Chapter 1

197 16 4
                                    

S.T.J, SMA Tiga Jaya kelas 12-Ipa, Kelasnya anak bandel. engga cowo engga cewe semuanya bandel.

Setiap guru yang mengajar pasti selalu laporan ke wali kelasnya. Kaya hari ini nih, Bu Anggit selaku guru Matematika ini lapor ke wali kelas 12-Ipa yang lagi lagi naik darah gara gara ulah Dicka yang ga ngerjain pr matematika yang beliau berikan. Dan kasiannya lagi ketua kelas yang engga salah sama sekali malah ikut dimarahin.

Ufi, ketua kelas 12-Ipa sebenernya udah marahin Dicka, tapi ya gara gara udah bosen lah ya jadinya akhir akhir ini dia diemin aja kalo buat ulah. Eh disabarin malah minta dijahatin.

"Eh gue lelah tau ga jadi ketua kelas" curhat Ufi ke Nara.

"Lo sabar sabar aja lah" balas Nara dengan muka datar sedatar tembok. Nara emang gitu orangnya, cuek banget. Kadang asik kadang juga engga, tapi kalo buat berisik itu dia jagonya.

"Selamat pagi anak anak"

Suara tadi bagaikan mala petaka bagi anak anak kelas 12-Ipa. Terdengar lembut tapi menusuk diakhir. Ya....itu bu Mirna, wali kelas 12-Ipa.

Kelas yang tadinya ribut tapi setelah denger suara bu Mirna langsung kicep tuh kelas.

"Pagi bu Mirna" semua serentak membalas salam dari bu Mirna.

"Gimana uang kas lancar?" Udah biasa kalo bu Mirna setiap masuk ke kelas 12-Ipa selalu nanyain uang kas.

"Masih ada yang bolong bu bayarnya" ucap Nara sebagai bendahara dengan suara cempreng khas nya.

"Kamu maju sama sebutin nama anak yang masih bolong bayarnya" hati hati deh sama kata kata bu Mirna tadi. Bisa mati dibunuh cuma gara gara telat bayar uang kas. Kalo mau selamat ya baik baik in aja bendahara nya biar ga disebutin namanya.

Nara pun yang takut sama bu Mirna cepet cepet tuh maju kedepan kelas yang sialnya dia terjatuh karna tersandung kaki Dicka. Nara kesal dengan ulah Dicka langsung menarik dengan keras rambut bak sarang burung Dicka. Kenapa bisa kaya sarang burung? Soalnya rambut Dicka itu ga rapi udah gitu kaku berdiri gitu.

Bu Mirna yang melihat aksi Dicka dan Nara akhirnya menghampiri keduanya sambil marah marah. Nara yang udah bosen denger ocehan dari bu Mirna akhirnya ditinggal aja maju kedepan dan sebut nama temennya yang masih telat bayar uang kas. Kalo ga gitu ocehan bu Mirna bisa ga selesai sampe besok malam.

"Dicka"

Jeng jeng jeng Dicka lagi Dicka lagi.

"Lo belum bayar kas dari 5 minggu yang lalu jadi total pembayaran kas lo 150.000 ribu" jelas Nara ke Dicka.

"Loh kok 150.000 ribu"

"Iya kok bisa"

"Wah rentenir nih"

"Lo ga salah ngitung kan"

hanya ucapan 150.000 bisa membuat heboh satu kelas. Padahal itu ditujukan untuk Dicka, terus kenapa yang ribut satu kelas. Kan aneh.

"Iya, jadi gini Dic uang kas lo kurang 150.000. Yang 15.000 ribu itu buat bayar uang kas sisanya buat gue jajan" jelas Nara dengan sabar. Sabar cuma didepan bu Mirna aja.

"Wah ya ga bisalah"

"Lo nyalahin gua? Buat gue nunggu itu sebuah kesalahan yang besar loh Dic"

"Eeeeeaaaaaa cihuy, kata katanya mantab bro" berbagai sorakan sorakan dari teman sekelasnya pun keluar dari mulut mereka.

"Apaan ga nyambung" balas Dicka dengan geram. Wajahnya udah merah nahan amarah.

"Siapa kata ga nyambung. Ibarat lo parkir ke tukang parkir, kan tukang parkirnya nungguin tuh motor mu biar ga dimaling. Jadi lo harus bayar lebih ke Nara" ucap Ufi membela Nara.

"Awas lo berdua!" Dicka udah ga bisa nahan emosi lagi, dia akhirnya malah berantem sama Ufi dan Nara.

Berakhirlah mereka bertiga ke ruang bk :)


______________________________________

Sebenernya ini ga nyambung sama sekali^-^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kelas RusuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang