4. Kabar Gembira

614 21 0
                                    

Pandangannya yang sedari tadi tidak lepas dari langit teralihkan oleh dering handphone disaku rok seragamnya. Ditatapnya layar handphone tersebut dengan tatapan nanar sebelum dia menggoyangkan kedua jempolnya untuk mengetik pesan lantas mengirimkannya. Tak berapa lama, benda pipih itu kembali berdering tanda sebuah panggilan masuk yang langsung dia angkat dengan segera.
Kuperhatikan setiap raut wajah dan segala gerak-geriknya yang menandakan kekesalan saat mengobrol dengan si penelepon sebelum akhirnya kudengar kata:
"Oke kita putus!"
Aku langsung terperanjat mendengarnya.

Ditutupnya telepon tersebut dengan cepat, dan kini dia kembali termenung menatap langit. Kupandangi ia dari samping menelisik wajahnya yang sama sekali tidak berderai air mata.

"Baru putus dari pacar ya?"
Spontan pertanyaan itu meloncat dari mulutku tanpa intruksi dari otak. Sial, disaat-saat seperti ini mulutku selalu tidak disiplin. Kubenamkan bibirku membentuk garis lurus tak berani menatap mata Kanaya yang menyorot tajam penuh kekesalan.

"Bukan urusan kamu" ucapnya sengit seraya melenggang gusar penuh hentakan dengan tangan terkepal membawa segala kekesalannya yang ia dapatkan pada pagi hari ini.

Tak apa aku mendapatkan perlakuan sinis darinya, tapi yang pasti pagi ini adalah pagi yang cerah, secerah hatiku kala kudengar langsung perempuan idamanku baru saja memutuskan pacarnya.

_

Aku tak bisa menahan rasa kantuk yang tiba-tiba saja menghampiri, tidak ada satupun penjelasan bu Asri yang menempel di otak. Kuputuskan saja untuk tidur sejenak dengan membenamkan wajah pada sedekapan tangan diatas meja.

"Heh, jangan tidur lo" bisik Bagas menyenggol-nyenggol lenganku dengan sikutnya. Resiko punya teman sebangku yang super rajin dan disiplin seperti Bagas membuatku selalu tidak bisa memiliki satu pun kesempatan untuk melanggar aturan, seperti halnya tidur dikelas seperti sekarang ini- ritual yang tidak pernah kulewatkan tiap kali belajar bersama guru jadul dan sangat membosankan seperti bu Asri ini.
"Berisik, gua ngantuk Gas. Kali ini lo biarin gue tidur ya! Toh hukumannya gak sampai di drop out kan?"

"Terserah" sinisnya tak ingin memperpanjang perdebatan. Tak ada lagi perbincangan, aku melanjutkan tidurku, sementara Bagas kembali fokus pada penjelasan bu Asri.

"Hey kamu anak baru!"
Aiissh... Suara bernada kecaman itu berhasil menyentak jiwaku yang baru saja memasuki gerbang alam bawah sadar. Kuangkat wajahku menatap bu Asri yang kini menyorotkan tatapan super tajam kearahku.
"Kenapa kamu tidur disaat jam pelajaran saya berlangsung?"

"Saya ngantuk bu"

"Iya saya tahu kamu ngantuk, emangnya semalam kamu habis ngapain? Gak tidur?"

Bagas tersenyum mengejek yang hanya kubalas dengan decakan dan desisan kecil.

"Saya minta maaf bu"

"Keluar kamu..." ucapannya terhenti seraya memejamkan mata barangkali mencoba mengingat namaku.

"Arkan bu" tegasku mengingatkan.

"Ya. Keluar kamu Arkan! Cuci muka kamu sana!" telunjuk berkuku runcingnya tertunjuk pada pintu kelas yang terbuka lebar.

"Baik bu, permisi" dengan senang hati, aku melenggang menuju ambang pintu.

Dan akhirnya aku bisa keluar dari suasana membosankan itu, kuturuti seruan bu Asri untuk mencuci muka.
Selama berjalan disepanjang koridor menuju toilet, tidak ada satupun siswa yang diluar kelas, terkecuali sekumpulan siswa-siswi yang sedang berolahraga di lapangan.

Mengejar BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang