2 [Energetic]

1.6K 64 0
                                    

Hari ke-90 di Korea

Akhir-akhir ini aku mulai mengikuti les diluar, bukan di tempat les biasa melainkan khusus untuk orang asing. Jujur aja, aku lebih memilih belajar di rumah karena satu dan lain hal tetapi Samcheon menyuruhku untuk les di sekitar gangnam. Katanya sih agar aku terbiasa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa korea sekaligus memperbanyak teman. Iya juga sih, selama di sini temanku hanya Daehwi dan Minhyun Oppa. Sayangnya mereka sekarang mulai sibuk dengan kehidupan sekolah mereka masing-masing. Kalian tau sendiri kan di korea itu sangat kompetitif bahkan sekarang lagi trend les di hari Minggu. Yah jadi percakapan yang aku lakukan di rumah sangat terbatas.

Setiap harinya aku menggunakan bus untuk ke tempat les biar gak ngerepotin orang rumah. Selama ini aku tidak merasakan masalah serius sih berkat diajarin sama Daehwi tutorial naik bus. Disana ada satu cowok yang selalu duduk di dekat jendela. Aku gak tau dia anak sekolahan atau kuliahan soalnya dia selalu menggunakan baju casual. Aku gak tau sih kalau cowok-cowok korea punya style yang TOP banget. Gayanya juga selalu sama, menghadap jendela. Apa gak pegel ya begitu terus? Oh iya, dia juga selalu menggunakan earphone . Terkadang aku suka kepo, apa sih lagu yang dia dengerin sampai menghasilkan ekspresi serius gitu.

~~~

Di tempat les ini aku berhasil mendapatkan teman, sepertinya pepatah 'Manusia adalah makhluk berosialisasi' itu benar, tidak diragukan lagi. Temanku ini awalnya hanya satu tapi entah sejak kapan berkembang jadi tiga orang. Yang pertama adalah seorang manusia ber gender cowok yang hiperaktif dan doyan malingin makanan orang, Park Woo Jin. Yang kedua adalah orang yang memiliki otak jenius (kebalikannya otakku), Oh Ha Ni. Yang ketiga adalah se gender sama Woo Jin dan mempunyai kulit paling OKE, Ha Sung Woon.

Berkat mereka, aku jadi merasa bahasa korea itu bahasa dari lahirku (?). Mereka udah tinggal di korea lebih lama dariku jadi wajar saja bahasa korea mereka lebih bagus tetapi untuk pengetahuannya tentu saja mereka jauh di belakangku :D

"Hei, tahun depan kalian mau masuk sekolah mana?" Ucap Sung Woon membuka percakapan saat makan siang

"Di tempat yang banyak cewek cantiknya" jawab Woo Jin seenaknya

"Aish, kalau gitu kau pergi saja ke sekolah khusus perempuan sana !" Balas Sung Woon tensi

"Kalau aku sih terserah Samcheon" jawabku

"Aku juga akan ada dimanapun kau sekolah" kata Ha Ni sambil bergelayutan manja di lenganku

"Yak ! Apa kau babunya hah? Jawab tuh yang serius kek"

"Sung Woon-ah, apa kau sedang PMS sekarang?" Goda Woo Jin yang membuat kita semua tertawa

"Kenapa tiba-tiba kamu nanyak beginian sih? Takut berpisah sama kita ya?" Tanyaku asal

"Majja ! Iya bener ! Aku gak mau kita jadi orang asing. Puas?" Jawaban Sung Woon membuat kita tersentuh atau dengan kata lain jijik

"Jangan khawatir, eomma akan terus mengingatmu" ucap Ha Ni sambil menghentakan tangannya didada ketika menyebut dirinya 'eomma'

"Kita pasti bakal inget sama kamu jadi kamu bisa pergi dengan tenang sekarang" Woo Jin mengatakannya seolah Sung Woon bakal mati

Sung Woon yang makin tensi, berdiri dari duduknya lalu hendak menghajar Woo Jin. Melihat gelagat Sung Woon, Woo Jin langsung memeluknya sambil berkata " I Love You, Bro"

"Sudahlah, kita sekolah ditempat yang sama aja sekalian" usulku

"Call ! Lagian aku juga gak bisa hidup tanpamu" ucap Ha Ni sambil menunjukkan aegyo nya kepadaku

"Call ! Kamu gimana, brother?" Tanya Woo Jin menyudutkan

"Arrasseo, aku juga setuju. Call !" Jawab Sung Woon

Membayangkannya saja sudah pasti menyenangkan. Bagaimana aslinya ntar ya?

~~~

Hari ke- 151 di Korea

Hari ini aku diajakin ke cafe yang lagi booming di korea sama Daehwi dan Minhyun Oppa. Sampe sana, wahh, bener-bener ramai. Cafe di Korea emang banyak peminatnya makanya gak susah nemuin Cafe di sini. Rata-rata yang ke sini tuh untuk sekedar nongkrong, ngerjain tugas, ngedate, yah gitu deh.

Kami memilih di lantai 2 mumpung cuacanya lagi bagus juga. Aku mesen caramel machiato, Daehwi mesen Americano, kalau Minhyun Oppa tentu saja Latte. Daehwi yang sok-sokan nyobain Americano biar keliatan sang namja tidak sanggup menghabiskannya setelah sekali nyicip.

"Habisin dong, kan itu pilihan kamu tadi" kataku menggodanya

"Kamu gak tau sih ini rasanya not my style banget" dalih Daehwi

"Makanya jangan sok-sokan mau jadi sang namja gitu" bibir Daehwi mulai manyun

Saat Daehwi dan Minhyun Oppa lagi bertengkar kecil, tanpa sengaja aku melihat seorang cowok yang sangat familiar bersama cewek memasuki cafe ini. Wait, bukankah itu cowok bus?!! Dia sama cewek kan tadi, apa itu pacarnya? OH NO ! Dia masuk cafe ini juga kan. Asa ! Akhirnya aku bisa liat dia lagi setelah seminggu gak ketemu di bus.

"Yaudah beli lagi sana yang lain. Sekalian beli cake yang keliatan enak tadi" ucap Minhyun Oppa sambil mengeluarkan kartunya eitss jangan salah itu kartu milik Samcheon

Aku yang melihat kesempatan emas langsung mengembat kartu itu sebelum Daehwi. Mereka menatapku heran.

"Biar aku aja. Soalnya tadi ada cake yang menarik perhatianku" cake apaan huh yang bener itu cowok

Aku langsung cepet-cepet turun sebelum mendegar izin mereka. Mataku langsung meng scan tempat itu, mencari sosoknya. Apa ini? Apa tadi aku salah liat? Aku bahkan tidak menemukan tanda-tanda keberadaannya. Dengan kecewa aku langsung melakukan pemesanan.

"Apa tidak ada yang ditambahkan?"

"Tidak"

"Baiklah. Jadi totalnya xxxx "

"Ini" memberikan kartu

"Silahkan tanda tangannya"

Aku hanya mengambil minuman Daehwi karena cakenya nanti diantarkan lalu berbalik dan akhhhh minumannya tumpah ke bajuku

"Ah, jesongamnida. Saya benar-benar minta maaf" ucap cowok dihadapanku tanpa nada bersalah sedikitpun

"Ah, sial. Terus gimana nih?" Tanyaku kepadanya. Dan ketika aku melihat kearahnya yang aku lihat hanya dadanya wahhh dia tinggi banget.

"Ini ganti rugi biaya laundry nya" dia menyodorkan sejumlah uang. Benar-benar deh, dia kira aku nggak punya duit apa.

"Ani. Maksudku apa aku harus basah seperti ini sekarang? Aku nggak bawa baju ganti" aku mendongak melihatnya. Heol, bukankah dia cowok bus itu. Tapi apa ini? Kemana arah matanya melihat? Dadaku?!! Yap, bajuku jadi transparan

Akh bedebah ini, percuma punya wajah tampan kalau mata belang. Aku menghela napas kesal lalu meraih wajahnya dan membenturkannya ke kepalaku. Aku melihat hidungnya mengeluarkan darah. Entah kenapa, aku merasa puas melihatnya seperti itu.

TBC

Kalian lbh suka aku pake bahasa formal atau bahasa sehari hari nih?

FF Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang