"Amerika itu tempat impian para pemain basket, dalam waktu dua tahun belajar disana saja, kemampuan basket kita akan jauh lebih hebat!"
"Hei jangan, bengong terus!" Aira menjawil bahu Naya yang sedang melongo kayak kambing cengok dibangkunya.
"Aku ngantuk Ra, bukan ngelamun!" jawab Naya malas. Saat itu sedang jam kosong dan Wina sudah pindah duduk ke bangku Adit. Ya, begitulah mereka, nempel terus kayak benalu. Bikin iri aja!
"Tahu enggak Nay, orang yang keseringan melamun itu bisa jadi kerasukan lho!" Aira langsung mengambil Androidnya, menekan-nekan tombolnya siap nge-game.
"Ah, ada-ada aja kamu!"
Senyum langsung mejeng di bibir Aira yang masih serius nge-game. "Iya, setan-setan disini pada demen sama orang yang lagi ngelamun. Makanya Nay, elo jangan keseringan ngelamun!" Aira memang suka ngada-ngada, tapi...serem juga sih. Naya menonjok bahu Aira pelan, "Ngaco ah, kan aku udah bilang, aku enggak ngelamun kok!"
Sementara itu, suasana kelas semakin berisik. Anak-anak pada nguber kesana kemari, pesawat kertas, bola kertas sampai sandal jepit buat ke musholla melayang ke mana-mana. Selain itu, ada yang sedang asyik merumpi, tidur di kelas. Bahkan, ada yang lagi mencatok rambutnya pakai alat pelurus. Belum lagi si Dian, ketua dana sosial. Minta uang iuran, sudah seperti tukang kredit panci. "Bayar...bayar...bayar!" katanya berisik banget. Begitu juga si Reny, gaya nyanyinya sudah seperti cat woman yang sedang membawakan lagu paparazzi dan poker face versy bluesy dengan aransemen piano seolah ada di bar.
Kegiatan yang tidak ada baik-baiknya itu berhenti ketika ada yang masuk kelas, mereka kalang kabut dan lari kebangkunya masing-masing.
"Selamat siang anak-anak!" Pak Adam Guru Ekonomi muncul dengan wajah berseri-seri. Apalagi dikombinasi baju warna warni, menunjukan Pak Adam sedang berbahagia siang ini.
"Maaf ya saya terlambat, dan mari kita mulai pelajarannya!" kata beliau sambil membuka buku paket ekonomi yang tebel banget.
"Oh iya, Ra aku lupa. Ada berita bagus buat kamu!" ucap Naya sebelum Aira kembali ke bangkunya.
"Berita apaan? Gossip, soal Pak Adam??? Soal itu gue udah tau Nay, bininya habis melahirkan, kan?"
"Bukan!" Naya menggeleng.
"Apa soal anaknya yang kembar dua???"
"Bukan! Tapi soal beasiswa untuk pemain basket. Nanti deh, waktu istirahat aku kasih tau!"
"Okay deh!" Aira tersenyum, sembari kembali ke bangkunya. Sebelum mata sipit Pak Adam dipaksaakan melotot kearahnya.
"Baik, sebelum pelajaran dimulai kita berdoa bersama, sebelum berdoa bersama ini tolong sandal jepit siapa ada di bangku saya, dan kamu Yeshika kenapa rambut kamu setengah lurus setengah keriting begitu?"
"Abis kesetrum Pak!!" sahut Raka si biang rusuh di kelas, disertai seruan tawa anak-anak yang lain.
"Ini saya belom kelar nyatok rambut, Pak!" jelas Yeshika sambil nyengir.
Untung Pak Adam baik, jadi beliau cuma geleng-geleng kepala merasakan tingkah laku muridnya.
***
"Mana Nay? Katanya mau kasih informasi soal basket?" begitu bel istirahat berbunyi, tau-tau Aira muncul ke bangku Naya.
"Ini anak, kalau soal basket aja cepet!" Naya memberikan beberapa lembar kertas hasil ngeprintnya kepada Aira.
"Awalnya sih aku mau cari informasi soal universitas jurusan komunikasi yang bagus di Jakarta. Eh nggak sengaja aku lihat web itu, langsung deh aku inget kamu Ra. Coba deh dibaca-baca dulu, kali aja kamu tertarik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Setinggi Bintang
Ficção AdolescenteMereka adalah lima sahabat yang makin akrab sejak bergabung di OSIS SMA Merdeka. Aira, Arga, Adit, Naya dan Wina. Sgala berjalan dengan indah menjalin persahabatan dengan baik. Namun ketika cinta berkuasa, merubah semua. Diam diam mencintai seseora...