#3. Rindu yang Menggebu

3.4K 224 17
                                    

Sibuk.

Hanya satu kata tersebut yang bisa menggambarkan Seokjin saat ini, dan karena Seokjin sibuk, maka satu kata yang menggambarkan kekasihnya, Jeon Jungkook, adalah rindu.

Semenjak awal tahun ajaran ini, Kim Seokjin menambahkan satu lagi koleksi lencana di seragamnya, lencana Head Boy. Semenjak saat itu juga Jungkook hanya bisa melihat segelintir hijau dari seragamnya saat ia berpatroli di koridor Hogwarts atau pagi hari di Great Hall saat ia asal saja memasukkan makanan ke mulutnya sembari membaca buku Transfigurasi.

"Jimin-hyung, tak bisakah kau membantu tetangga kesayanganmu ini untuk membujuk kekasihnya keluar dari asrama Slytherin di bawah tanah yang gelap, dingin dan mencekam itu?" Kali ini Jungkook dan Jimin sedang duduk di ruang rekreasi asrama Gryffindor, ditemani api unggun dan suara dengkuran Taehyung yang sedang tidur siang.

"Tidak bisa."

"Hyung!" Jungkook memelas.

"Tidak bisa Jungkook manis, Jin-hyung itu sudah tahun ketujuh, ia mengambil 6 kelas NEWT, ia juga Head Boy sekaligus kapten tim Quidditch asrama Slytherin, ia sangat sibuk."

"Tapi... Jungkook kangen." Lirih Jungkook.

"Kau kan masih sering melihatnya, di Great Hall, di koridor, kau juga bisa duduk sebagai penonton saat Slytherin berlatih Quidditch, atau langsung saja kunjungi di ruang rekreasi Slytherin."

"Tapi aku tidak puas sekedar melihatnya, kami bahkan belum pergi ke Hogsmeade satu kalipun sejak awal tahun padahal biasanya kami pergi sekali seminggu. Lagipula rumornya sudah lebih dari tujuh dekade tidak ada yang masuk asrama Slytherin kecuali ia dari Slytherin!" Jungkook hanya bisa menunduk dan memainkan ujung sweaternya sembari merengut.

Jungkook benar-benar rindu. Ia ingin merasakan rasa hangat meskipun ia sedang meminum Butterbeer yang dingin di Hogsmeade, ia ingin pelukan yang biasa ia terima dari kekasihnya, ia ingin kecupan-kecupan kecil yang selalu membuatnya merah padam, dan yang paling penting ia ingin Seokjin.

Jimin tidak tega melihat Jungkook yang sepertinya akan meneteskan air mata dari rasa rindunya terhadap kekasihnya. Terkadang Jimin berharap Hogwarts memperbolehkan telepon genggam supaya tetangga manisnya ini bisa melampiaskan rasa rindunya tanpa harus bertemu orangnya langsung. Meskipun ia ragu Seokjin yang pureblood itu bisa mengoperasikan telepon genggam atau tidak.

"Baiklah, akan kucoba, tapi tidak janji apa-apa ya."

Jungkook yang mendengar perkataan Jimin langsung melompat girang sambil memeluk-meluknya, "Iya, terimakasih Jimin-hyung!"

Jimin menemukan Seokjin bukan di ruang rekreasi Slytherin, bukan di perpustakaan, bukan di koridor, tetapi di ruang rekreasi asrama Ravenclaw, sedang belajar NEWT-level Defense Against Dark Arts bersama prefek Ravenclaw, Min Yoongi.

Kenapa Jimin bisa masuk ruang rekreasi Ravenclaw? Karena kebetulan pertanyaan yang ditanyakan pintu asrama kepadanya hari ini sudah pernah ia dengar dari tak lain dan tak bukan, kekasihnya, Min Yoongi.

"Jin-hyung, Jungkook mencarimu." Jimin menduduki satu lagi kursi di meja itu, dan mengambil biskuit yang menjadi cemilan belajar mereka.

"Jungkook? Kenapa? Ia sakit?"

"Rindu katanya."

Belum sempat Seokjin menjawab apa, suara tawa Yoongi sudah memecahkan ruangan itu, "Rindu katanya? Jeon Jungkook yang gengsinya bukan main? Rindu?"

"Iya, rindu, bahkan sudah hampir menangis sepertinya saking rindunya." Jawab Jimin.

"Ya sudah, Yoongi nanti kita sambung lagi, kau berduaan saja disini dengan kekasihmu. Aku pergi dulu, oh ya, tapi ia dimana?" Yoongi ingin protes dengan wajahnya yang merah saat Seokjin menyebut kata kekasih tetapi ditahan oleh Jimin.

"Seperti biasa, di ruang rekreasi Gryffindor."




"Jungkook?" Seokjin berkata lembut. Ia berrhasil masuk dengan membujuk Fat Lady, mengatakan bahwa ia sebagai Head Boy memiliki urusan dan harus masuk kedalam ruang rekreasi Gryffindor. Menyalahgunakan kekuasaan memang, tapi apa yang tidak demi kekasihnya, Jeon Jungkook.

Bicara tentang Jeon Jungkook, di tengah tengah ruangan Gryffindor, di atas sofa merah, Jungkook sedang bergelut dengan selimut kesayangannya menunggu apakah Jimin-hyungnya bisa membawa kekasihnya keluar dari persembunyian.

Begitu mendegar suara orang yang ia rindukan, ia langsung berdiri dan berlari kecil untuk memeluknya dan menenggelamkan kepalanya di dada Seokjin. Seokjin pun hanya tersenyum melihat tingkah kekasihnya, menyambut lebar lebar pelukan maut Jeon Jungkook.

"Hyung?"

"Hm?"

"Jungkook mau ke Hogsmeade. Ingin butterbeer dan firewhiskey, ingin semuanya, bersama hyung, minggu ini, ya?" Jungkook masih belum melepas pelukannya, ia memilih menunduk, wajahnya merah dan ia tidak bisa menatap Seokjin.

"Iya, kita ke Hogsmeade, minum butterbeer dan firewhiskey, apapun yang kamu mau, hyung bahkan bisa membelikan seluruh isi Honeydukes demi kamu. Maafin hyung ya karena terlalu sibuk, hyung nggak tau kamu sekangen ini." Seokjin mengelus-elus kepala Jungkook yang sedari tadi masih melekat di dadanya.

"Nggak kangen tuh. Cuma mau pergi ke Hogsmeade aja kok." Bohong.

"Iya terserah kamu deh." Jimin yang bilang kamu hampir nangis saking rindunya, batinnya.

"Hyung?"

"Iya manis?"

"Maaf ya Jungkook rewel, maunya menang sendiri, nggak peka padahal hyung sibuk, banyak yang lebih penting yang mesti hyung urusin."

"Kamu yang paling penting bagi hyung." Seokjin mengangkat kepala Jungkook dan mengecupnya di dahi, satu tangannya menarik Jungkook lebih erat dalam pelukannya.

"Sayang hyung."

"Sayang Jungkook."

A/N : Yay update!! 🎉🎉🎉 Maaf yah udah lama banget ditelantarin ini cerita, lagi sibuk banget. ㅠㅠ

Ya kali ini nggak canon yah, Alternate Universe di Hogwarts, sebenarnya ini ada cerita sendirinya, tapi nggak tau bakal dipublish apa nggak, hehe.

Ditunggu yah, ntar malam ada update lagi buat yang nggak ngerti atau nggak suka alternate universe ini, soalnya ini self-indulgent banget, hehe. (Cerita sebelah juga rencana bakal update, tapi nggak janji 😉)

Jangan lupa vote+comment yah! 🎉🎉🎉

Cuddles 《jinkook》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang