Janji Ayah

59 3 0
                                    

Malam yang sunyi dan semilir angin dingin. Bulan yang menampakan cahayanya disertai bintang sebagai hiasan langit hitam. Menemani sesosok gadis kecil yang sedang menatap langit indah di sekitaran taman kecil rumahnya. Terlihat ia sedang memikirkan sesuatu.
“Jika langit bisa berbicara, aku ingin bertanya padanya, apa ia bahagia ditemani oleh bulan dan bintang? Dan apa yang ia rasakan ketika bintang menghilang lalu hanya bulan yang tersisa,” tutur gadis kecil itu.
“Betapa bahagia nya langit memliki bulan dan bintang yang saaaangat indah. Tapi, ketika bintang menghilang maka langitpun akan menangis,” kata seorang lelaki yang tiba-tiba duduk disamping gadis kecil itu.
“Ayah!” teriak gadis kecil itu.
“Hai Freya, apa kabar?” Lanjut lelaki yang Freya panggil dengan sebutan Ayah itu.
“Aku sangat merindukanmu, Ayah. Aku baik, aku saaaangat baik setelah aku melihatmu,” jawab Freya lalu memeluk Ayahnya.
Ya, lelaki itu adalah Ayah Freya. Tapi Ayah dan Ibunya sudah berpisah semenjak Freya berumur tujuh tahun. Freya sangat menyayangi ayahnya, ayahnya pun sama sangat menyayangi Freya. Ayahnya selalu memberikan apa yang Freya inginkan. Namun, takdir berkata lain Freya harus berpisah dengan ayahnya, Freya dan Ayahnya kini sudah berbeda atap.
“Ayah, ada apa Ayah ke sini?” Tanya Freya kepada Ayahnya.
“Tidak, hanya saja Ayah merindukanmu. Maafkan Ayah belum bisa memberikan meja belajar yang kamu inginkan sekarang nak, Ayah belum mendapat upah dari Bos Ayah,” jelas Ayah Freya.
“Ya, tak apa Ayah. Aku akan menunggu,” kata Freya yang kemudian dijawab senyuman oleh Ayahnya.
“Freya, bagaimana dengan sekolahmu?” Ayah Freya membuka percakapan lagi.
“Baik, aku selalu mendapat nilai seratus yah. Senin besok aku menghadapi Ujian Nasional, Yah!" Freya menjelaskan.
Freya kini menduduki bangku Sekolah Dasar kelas VI, dan lusa ia akan menghadapi Ujian Nasional.
“Oh ya? Bagus itu nak. Lalu, apa kamu sudah mempersiapkan semuanya?” Tanya Ayahnya lagi.
“Sudah, Yah! Tapi aku tidak bisa belajar dengan semangat dirumah.”
“Loh, kenapa? Apa karna kamu menginginkan meja belajar?” Kata Ayah.
“Hehehe iyah, Yah,” kata Freya sambil memasang muka malu kepada Ayahnya.
“Hmm, begini saja, kalau kamu bisa mendapat juara kelas Ayah akan membelikanmu meja belajar yang saaaangat bagus. Bagaimana?” Kata Ayahnya yang membuat Freya menjadi semangat.
“Benarkah? Janji ya Ayah.” Kata Freya yang dibalas senyuman serta pelukan dari Ayahnya.
“Ya, Ayah janji.”
***

Dua hari kemudian. Kini Freya sedang menghadapi Ujian Nasional. Ia sangat bersemangat, bahkan ia sering meminta soal Ujian Nasional tahun lalu kepada ibu guru untuk ia isi dan ia pelajari. Sungguh Freya adalah anak yang rajin. Kemanapun dia pergi, dimanapun dia berada, ia tak pernah jauh dari tumpukan buku. Ia sangat berharap bisa mendapat juara kelas dan ia akan diberikan hadiah meja belajar oleh Ayahnya.

Singkat cerita. Kini Freya sudah selesai melaksanakan Ujian Nasional. Tiga hari kedepan hasilnya akan diumumkan, bersertaan dengan pelepasan siswa dan siswi kelas VI.
“Aku akan menelfon Ayah, agar ia hadir diacara pelepasan ku nanti,” kata Freya sambil mengetik nomor diponsel milik Ibunya.
Tuutt.. Tuutt.. Tuutt..
“Ya, Halo, ada apa Frey?” Jawab seseorang disebrang sana.
“Ayah, aku telah selesai melaksanakan Ujian Nasional dan hasilnya akan diumumkan nanti ketika pelepasan siswa dan siswi kelas VI, Yah,” jelasnya panjang lebar.
“Oh begitu baiklah semoga kamu mendapat juara kelas yah nak,” kata Ayahnya.
“Iyah Ayah. Apa Ayah akan hadir diacara pelepasan nanti? Aku akan menampilkan sesuatu, Yah.”
“Ya, Ayah akan hadir. Yasudah, sudah dulu yah, Ayah sedang bekerja. Sampai nanti.”
“Tapi Yah bagaimana dengan meja bel...” Belum sempat Freya melanjutkan Ayahnya sudah mematikan telfonnya.
“Baiklah, tunggu aku meja belajar. Semoga saja perjuanganku tidak sia-sia.” Tutur Freya dalam hati.
***
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Yaitu pelepasan siswa dan siswi kelas VI.
“Hadirin yang mulia. Acara selanjutnya adalah pembacaan juara kelas siswa dan siswi kelas VI. Kepada Bapak Supardi selaku Wakasek dipersilahkan untuk membacakan nama siswa dan siswi yang mendapat juara kelas.” Kemudian MC membacakan susunan acara yang sedang Freya tunggu-tunggu sedari tadi.
“Baiklah juara kelas ketiga adalah Fatimah Azzahra. Juara kelas kedua adalah Fahri Ramadhan. Dan juara kelas pertama adalah Freya Antasya. Kepada siswa yang baru saja disebutkan diharap naik keatas panggung bersama wali murid,” Pak Supardi membacakan nama siswa dan siswi yang mendapat juara kelas.
Sontak Freya langsung bersyukur kepada Allah karna namanya tersebutkan.
“Freya, ayo kita naik keatas panggung!” ajak Ibu Freya.
“Ayah kemana Bu? Apa Ayah belum sampai?” tanya Freya pada Ibunya.
“Sudahlah ayo!” ajak Ibunya lagi.

Acara inti sebentar lagi akan selesai dan Ayah Freya belum juga datang.
“Apa kamu akan terus menunggu Ayahmu? Dia tidak akan datang Frey,” kata Ibu Freya membuyarkan pikiran Freya.
“Tidak Bu. Kemarin Ayah berkata bahwa ia akan hadir,” jawab Freya.
“Baiklah Ibu akan menjelaskan. Kemarin adalah hari pernikahan dia dengan istri barunya, Frey. Dan sekarang dia ada di Bangka Belitung bersama istrinya. Ia menetap disana. Semalam ia menitip salam untukmu bahwa ia tidak bisa membelikanmu meja belajar dan dia berkata kamu harus terus giat belajar, belajarlah untuk mesa depanmu bukan untuk sesuatu yang kamu inginkan. Dia tidak akan kembali kesini lagi, Frey,” jelas Ibu Freya.
“Jadi Ayah mengingkari janjinya? Lalu, aku tidak memiliki Ayah lagi, Bu? Benarkah?” kataku dengan mata berkaca-kaca.
“Ibu berpisah dengan Ayahmu karna dia sering mengingkari janjinya, nak. Kamu masih memiliki Ayah namun ia tidak disini bersamamu. Sekarang ia sudah memiliki keluarga baru yang harus ia urus.”
“Iyah Bu aku mengerti,” jawab Freya sambil menghapus air matanya yang jatuh.

Dulu langit itu dihiasi oleh dua cahaya yakni bulan dan bintang. Namun kini langit sudah kehilangan bintang, hanya bulan yang tersisa lalu langitpun menangis. Sama seperti apa yang Freya rasakan saat ini.

Kini saat yang dinanti-nanti oleh seluruh hadirin adalah acara hiburan. Dan diacara ini Freya akan bermain piano dan bernyanyi.
Inilah saatnya, Freya pun naik keatas panggung. Ia menyanyikan sebuah lagu yang awalnya belum ia rencanakan.
“Aku hanya memanggilmu ayah disaatku kehilangan arah. Aku hanya mengingatmu ayah jika aku telah jauh darimu.” Itulah lagu yang Freya nyanyikan.
Ia bermain dengan sangat indah dan sangat menghayati sehingga membuat seluruh hadirin menangis terharu. Kemudian para hadirin bertepuk tangan setelah lagu yang Freya nyanyikan selesai.
Tapi Freya tidak akan bersedih terus menerus. Kini ia sadar bahwa belajar itu untuk masa depannya bukan untuk sesuatu yang ia inginkan. Kini ia akan terus meningkatkan belajarnya. Ia akan menunjukkan kepada Ayahnya bahwa ia bisa sukses walaupun tanpa Ayah disampingnya.
”Lihatlah nanti langit akan lebih bahagia karna ada matahari yang sinarnya lebih terang dibandingkan bintang.” Kata Nayla sambil tersenyum penuh semangat.

Janji AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang