kok dia ke sekolah naik sepeda sih? Bareng cewek lagi!"

"Parah-parah. Bakal jadi Hot News nih gue yakin!"

"Btw ceweknya lucky banget anjir, bisa deket-deket Bryan."

"Tuh cewek pacar barunya Bryan kali. Eh tapi tunggu, keknya tuh cewek bukan anak sekolah sini deh, soalnya gue ga pernah liat dia sebelumnya."

VRIJE STIJL [Semi-Baku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang