"Arkan!" teriak seorang perempuan di koridor sekolah, berlari menghampiri laki-laki yang tadi dia panggil.
Mendengar seseorang meneriakki namanya, laki-laki yang sedang mendengarkan musik lewat earphone merah bernama Arkan itu menoleh ke samping. Menemukan sosok Aurel tengah memegangi kedua lutut, lelah.
"G--gue te--teriakin daritadi juga! Kenapa ga nengok?!" ujar Aurel berusaha mengatur deruan nafasnya yang masih tersenggal-senggal.
Di tatapnya Aurel dengan alis terangkat. Tidak mengerti apa maksud perempuan itu berani mendekati Arkan kendati Arkan sedang enggan berurusan dengan pawang Aurel yakni Randy, mengingat Randy begitu terobsesi pada Aurel.
Berdecak sebal, tangan Aurel terulur melepaskan earphone yang rupanya terpasang amat baik dirungu Arkan. Menyebabkan laki-laki itu menatap Aurel menggunakan sorot tidak suka.
"Apa? Mau marahin gue?!" tantang Aurel seraya sengaja menyembunyikan earphone milik Arkan ke belakang tas ransel yang sedang digendongnya selama Aurel berada di lingkungan sekolah. "Lagian daritadi gue panggil-panggil nama lo, kenapa lo ga berhenti?" Kali ini Aurel balas merutuk.
Arka menatap Aurel dengan tatapan malas. Malas jika pagi-pagi seperti ini harinya harus diawali dengan keributan kecil tiada arti. Menurut Arkan, Aurel terlalu banyak berbicara sehingga Arkan juga tidak memiliki akses untuk bersua sampai benar-benar Aurel selesai mengutarakan pendapat. Masalah mereka bahkan sepele, terutama perihal earphone dan kini Arkan justru lelah jika Aurel selalu menunjukkan sisi apa adanya pada Arkan, mengingat mereka hanya saling kenal dan tidak ada hubungan lebih.
"Balikkin," pinta Arkan singkat. Tentu dia malas berbasa-basi, sebab semalam Arkan begitu frustasi sampai menghabiskan dua botol penuh bir hanya untuk meredakan stres.
"Gak. Gue ga akan balikkin earphone lo sebelum lo jawab pertanyaan gue." Kedua tangan Aurel semakin berusaha menyembunyikan earphone berwarna merah milik Arkan di belakang tas birunya. Biru adalah warna kesukaan Aurel.
Daripada semakin panjang, tangan Arkan lantas perlahan terulur. Merebut kembali benda kesayangannya secara paksa. Membuat perempuan yang tengah menyembunyikan earphone merahnya itu melangkahkan kaki mundur, mencoba menjauh akibat terkejut pada perilaku Arkan yang mendadak menjadi dingin, tidak seperti kemarin ketika Arkan menjalani hari pertamanya sebagai murid baru.
Namun bukan Arkan namanya yang tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Laki-laki bertubuh jangkung itu kembali mendekati Aurel meski Arkan tahu Aurel mungkin akan sedikit kecewa pada keberanian Arkan yang selama ini mencoba bersabar, berniat mengambil benda merah tersebut. Tidak perduli jika Arkan harus menyakiti Aurel apabila Aurel terus bersikap kekanakan seolah Aurel adalah adik kandung dari Arkan.
"Gue bilang balikkin!" suara Arkan mulai meninggi, Aurel yang masih keras kepala menyembunyikan earphone miliknya di belakang tas lekas terkejut. Kali ini matanya berkaca-kaca akibat kena bentakan, sedangkan Arkan sudah peringatkan sebelumnya bahwa dia tidak main-main atas janji batinnya.
Aurel mencoba untuk mengalah namun keras kepala membuatnya semakin melampaui batas dengan malah melawan balik Arkan yang kalut. Aurel tidak tahu mengapa Arkan demikian, sebab dirinya pikir Arkan sedang dalam suasana hati yang positif.
Aurel kemudian hendak memundurkan langkah kakinya tatkala Arkan justru bergerak maju, mendekat, hingga tidak berselang lama Aurel pada akhirnya tidak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri yang belum terikat dengan benar semasa masih dirumah dan kini tubuhnya mendadak langsung limbung secara tidak teratur. Menyebabkan sebuah tangan kekar dengan gesit menangkap pinggang perempuan itu demi menolong bobot tubuh Aurel agar tidak limbung ke atas lantai ubin yang dingin. Alih-alih melanjutkan persiteruan sepelenya dengan Aurel.
KAMU SEDANG MEMBACA
VRIJE STIJL [Semi-Baku]
Teen FictionAurellya Cameron pikir pertemuannya dengan Gavin Nichols akan membuahkan hasil yang baik, manakala mereka dekat dengan hubungan yang terlalu spesial. Semua orang tampak senang menggunjing mereka sampai keduanya selalu menjadi bahan pusat perhatian...