Seminggu kemudian, tiba-tiba Lincoln datang ke apartemenku. Dia mengulum senyum, memakai kemeja hitam lengan panjang yang rapi, tetapi dengan rambut yang berantakan.
Pagi-pagi benar dia datang, tanpa memberitahuku pula, membuatku mengerenyitkan dahi, bingung dan sedikit kaget.
"Apa kau tidak mengizinkan aku masuk?" Tanyanya.
Aku lalu membukakan pintu untuknya tanpa berbicara. Lincoln kemudian masuk dan duduk di sofa kesayanganku yang nyaman dan aku mengikutinya duduk di sana.
"Ada apa?" Tanyaku bingung, "Apa ada masalah di kantor pusat sehingga kau datang kemari Tuan?"
Tapi yang kutanya malah diam saja dan melayangkan pandangannya pada TV yang tadi kunyalakan.
"Ini untukmu," ujarnya. Dia malah memberiku boneka harimau salju dan tidak menjawab pertanyaanku.
Aku ragu-ragu menerima boneka besar itu-takut kalau-kalau ternyata berisi dinamit.
"Tuan? Apa ini?"
"Ternyata kau suka kartun ya?" Katanya sambil menunjuk TV, lagi-lagi dia tidak menjawab pertanyaanku.
Aku agak jengkel karena dia tidak menjawab pertanyaanku tapi toh aku akhirnya mengalah dan menimpali kata-katanya.
"Ya aku suka kartun tapi hanya kartun yang itu saja," aku menunjuk TV.
"Oggy and the Cockroaches?" Lincoln mengerutkan dahinya.
"Ya, aku suka Oggy. Memangnya kenapa?"
"Ternyata kau bangun sangat pagi ya padahal ini hari libur. Kau benar-benar merubah kebiasaanmu."
Lagi-lagi Lincoln mengalihkan topik pembicaraan dan tidak menjawab pertanyaanku, itu membuatku jengkel.
"Apa kau tidak berniat membuatkanku minuman Nona?"
Aku tidak menjawab pertanyaannya dan lebih memilih melihat TV.
"Athena?"
Aku masih mengacuhkannya.
"Hei? Lihatlah aku!"
Astaga, Lincoln menarik tanganku, menyuruhku mendekat. Lalu segera kutepis tanganya karena aku kaget dan refleks melakukannya. Hei dude kau tahu? Aku sangat tidak terbiasa dengan pria-pria yang mendekatiku, bahkan aku merasa grogi saat 32 laki-laki datang untung menembakku. Satu-satunya pria yang sering memegang tanganku adalah Calvin dan aku tidak menepis tangannya karena dia sahabatku sejak kecil tapi ini Lincoln, pria asing yang melakukannya.
"A... apa? Kau mau apa?" Tanyaku grogi. Mataku menatapnya nanar.
"Kenapa kau melihatku seperti melihat orang jahat?"
"Maaf. Aku hanya tidak terbiasa bila ada pria asing yang mendekatiku dan menarik tanganku," kataku dengan jujur. Teramat jujur.
"Kau masih menganggapku pria asing?" Sahutnya sambil lagi-lagi menarik tanganku. Kali ini aku membiarkannya.
"Bukankah kau memang orang asing? Tuan aku bahkan belum genap sebulan untuk mengenalmu."
Setelah aku mengatakan itu, dia tersenyum. Senyum yang menyebalkan seperti senyum milik Calvin meskipun sebenarnya Lincoln lebih tulus melakukannya.
"Adik kelasmu, Claudia, dia telah meninggal dunia hari ini," kata Lincoln pelan. Senyumnya sirna sudah.
"A... apa? Kau tidak bercanda kan Tuan?"
"Apa ekspresiku seperti orang yang sedang bercanda?"
"Tapi itu tidak mungkin, kenapa aku tidak tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zoneperest
AdventureKamu dibully? Diremehkan? Disakiti? Dicaci maki? Dikucilkan? Dihina? Padahal kamu tidak bersalah dan mereka sebenarnya juga tidak tahu alasan untuk membullymu. Kamu hanya digunakan sebagai pelampiasan mereka saja. Bergabunglah dengan kami! Zoneperes...