[10] Buku

28 2 0
                                    

"Hah?" Allyssa tersontak kaget.

"Iya, mereka kan orang tua anak." Nicky menjelaskan lagi.

Allyssa langsung mengangguk. Di dalam pikirannya, 'Begitu ya? Pantes pas Celia telat nggak dihukum.'. Mereka pun sampai di kelas fisika, dan benar saja, kelasnya tak ada guru.

Saat pintu dibuka oleh Delyca, seluruh murid di dalam kelas membeku, mengira bahwa guru masuk. Tapi 2 detik setelah menyadari kalau Delyca, Allyssa, dan Nicky bukan guru, mereka kembali ribut lagi. Beberapa tidur, beberapa teriak-teriak, bahkan yang serius belajar pun ada.

Di pojok ruangan, dia ada lagi. Celia.

Allyssa mulai curiga, mengapa Celia selalu ada di kelas yang kebetulan ia pilih? Atau mungkin memang hanya kebetulan?

Celia sedang mendengarkan musik di headphone-nya sambil tiduran. Kakinya ditaruh di atas meja. Allyssa melambaikan tangannya ke arah Celia. Celia menyadari kehadiran Allyssa, lalu dengan cepat ia berbalik badan. Celia tampak seperti mengutak-atik barang di bawah kursi, lalu ia berbalik badan dan melambai kembali ke Allyssa.

'Gelang Celia kayaknya bersinar banget ya..' Pikir Celia.

Celia mengayunkan tangannya, tanda mengajak Allyssa duduk di sebelahnya. Namun, Allyssa hanya tersenyum dan menggeleng. Allyssa melangkah mendekat ke Celia dan berkata, "Gue duduk sama temen gue, kok."

Celia pun mengerti dan mengangguk. Celia tersenyum manis lalu menyatat di bukunya. Entah catatan apa.

"Oh, jadi itu Celia?" tanya Delyca.

"Iya, manis kan." jawab Allyssa.

"Ada aura aura aneh gitu dari dia, atau mungkin cuma perasaan gue." Kata Nicky.

"Masa sih?" tanya Allyssa, sambil melirik ke arah Celia.

Mereka bertiga pun duduk di bagian tengah, tidak terlalu pojok, dan pas untuk 3 orang. Karena meja nya 1 untuk dua orang, Nicky duduk sendiri. Namun tak lama kemudian, seorang siswi pemalu duduk di sebelahnya.

***

"Ahhh!" seru Delyca, mengejutkan seluruh siswa di dalam kelas.

"Del, apaan, sih? Pelan-pelan, dong.. Malu!" Allyssa menyenggol Delyca.

"Eh, maaf, maaf!" kata Delyca pada seluruh kelas.

Allyssa hanya menutup mata dengan tangannya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Delyca berbisik pada Allyssa, katanya, "Lis, buku gue nggak ada masa." Allyssa pun hanya menghembuskan napas. "Masa lo cuma gara-gara buku jadi panik gitu?" tanya Allyssa.

Delyca memang orangnya suka panik atas hal-hal kecil, namun di dalam hatinya, ia yakin kalau ia membawa bukunya saat mengambil buku di loker. Delyca bertanya lagi pada Nicky, apakah dia ingat saat Delyca mengambil buku fisika. Namun, Nicky hanya menggeleng.

"Aneh. Gue yakin banget tadi ngambil bukunya, kok." Delyca mulai merasa curiga, "Apa mungkin ada yang ambil?" tanyanya pada Allyssa.

"Idih, jangan curigaan, deh, ya kali ada yang ambil, baru juga hari pertama, mana mungkin ada yang iseng. Kan, belum pada kenal." kata Allyssa mengingatkan Delyca.

"Lo, mah, kelewat positif. Ya udah, deh, nggak ada guru juga." gumam Delyca.

Seluruh kelas ribut kecuali beberapa orang hanya diam, mengobrol dengan teman sebangkunya, dan tidur. Allyssa, Delyca, Nicky, dan Celia termasuk siswa yang hanya diam di kursinya sejak awal masuk. Sampai akhirnya, pintu kelas terbuka lebar, setengah dibanting.

Miss Mel masuk.

"Selamat siang, ini tugas dari Pak Haya, kerjakan di buku tulis, dikumpulkan pada Celia." kata Miss Mel seraya ia menaruh bukunya di meja seorang anak perempuan.

Anak perempuan itu pun langsung membagikan kertas soal itu ke seluruh siswa di kelas.

"Oh, iya. Siapa yang nggak bawa buku?" Tanya Miss Mel lagi sebelum keluar dari kelas.

Delyca mengangkat tangan, bersama dua orang lainnya. Miss Mel menyilangkan tangannya lalu berkata, "Yang nggak bawa, terima akibat, nggak dapet nilai!" tegas Miss Mel.

"Tapi, bu-" kata seorang anak yang berdiri.

"NGGAK ADA TAPI-TAPI!" potong Miss Mel. Satu kelas menjadi hening. Delyca kembali duduk, wajahnya berubah pucat, ia pun menjadi diam selama pelajaran.

Allyssa hanya mengusap punggung Delyca. Allyssa menawarkan buku tulisnya untuk dirobek agar Delyca bisa menggunakan selembar kertas untuk mengerjakan. Namun Delyca menolak, Delyca pun hanya memperhatikan teman-temannya mengerjakan tugas.

"Temen-temen, dikumpulin ke meja gue, ya!" Celia berseru.

***

Setelah semua siswa selesai mengerjakan, meja Celia penuh dengan buku yang ditumpuk. Lalu, satu per satu, orang di kelas mulai keluar untuk istirahat. Namun, tidak untuk Delyca.

Allyssa menyadari hal itu, maka ia pun menghampiri Delyca dan menenangkannya. "Nggak papa, nanti minta susulan aja. Dah, yuk, ambil buku buat pelajaran selanjutnya." Delyca hanya mengangguk lesu.

"Cheer up! Cheer up!" Nicky melompat-lompat mengitari Delyca yang berjalan dengan lemas. Pundak Delyca membungkuk. "Tugas selanjutnya, lo harus bisa lebih rajin biar nutupin yang kosong." kata Nicky lagi.

Delyca mengangguk lemas.

Nicky menyodorkan susu sapi yang ia dapat dari kantin kepada Delyca, Delyca pun menerimanya. Wajahnya Delyca kembali berseri lagi. Delyca pun akhirnya kembali ceria lagi.

"Makasih, loh, lo pada baik, deh, tumben." Delyca tertawa lagi.

[A/N]
Uwaaahhhh Author capeeeee;-;;;;
Dari bulan lalu ndak niat lanjut, tapi akhirnya lanjut juga, walaupun agak pendek;; maapkan akuu
-cicil

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

To Another DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang