#3

13 2 0
                                    

Sunyinya malam menunjukan jika waktu saat ini masih dini hari tapi Claire terlihat mondar-mandir diruang tengah, dia gelisah setengah mati bahkan saking gelisahnya ia tak bisa pergi tidur. Ben ada disitu, terduduk diam diatas sofa, mereka tak banyak bicara, Claire kadang terlihat menggigil, kedua tangannya memeluk dirinya sendiri, menggoyang-goyangkan kepalanya tak kentara, matanya terpejam, Claire jelas sedang bimbang.

Ben masih diam, dia merasa bersalah akan apa yang sudah ia putuskan. Dia tau Claire tak akan siap melakukan hal seperti ini, karena ini melawan keinginan Claire, dan juga ini cukup berbahaya. Tapi dia tak punya pilihan lain selain Claire, Ben yakin Claire mampu melewati ini, tapi Claire terlihat semakin kacau.

"Claire, apa menurutmu ini berlebihan?" tanya Ben setelah sekian jam mereka berdiam diri tanpa sepatah kata pun.

"Ben, aku ragu, aku takut" jawab Claire jujur.

"Aku mengerti Claire, tapi kita hanya punya dirimu. Aku tak tahu harus bagaimana. Ini terkesan seakan-akan aku hendak menjualmu, apa yang harus ku katakan pada ayahmu?" Ben terisak, Claire menatapnya sedih tapi tak mendekat sama sekali.

"Ben, aku akan berusaha, hal seperti itu, yang ada di fikiranmu itu, tak akan pernah terjadi. Aku sudah menyetujuinya Ben, aku pasti mengusahakan yang terbaik untuk semuanya. Yakinlah Ben, aku bisa jaga diri. Aku hanya kurang siap menghadapi orang seperti itu. Membayangkan bagaimana sikapnya kepadaku nanti, itu membuatku mual."

"Kalau begitu kumohon bertahanlah Claire, kami akan membantumu mempercepat prosesnya. Kau tau bahwa kita tak punya pilihan lain." Ben menatap Claire, ia sebisa mungkin meyakinkan Claire bahwa semuanya akan baik-baik saja. Melihatnya Claire terseyum dan langsung bergerak kedalam pelukan Ben yang meregangkan tangannya. Setelah sampai ia mengusap rambut Claire pelan dan berbisik "Kau pasti bisa Claire, adikku tak pernah gagal."

"Aku merasa tak tega padanya" jawab Claire di dada bidangnya. Ben mengangguk sambil tetap mengelus Claire hingga akhirnya mereka tertidur.

*****

Hari ini, Minggu 20 Agustus 2017.

Claire menginjakkan kakinya di loby hotel yang cukup mewah. Ia datang sendirian dengan koper besar yang ia seret susah payah dibelakangnya menuju ke arah resepsionis untuk memesan kamar. Ketika Claire sampai didepan wanita cantik berseragam rapi dan mulai mengutarakan maksudnya Claire malah mendapatkan jawaban yang cukup membuatnya kesal.

"Maaf, apa usiamu sudah 20 tahun?"

"Apa kau datang sendiri? Mana orang tuamu?"

"Gadis kecil, apa semalam kau pergi dari rumah?"

"Kami bisa memanggil polisi untuk mengantarmu pulang."

Claire ingin menangis dan menghancurkan semua benda didepannya karena penghinaan ini sudah cukup keterlaluan baginya. Ia harus menerima penghinaan semacam ini sebagai pengganti sarapan dan ucapan selamat paginya. Tapi Claire malah tersenyum manis, sambil menunjukan layar smartphonenya ke arah resepsionis yang tadi mengejeknya.

"Ibu ingin aku masuk duluan karena aku sudah sangat lelah, sedangkan ibu masih punya urusan ditempat lain. Ibu sudah reservasi kamar sebelumnya, maaf aku baru ingat soal ini." Claire berusaha bicara semanis dan sepolos mungkin hingga membuat semua yang melihatnya iba, ia menyerahkan ponselnya kepada wanita didepannya sambil berkata "Aku tak mau merepotkan ibu, jadi aku pergi sendiri kesini."

Aaah, semua orang mendesah mendengar Claire bicara seperti itu. Bahkan seorang wanita paruh baya yang sedari tadi memperhatikan Claire bergerak ke arahnya dan memeluk Claire, Claire tersenyum tapi wanita itu terisak dibahunya "Kau manis sekali gadis kecil, kau mengingatkanku pada mendiang putri kecilku. Ia juga manis sepertimu. Apa kau berani? Mau ku temani?" tanyanya kepada Claire penuh perhatian.

"Tidak ma'am, terima kasih." mendengar jawaban Claire wanita itu menjerit.

"Ya tuhan, kalau suamiku melihatmu ia pasti akan menangis sekarang. Kau sangat mirip dengan Anya kecilku dulu. Jaga dirimu baik-baik ya."

Wanita itu pergi menjauh darinya sambil mengusap air matanya. Ia tak henti-hentinya menatap Claire jadi Claire tersenyum sambil melambaikan tangan padanya, ia membalas lambaian Claire.

"Maaf, ini kunci kamarmu, no 659 ada di lantai 5." resepsionis itu memberikan kunci kamarnya kepada Claire dan menatap kopernya, ia mendongak memanggil salah satu room boy yang kebetulan lewat didekat mereka untuk mangantar Claire ke kamarnya sekaligus membantu Claire membawakan kopernya.

"Terima kasih banyak" ucap Claire sambil tersenyum. Lalu berjalan ke arah lift mengikuti room boy yang sedang membawa kopernya.

"Sialan, pipiku kaku. Aku terlalu banyak tersenyum." bantin Claire geram. Sementara disisi lain loby ada seseorang yang asyik memperhatikannya dalam diam. Pria muda, usianya masih sekitar awal 30 tahunan, rambutnya coklat, tak luput dengan pakaian formalnya. Ia memanggil seseorang dibelakangnya, orang itu mendekat, ia berbisik sebentar kepadanya lalu orang itu pergi. Setelah ia melihat wujud Claire mulai tertutup pintu lift yang terletak jauh didepannya, ia menyeringai seram, tangannya mengepal keras.

"Harusnya ibumu itu tak membiarkanmu pergi sendiri, manis..."

BEHIND THEIR MASKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang