RANDY berjalan pelan ke arah kelasnya, semua siswi mengalihkan pandangannya tertuju kepadanya seorang.
"Randy, add line gue dong,"
"Randy gans banget gilaw,"
"Most wantedcu lewat, aw,"
"Woy Ran, gue meleleh nih,"
Randy hanya berjalan dengan tatapan dingin dan muka datar, tapi ada rasa tersendiri bagi Randy di dalam batinnya.
Semacam seorang bidadari tengah mengutuk Randy untuk tetap tersenyum seharian, ia masih tak menyangka hari ini adalah hari pertamanya berangkat dengan Selly.
Ia hanya tersenyum tipis ketika masuk di kelasnya melihat ke arah Selly, sangat tipis sehingga ketiga sahabatnya tak menyadari senyumnya.
Randy segera duduk di salah satu bangku di barisan paling depan bersama seorang perempuan di sebelahnya.
Randy sedari tadi menompangkan dagunya di tangannya sambil menatap papan tulis yang kosong.
Entah apa, ia tiba-tiba tersenyum kecil yang tampaknya di sadari oleh sahabat sebangkunya tersebut.
"Lo kalau mau senyum, yang lebar. Jangan kecil-kecil dong," ujar Olivia yang melirik ke arahnya setelah itu fokus kepada handphone miliknya.
Randy yang menyadarinya mendatarkan mukanya kembali dan hanya menatap papan tulis kosong kembali.
"Ho'oh, gue ngantuk banget," ujar Yohanes dari belakangnya, ia melirik ke arah Yohanes yang tengah menompangkan dagunya di tangannya sambil menutup matanya.
Sifat Randy yang usil mulai keluar, ia memajukan jarinya ke tangan Yohanes dan ingin menuncuk lehernya menggunakan kuku jarinya yang sangat panjang.
Rina yang menyadarinya melirik ke arahnya, Rina yang sedari tadi membaca novel langsung menepis pelan tangan Randy
"Jangan goblok! Kasihan," ujar Rina
Randy segera menarik tangannya dan mengusap pelan tangannya bekas tepisan Rina. Randy memicingkan matanya ke arah Rina
"SAHUR! SAHUR! TE TO TET!"
Teriak dua orang pria bersamaan dari arah belakang Yohanes, Yohanes mendecak kesal dan segera menjambak kedua pria tersebut
"Aduh, aduh. Sakit, Nes," ujar kedua pria itu sambil meringis kesakitan
Randy hanya mendatarkan mukanya melihat adegan tersebut, berbeda dengan Olivia dan Rina yang sudah terngakak guling melihat wajah Edward dan Nathan yang kesakitan.
"Makanya jangan mucil jadi orang, tuh tulahnya," ujar Yohanes sambil memiting kepala Edward dan Nathan
"Aduh, ampun Nes, ampun," ujar mereka berdua, Yohanes melepaskan pitingannya.
Randy melihat tatapannya dengan lurus, ia melihat Julian tengah menatapnya dengan tajam.
Ngapai Julian kayak gitu ngelihatnya?
Randy tak menghiraukannya, ia berbalik dan melihat ke arah papan tulis yang kosong.
Mungkin aja dia cemburu karena tadi pagi Selly berangkat bareng gue, ck.
"Randy!" panggil seseorang seperti kata pekikan, Randy menoleh ke arah sampingnya terlihat Julian tengah berdiri di depan meja Olivia.
"Heh lo! Berapa hari nggak datang ke rumah, gue sama Devan kangen main bertiga, setan. Pulang sekolah lo ke rumah gue mau nggak mau!" yang membalas bukanlah Randy, melainkan Olivia yang kesal dengan Julian karena dalam seminggu Julian tidak datang ke rumahnya, padahal setiap minggunya Julian main ke rumahnya dan ke rumah Devan.
"Maaf Liv, gue selama seminggu bantu mama ke rumah sakit. Nanti malam minggu gue ke rumah lo sama mapa, janji deh," ujar Julian
"Awas ya kalau sampai nggak datang, gue bakal coreng lo dari daftar nama keluarga gue," ujar Olivia
"Iya, iya tante. Sekalian juga gue ke rumah Devan," ujar Julian
Randy hanya menatap malas ke arah dua orang yang sedang berbicara, tak lama Julian mendekatkan dirinya dengan Randy.
"Gue perlu ngomong sebentar sama lo, Ran," ujar Julian.
Randy hanya mendatarkan wajahnya sambil memikirkan sesuatu.
**
A/n : VOTE!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Boy【✓】
Подростковая литератураBuku Kedua dari series 𝑴𝒆𝒔𝒓𝒂 𝑯𝒊𝒈𝒉 𝑺𝒄𝒉𝒐𝒐𝒍✔ (2018/09/30) Dingin, itulah sifatnya kepada semua orang terkecuali orang yang benar-benar dekat dengannya. Randy Pangestu yang memiliki tampang seperti seorang pangeran yang menjadikannya seba...