Disebuah balkon kamar, seorang laki-laki dan perempuan tengah berusaha memanjat dinding tembok balkon tersebut. Napas keduanya pun tersenggal-senggal. Mengingat sekarang sudah pukul sepuluh malam tepat.
Aurel yang baru sampai diatas balkon kamarnya, mulai mengulurkan tangan kanan. Berniat membantu sang kakak agar sampai di atas seperti dirinya. Di lantai bawah, Vino memegangi tangan Aurel kuat-kuat. Berharap agar dirinya tidak terjatuh dari ketinggian kamar adiknya sekarang ini.
Kemudian ketika Vino berhasil menginjakkan kakinya di atas balkon kamar milik Aurel, sebuah mobil hitam terparkir buru-buru berdiam di depan halaman rumah. Pintu mobil itu sontak terbuka, menampilkan Agra tengah melangkahkan kaki masuk dengan tatapan berapi-api. Mata Vino yang tadi sempat melihat ayahnya masuk kedalam rumah, lekas berangsur panik.
"Duh mampus! Harus alasan apa nih gue biar ayah percaya?!" Vino tampak berpikir. Dia berjalan kesana-kemari bagaikan sebuah setrikaan. Disampingnya, Aurel tersenyum. Mendapat sebuah ide brilian yang muncul diotak cerdasnya. Tangan Aurel terulur, mengambil sebuah buku diatas meja belajar. Menyerahkan benda tersebut kepada Vino.
Langkah kaki Vino berhenti. Dia terdiam, mencoba mencerna ide Aurel dengan baik. Setelah berhasil mencerna, Vino menganggukkan kepalanya mantap. Dia merubah posisi berdirinya menjadi duduk disebelah Aurel, terlihat berpura-pura sedang mengajari adik bungsunya itu tentang rumus matematika. Yang sama sekali dirinya tidak mengerti jika benar-benar disuruh menjelaskan.
Krekk.
Pintu kamar terbuka. Menampilkan sosok Agra diambang pintu. Sorot matanya yang tajam bak burung elang perlahan berubah menjadi sorot mata lega. Dia tersenyum. Mendapati kedua anaknya tengah serius belajar bersama diatas karpet berbulu milik Aurel.
Dari arah belakang, Tiara pun ikut tersenyum hangat. Kakinya melangkah mendekati Agra. Membuat sang laki-laki paruh baya itu langsung merangkul bahu istrinya.
"Tuh yah, liat sendiri kan. Apa kata bunda, Vino itu ga mungkin ngeband lagi sama temen-temennya. Ayah sih ga percayaan sama bunda!" Agra yang berada disamping Tiara tersenyum, mengangguk asal membenarkan perkataan istrinya barusan.
"Iya, iya bunda bener. Ayah cuma khawatir aja kalo Vino bener-bener balik ngeband lagi. Maafin ayah," ujar Agra disertai rasa bersalah. Tangan kekarnya terulur mengelus rambut Tiara dengan penuh kasih sayang. Membuat perempuan itu mendadak salting akan tindakannya.
Mengetahui keberadaan ayah dan bunda, Aurel segera menjalankan sandiwaranya. "Ayah sama bunda lagi ngapain disitu?" tanyanya membuat kepala Vino mendongak.
Mendengar pertanyaan Aurel, lantas Agra dan Tiara mulai melangkahkan kaki mereka masuk mendekati kedua anak kesayangannya. Vino yang berada disamping Aurel, berusaha mati-matian menjaga ekspresi dinginnya. Dalam hati, laki-laki itu merutuki kesalahan dirinya. Tidak seharusnya dia berani melanggar perintah sang ayah. Hh. Vino baru menyesali perbuatan konyolnya itu.
"Engga, tadi ayah ga sengaja aja lewat ke kamar kamu. Dikira ayah kalian lagi ga ada dirumah, eh taunya lagi belajar." Agra mulai membuka suara, sengaja menekankan kata 'tidak ada dirumah' kepada kedua anaknya.
Aurel tertawa hambar, mendengar sindirian ayahnya barusan. Aurel faham jika ayahnya ini sedang dalam fase curiga. Namun dengan cepat dia berhasil merubah ekspresinya kembali agar tidak terlihat mencurigakan.
"Hahaha. Kata siapa kita ga ada dirumah, yah? Lagian daritadi Aurel sama bang Vino disini mulu, asik ngerjain tugas," jawab Aurel terlampau sangat santai. Vino yang berada disampingnya hanya tersenyum. Tersenyum karena adik kesayangannya itu sangat pintar jika bersandiwara.
"Maafin ayah ya sayang, ayah cuma khawatir aja sama kalian. Ayah gamau hal buruk kembali terjadi. Kalian faham kan perkataan ayah?" tangan Agra terulur mengusap-usap rambut Vino dan Aurel bergantian. Membuat kedua anaknya itu mengulum senyum hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
VRIJE STIJL [Semi-Baku]
Teen FictionAurellya Cameron pikir pertemuannya dengan Gavin Nichols akan membuahkan hasil yang baik, manakala mereka dekat dengan hubungan yang terlalu spesial. Semua orang tampak senang menggunjing mereka sampai keduanya selalu menjadi bahan pusat perhatian...