Adu Siteru

32 18 6
                                    

Mobil mewah berwarna hitam yang sedang terparkir rapih dipinggir jalan, perlahan mulai terbuka ketika sebuah tangan bergerak membuka pintu tersebut.

Dengan hati-hati Arkan mulai meletakkan tubuh Aurel disamping kursinya. Setelah itu, Arkan kembali berjalan memutar. Memasuki sebuah pintu disebelah Aurel.

Di dalam mobilnya, Arkan mengacak-acak rambut frustasi. Tidak tahu harus bagaimana. Pikirannya sedang sangat kacau sekarang. Diliriknya Aurel yang masih tidak sadarkan diri.

"Aurel bangun!" Arkan kembali menepuk-nepuk pelan pipi perempuan disebelahnya. Setidaknya perempuan itu harus sadar terlebih dulu jika menginginkan Arkan menyalakan mesin mobil.

Pasalnya Arkan tidak tahu harus membawa Aurel kemana. Mengingat dirinya baru pertama kali mengenali perempuan ini. Tidak mungkin kan jika dirinya membawa Aurel kerumah? Yang ada papahnya akan marah besar.

"Sori, gue harus pinjem hp lo bentar." Setelah berpikir cukup lama, Arkan akhirnya menemukan sebuah ide. Dia mulai merogoh saku Aurel dengan hati-hati. Mengambil sebuah benda berbentuk persegi panjang untuk dia gunakan.

Ketika sudah mendapatkannya, Arkan segera mencari nama kontak seseorang. Beruntung. Ponsel Aurel tidak dalam keadaan terkunci, jadi dirinya dapat dengan mudah menghubungi seseorang disana.

Arkan mendekatkan ponsel Aurel ke telinganya. Jari-jemarinya mengetuk-ngetuk dashboard tidak sabaran. Menunggu panggilannya terangkat.

"Halo?"

Sapa seorang laki-laki selang beberapa menit berlalu. Arkan menghembuskan nafasnya lega. Lega karena laki-laki yang sedang dia telfon ini langsung mengangkat panggilannya.

"Apakah benar ini kakaknya Aurel?"

"Iya benar. Maaf anda siapa?"

"Gue Arkan. Bisa tolong kasihin alamat rumah lengkap lo ke gue?"

Diseberang sana, Vino yang baru saja bangun dari tidur lelapnya menatap panggilan yang tertera di ponselnya dengan tatapan was-was.

"Untuk?"

Tanya Vino mengintimidasi. Setidaknya laki-laki itu perlu sebuah konfirmasi yang jelas terlebih dulu, sebelum dirinya memberitahu alamat rumah kepada laki-laki yang bernama Arkan.

"Adik lo pingsan, gara-gara ngejar perampok waktu dijalan. Gue mau nganterin ni cewek pulang tapi gatau alamat rumahnya."

Mendengar perkataan Arkan, refleks Vino berteriak diseberang sana. Membuat sang Ayah yang sedang menonton sepak bola diruang tamu berteriak memarahi dirinya.

"Sori, sori gue refleks. Demi apa adik gue pingsan?! Yaudah sekarang lo tolong anterin adik gue ke perumahan Loxuis nomor 56---"

Tanpa menunggu balasan apapun dari Vino, Arkan langsung mematikan sambungan telefonnya secara sepihak. Setidaknya laki-laki itu sudah mengetahui alamat rumah Aurel.

Pelahan tangan Arkan mulai menyalakan mesin mobil. Segera mengendarai mobilnya menuju rumah Aurel dengan kecepatan diatas rata-rata.

Setibanya di rumah Aurel.

Arkan memarkirkan mobilnya disebuah rumah mewah milik Aurel. Tangannya dengan segera kembali menggendong tubuh mungil Aurel ala bridal style.

Menekan bel beberapa kali. Menunggu seseorang keluar, membukakan pintu. Selang beberapa menit, pintu rumah Aurel terbuka lebar. Menampilkan sosok pria paruh baya tengah menatap Arkan dengan tatapan tajamnya.

Pupil mata Agra terkejut mendapati putrinya yang pingsan digendongan seorang laki-laki. Ditatapnya Arkan dengan sorot mata yang sangat tajam, setajam pisau yang baru dibuat.

VRIJE STIJL [Semi-Baku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang