Peringatan: Part ini mengandung ujaran kekerasan. Mohon pembaca selektif dalam menyikapi cerita.
Musim dingin 2015, Konser Lomba Piano dan Biola~
#Changsub
Changsub masih duduk di basecampnya, menunggu. Peniel melihat anak itu sambil mondar-mandir tidak jelas. Keduanya menunggu orang yang sama: Lee Minhyuk. Seharusnya Minyuk sudah ada di basecamp ini sejak lima belas menit lalu ketika acara pembukaan konser lomba dimulai, namun nyatanya sampai sekarang tak ada tanda-tanda lelaki tampan itu datang. Terakhir kali, Minhyuk membalas pesan singkat Changsub, mengatakan bahwa ia masih di jalan, rantai motornya tiba-tiba kendor dan putus.
"Hyung, kau tidak menghubunginya lagi?" tanya Peniel. Ia tidak mengerti mengapa Changsub begitu tenang. Laki-laki itu bahkan masih sempat menggosok rosin ke penggesek biolanya, memastikan bahwa bulu-bulu yang lentur itu tak akan menimbulkan masalah serius apabila nanti mereka sudah bersinggungan dengan dawai biolanya.
"Kita tunggu 15 menit lagi. Masih lama..." ujar Changsub, ia berusaha menyembunyikan bola mata yang terus sibuk gelisah itu. Beberapa kali rosin bahkan tak sengaja terlepas dari genggamannya.
Ia tidak bisa berdusta bahwa ia tengah gugup. Pagi tadi, sebelum ia dan Peniel bergegas menuju gedung ini, ia bahkan menghabiskan tiga gelas kopi panas tanpa sarapan sesendok nasipun. Peniel memaksanya berulang kali, namun ia mengabaikan paksaan itu: ia terlalu gelisah untuk lomba pertamanya, juga terlalu kalut memikirkan Minhyuk yang tidak berada di rumah sejak latihan terakhir mereka.
"Hyung, apakah tuxedonya pas?" tanya Peniel.
"Oh, ya. Sangat pas. Ini milik siapa?" tanya Changsub mengiringi jawabannya.
"Milik Minhyuk-hyung..."
#Minhyuk
Minhyuk menepikan motornya. Dilepasnya helm hitam pelindung kepalanya dan diletakkannya benda itu di atas motor. Rantai motornya baru saja putus, entah bagaimana itu bisa terjadi. Untungnya, insiden kecil itu terjadi ketika ia berada di lampu merah dan bersiap hendak melaju lagi. Beberapa kali ia melihat ke arah jam tangan yang bersembunyi di balik tuxedo abu-abunya: ini sudah sepuluh menit berlalu sejak upacara pembukaan lomba dimulai. Lalu pesan singkat menyapa ponselnya, dari Changsub.
Hyung, kau di mana? Apakah terjadi sesuatu?
Minhyuk menghela napas panjang. Ia berpikir untuk bergegas mencari jalan keluar bagaimanapun caranya. Dibalasnya pesan singkat Changsub lalu ia bergegas menuntun motornya, menuju sebuah bengkel. Ia ingat benar, di daerah itu ada sebuah bengkel terkenal yang membuka cabang di berbagai pelosok daerah. Salah satu bengkel cabangitu jugalah yang pernah menerimanya bekerja beberapa bulan lalu.
Sebuah plang besar terpampang tak jauh dari ramainya pertokoan kecil di sisi jalan: plang bengkel yang dicari. Minhyuk terus mendorong motornya untuk sampai ke sana. Usai menitipkan motor untuk direparasi, laki-laki itu kemudian berjalan menyusuri gang-gang kecil untuk sampai ke pangkalan taxi. Menurutnya, hal itu akan lebih banyak memangkas jarak dibanding menunggu taxi di jalan raya dan memutar arah untuk sampai ke jalur yang mengantarkannya pada gedung orkestra.
"Minhyuk~shi, mau ke mana kau? Kenapa buru-buru begitu?" Suara itu sukses menghentikan suara pantofel Minhyuk yang menapak cepat di aspal.
Minhyuk membalikkan badan. Ia masih punya banyak waktu sampai pada gilirannya, namun ia harus bergegas secepatnya untuk memastikan semua sudah siap, termasuk Lee Changsub. Dari sisi gang itu, ia melihat beberapa pemuda keluar dari sana, mengenakan pakaian bebas dan beberapa memakai jaket kulit hitam. Ia mengenali dua orang di antara mereka: itu, Eunkwang dan Hyunsik, ketiganya kembali bertemu dalam satu waktu.
"Sudah lama tidak bertemu, Lee Minhyuk," sapa Eunkwang.
"Aishh, kenapa aku bertemu kalian sekarang," gumam Minhyuk.
"Wuah, sudah berapa tahun kita tidak berjumpa? Satu tahun? Dua tahun? Wow, lihatlah pakaianmu sekarang, Tuan Petarung. Kau mau pergi menemui adikmu ya?" ujar Hyunsik sarkastik.
"Kalian mau apa?" tanya Minhyuk menjurus.
"Hei hei hei... tidak sabaran sekali kau, Minhyuk~shi. Bukankah kita harus mengucap salam dulu? Ini pertama kalinya kita bertemu setelah sekian lama, bukan?" goda Eunkwang. Laki-laki itu berjalan mendekati Minhyuk sementara yang didekati beranjak mundur perlahan: bukan karena takut, ia hanya was-was, ini hari pentingnya.
"Berhentilah bersikap sok polos begitu. Apa kau melakukannya setelah tahu kondisi Lee Changsub? Ah, ternyata memang benar dia kelemahanmu ya? Uhhh.." Hyunsik terkekeh. Ia melepas ikat pinggangnya lalu menggulung benda panjang itu melilit pergelangan tangan sebagian.
Ketika nama Lee Changsub disebut, Minhyuk seketika meradang. Ia mengingat betul cerita Peniel tentang siapa yang ternyata ada di balik insiden kecelakaan skateboard beberapa waktu lalu. Jika saja ia masih Minhyuk yang dulu, ia takkan membiarkan hal ini berlama-lama. Sejak beberapa tahun lalu, pemuda itu hanya bertarung sendirian, membangun eksistensinya sedemikian rupa hingga tak menyadari banyak mata yang kemudian menyorot tajam padanya.
"Berhentilah bicara omong kosong, Im Hyunsik!" Minhyuk hendak merangsek maju melayangkan pukulannya ke wajah laki-laki yang tersenyum jahat itu saat Eunkwang mengangkat tangannya, memberi sebuah instruksi pada salah seorang anggota kelompoknya untuk menelepon seseorang.
"Minhyuk~ah, pakaianmu sudah rapi. Mari kita bermain halus saja," ujar Seo Eunkwang.
"Brengsek! Apa yang kau lakukan?!!" marah Minhyuk. Samar, beberapa waktu lalu ia mendengar percakapan telepon yang menyebut nama Lee Changsub.
"Oho... tidak perlu marah begitu. Kami hanya ingin mengendalikan suasana ini agar tidak terlalu ribut. Iya kan, Hyung?" tanya Hyunsik pada Eunkwang.
"Yaa begitulah. Jadi Minhyuk~ah, sebenarnya hari ini aku ingin membalas semua perbuatanmu beberapa tahun lalu dengan tenang, hanya padamu. Tapi kalau kau tidak kooperatif, kami tidak tahu apa yang akan terjadi dengan Changsub juga. Kasihan, dengan polosnya dia kehilangan masa depan karena kecerobohan kakak kesayangannya," ujar Eunkwang terkekeh.
Minhyuk bergeming. Ia tak sedang dalam keadaan bisa memilih. Jika ia tidak kooperatif, Changsub menjadi taruhan, entah mereka akan berbuat apa padanya. Namun, jika Minhyuk kooperatif pun, ia tidak tahu apakah bisa mengatasi mereka dan menyusul Lee Changsub yang sudah menunggu lama.
"Apa yang kalian inginkan?!! Sialan!" Beberapa orang di belakang Eunkwang dan Hyunsik menyergap Minhyuk, mengunci tangan dan kakinya sehingga laki-laki itu tidak bisa bergerak.
"Minhyuk~shi. Menurutmu kenapa kami menjumpaimu hari ini?"
"Kau.. jangan bilang..."
"Ya.. kami ingin memberimu satu pelajaran yang akan kau ingat seumur hidup. Kami sudah cukup baik hati, bukan? Oleh karena itu, kau harus berterima kasih, Minhyuk~ah. Tenang saja, ini tidak akan terjadi lagi di masa depan," ujar Eunkwang santai.
"Hei bajingan! Sadarlah! Kami hanya mau kita impas. Jangan merasa menderita. Nikmati saja balasannya." Hyunsik menyabet wajah Minhyuk dengan ikat pinggangnya hingga bibir pemuda itu terluka.
"Patahkan tangannya..." instruksi Eunkwang: santai.
Minhyuk meronta sekuat tenaga, ia tidak bisa berakhir begitu saja. Pikirannya melayang jauh ke gedung orkestra, namun tubuhnya masih terjebak di sini. Ia membayangkan betapa kecewanya Changsub saat ia tidak datang di hari konser lomba itu. Benaknya tidak berhenti berpikir bahwa ia tak ingin menjadi pengecut lagi. Baginya, cukup sekali ia meninggalkan Lee Changsub dan membuatnya kehilangan banyak hal.
Seseorang yang membawa sebuah kain perca panjang menyumpal mulut Lee Minhyuk, sementara yang lainnya masih bersiaga. Tanpa peringatan berulang, dalam satu gerakan mereka mematahkan lengan kanan pemuda itu, membuatnya berteriak tanpa bersuara, mengerjapkan mata berkali-kali, dan mengeluarkan peluh hebat.
Ponsel Minhyuk berbunyi: Lee Changsub memanggil~
NB: Annyeong, chingu! Part 10 baru saja terupdate. Well, maaf kalau ada kata-kata kasar yang sengaja digunakan di bagian ini. Ini semata-mata hanya untuk menghidupkan suasana cerita. Semoga readers sekalian menikmati kisahnya. Saran dan kritik sangat diharapkan. Jangan lupa votmen juga, guys~ (Sampai jumpa di part selanjutnya! #spoiler Poker face yang terungkap!)
KAMU SEDANG MEMBACA
[2018] THE REASON ☑
Fanfiction(Diterbitkan dalam 'INTERLUDE') Indonesia 🏃 English [IND] Lee Changsub, pemuda yang duduk di kursi roda itu, mimpinya menjadi atlet skateboard sudah berakhir. Ia tidak punya alasan untuk bertahan dengan hidupnya yang selalu bergantung pada orang l...