What if I feel this way for the rest of my life?
-N.N-
Sunny Side terasa seperti rumah bagiku. Rasanya semua bebanku kembali terangkat ketika aku menginjakkan kakiku di sana. Tak ada yang berubah kecuali jumlah tamu yang dua kali lipat lebih banyak dari biasanya. Seandainya saja aku tidak segera memesan kamar dari satu bulan sebelumnya, sudah pasti kami tidak akan kebagian kamar.Event kompetisi selancar bertaraf international baru kali ini diselenggarakan di Lampung, sehingga banyak mengundang antusiasme peselancar lokal maupun warga setempat. Terlebih lagi karena kompetisi kali ini bekerja sama dengan WSL (World Surfer League). Meskipun kompetisi dihelat di pantai Tanjung Setia dan pantai Mandiri, tapi pantai Labuhan Jukung pun ikut ramai oleh pengunjung.
Hari ini cuaca cerah di Sunny Side. Langit biru cerah tak berawan, sinar matahari yang jatuh di atas air laut menciptakan kilau cantik di permukaannya. Mary sudah menyiapkan kabin untuk kami, sayangnya kami tidak mendapat kabin yang menghadap ke arah laut, tapi di sisi depan dekat kantor resepsionis. Wajar saja mengingat lonjakkan jumlah pengunjung. Lagi pula kabin c4 terlalu banyak menyimpan kenangan yang belum ingin ku sapa.
Setelah selesai menyusun tas dan pakaian, aku mengganti kausku dengan dress pantai bermotif bunga berwarna biru. Aku membuka cepol rambutku dan meraih novel roman yang sedang ku baca.
"Mau ke mana, Lun?" tanya Sonya yang sedang berbaring di atas tempat tidur. Wajahnya terlihat kelelahan setelah perjalanan panjang dari Kota Bandar Lampung.
Kami berangkat selepas maghrib dan baru tiba di Sunny Side pada dini hari. Padahal dia hanya tidur sepanjang jalan sedangkan aku yang bertugas di balik kemudi.
"Mau nyantai dulu di hammock. Ikutan yuk."
Sonya mengerang dan merenggangkan badannya. "Nanti deh, masih ngantuk."
"Yaudah, kalau lo mau nyari gue, gue di area hammock."
Sonya menanggapiku dengan gumaman setelah menarik selimut hingga menutupi kepalanya.
Area hammock sepi, hingga aku bisa memilih spot yang sama, hammock yang sama yang menjadi tempat terakhirku bersama dengan Logan. Aku berharap dapat menangkap aromanya meski hanya sekilas, tapi tentu saja waktu sudah menghapus aromanya meskipun tak mampu menghapus kenangannya.
Ada kalanya aku berharap aku bisa terbangun di suatu pagi dan mendapati perasaan ini menghilang. Clap! Dengan jentikan jari, segala kenangan tentangnya sirna. Tapi pernahkah kau mendengar frasa kalau hidup itu lucu? Ia menawarkan sesuatu yang tak bisa kau tolak sekaligus tak bisa kau miliki.
Berusaha mengusir awan mendung di hatiku, aku mencari pengalihan dengan menatap langit-langit atap yang kayunya penuh dengan coret-coretan tamu yang berkunjung. Kebanyakan merupakan tamu dari luar negeri. Aku menemukan banyak nama-nama dan tulisan dalam bahasa Spanyol, membuatku mengingat Max. Ku rasa, menghabiskan satu bulan bersama Max lalu tak lagi berhubungan dengannya, membuatku merasa kehilangan seorang teman. Aku tak tahu apakah kami akan bertemu lagi, tapi ku harap suatu hari nanti aku akan menemukan keberanian untuk menghubunginya.
Pandanganku teralih ke salah satu coretan di bagian paling ujung, di dekat tirai bambu yang menutup bagian area yang menghadap ke arah losmen lain dan seketika itu pula aku merasa kesulitan bernafas, seakan aku kehilangan kemampuan untuk mengkoordinasikan tubuhku.
Jika aku pernah merasakan patah hati, maka kali ini hatiku tak lagi berwujud dan lebur dengan pilu. Di sana, tergambar seekor tokek kecil yang berselancar sementara bulan sabit menggantung di atas kepalanya dan di bagian bawah gambar itu tertulis satu kalimat yang selamanya akan terpatri di hatiku, paku terakhir yang akan menyegel peti matiku.
'Luna, kelak jika ombak membawaku kembali padamu, ku harap kau masih mengizinkanku untuk tenggelam dalam samudramu.'
-geckoman--0-
Author note: Maaf chapter 12 lebih pendek dari biasanya, tapi....aku rasa esensinya udah cukup. Masih sibuk dengan kegiatan sehari-hari sampai kesulitan cari waktu untuk nulis😭. Buat yang sudah mampir dan baca, makasih banyak yaa, kalian boleh meninggalkan jejak kalian.
xoxo
-Cacti-
KAMU SEDANG MEMBACA
That Summer We Met
RomanceMeet Luna... Gadis impulsive yang mencintai gelombang sebesar ia mencintai papan selancarnya. Selalu bertindak tanpa berpikir panjang. Mudah jatuh cinta dengan hal-hal baru, juga dengan orang-orang yang baru... Luna hidup untuk hari ini, tidak untuk...