Ribut & Obsesi

35 19 3
                                    

Terik matahari yang begitu panas hingga menusuk masuk ke dalam permukaan kulit membuat dua insan yang sedang berada disebuah lapangan besar mengipas-ngipaskan wajahnya gerah.

"Gara-gara lo sih, ah! Kita berdua jadi dihukum nyabutin rumput kaya tukang cabut rumput gini!" cibir Aurel kesal. Tangannya kembali mencabuti rumput-rumput dengan malas.

"Lah kenapa lo nyalahin gue?! Lo juga salah kali!" balas Arkan tidak terima. Laki-laki itu memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak disebatang pohon beringin daripada kembali mencabuti rumput-rumput.

Mendengar perkataan Arkan, refleks Aurel melempar rumput yang sudah dia cabuti. Hingga rumput-rumput itu berakhir mengenai muka tampan Arkan yang tengah memejamkan kedua matanya.

"Bangke!" umpat Arkan mendapati wajahnya yang kotor akibat terkena lemparan Aurel.

Aurel tersenyum puas ketika melihat kekesalan Arkan. Ya, setidaknya dia bisa membalaskan dendam kesumatnya kepada laki-laki itu. Badannya yang terasa pegal-pegal membuat Aurel terpaksa mengistirahatkan diri disebelah Arkan.

"Gue heran deh sama lo. Lo kan anak baru tapi kok udah berani ngebully orang sih?" Melihat wajah damai Arkan, Aurel mulai bertanya. Perempuan itu terlihat sedang membersihkan tangannya dari pasir-pasir yang menempel.

"Memangnya kenapa? Toh, ga ada urusannya juga sama lo."

"Ya emang sih ini ga ada urusannya sama gue. Tapi lo ga merasa kasihan apa sama orang-orang yang lo bully?"

Arkan yang tengah memejamkan kedua bola mata, mencoba memasuki alam mimpi tiba-tiba matanya terbuka kembali. Diliriknya perempuan yang berada disebelahnya dengan tatapan datar. "Peduli apa lo sama gue?"

Tangan Aurel yang sedang sibuk membersihkan roknya perlahan berhenti sejenak. Mata biru dingin miliknya menoleh, menatap mata cokelat terang datar milik Arkan. Dalam hati, Aurel membenarkan perkataan Arkan tentang 'apa kepeduliannya terhadap laki-laki itu?' Tidak seharusnya Aurel bersikap peduli seperti ini kepada seorang laki-laki yang bahkan dirinya tidak mengenali.

Menghembuskan nafas pelan, Arkan merubah posisinya menjadi duduk tegak. Laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari kantung celana seragamnya.

"Nih, terima. Anggap aja itu permintaan maaf dari gue." Arkan menyerahkan sebatang cokelat silver queen kepada Aurel. Membuat perempuan dihadapannya terdiam beberapa saat.

"Gamau? Yaudah gue bu---" belum sempat Arkan melanjutkan perkataannya, Aurel sudah mengambil cokelat tersebut terlebih dulu.

"Jangan dibuang. Lumayan kali," ujar Aurel seraya membuka bungkus cokelat tersebut, memakan isinya dengan senang hati.

"Terserah." Arkan tidak memperdulikan kesenangan perempuan disebelahnya. Dia lebih memilih melanjutkan tidur siangnya disini daripada harus menonton orang yang tengah asik memakan sebatang cokelat.

"Makasih Ar---" Aurel mengerucutkan bibirnya kesal ketika dirinya melihat Arkan yang sedang asik tertidur. "Yah anaknya malah tidur."

---

Dering bel pulang sekolah telah berdenting. Jam pelajaran terakhir pun usai. Semua siswa-siswi segera berlalu lalang memenuhi penjuru koridor.

Saat melewati lapangan, langkahan kaki mereka berhenti. Pandangan matanya menyipit, memperhatikan dua insan yang tengah tertidur dibawah pohon besar. Sesekali diantara mereka ada yang memvideo bahkan mengabadikan hot news tersebut.

"Gila! hot news-nya boleh juga nih!"

"Ga sia-sia, gue lewat lapangan."

"Loh itu bukannya Aurel ya? Lagi ngapain tuh sama anak baru?"

VRIJE STIJL [Semi-Baku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang