5

7.1K 1.2K 37
                                    

"Tidak tahu."

Taeil menaiki sebelah alisnya. Pasti ada sesuatu dalam perasaan Doyoung. Tapi sepertinya dia juga tidak bisa mengurusinya lebih jauh.

Ah, Taeil jadi teringat sesuatu.

"Aku juga mempunyai istri"

Doyoung yang tadinya ingin menyandarkan diri di sofa langsung menoleh.

"Bisa jadi alasanku tetap tinggal di dunia ini karena aku menyesal belum bisa memberikan yang terbaik kepada istriku, bagaimana pendapatmu Doyoung?"

Doyoung tampak berpikir sesaat, sebenarnya ia sangat sensitif sekarang tentap topik 'istri'

"Mungkin saja"

"Aah.. Aku berharap aku bisa bertemu dengan istriku, mengucapkan kata - kata perpisahan dengan benar, sangat disayangkan aku meninggal begitu saja saat dia tengah mengandung anak pertama kami"

"Istrimu mengandung?"

Taeil mengangguk, tiba tiba bulir air matanya jatuh begitu saja.

Doyoung menjadi sangat emosional, disaat istrinya tidak bisa mengandung namun mereka masih bersama ada orang lain yang bisa mengandung namun telah kehilangan suaminya. Hidup ini sungguh menyedihkan.

"Aah aku harap secepatnya aku bisa bertemu dengan istriku, entah kenapa hati ini yakin jika dengan cara ini aku bisa kembali dengan tenang"

Doyoung menatap Taeil dalam.

'Aku harap kau bisa secepatnya menyelesaikan masalahmu di dunia ini' batin Doyoung.

"Kau sekarang bisa menggunakan tubuhku untuk mencari istrimu, kan? Kenapa tidak coba mulai besok saja?"

"Masalahnya.. "

"Aku lupa siapa namanya, rumah kami dimana, pekerjaannya apa"

Doyoung pun melayangkan pukulan ringan ke tubuhnya sendiri, namun tembus.

"Dasar kau arwah gentayangan yang merepotkan"

Taeil pun tertawa pelan.

"Lihat siapa yang bicara"

Malam itu, Doyoung dan Taeil menjadi lebih akrab. Mereka menghabiskan sepanjang malam dengan mengobrol tentang apapun.

***

"Kau yakin bisa pergi bekerja?"

Taeil yang sedang memakai dasi jadi tampak berpikir.

"Setidaknya aku hadir di tempat kerjamu kan?"

Doyoung sweatdrop.

"Terserah kau saja"

"Sayang.. Sarapan dulu"

Doyoung dan Taeil menoleh begitu mendengar interupsimu, dan mendapatimu menyembulkan kepala ke dalam kamar.

"Oke sayangku"

Doyoung mendelik, rasanya sangat aneh.

Saat Taeil selesai memakai dasinya, ia segera menuju dapur, ketempat mu lalu sarapan bersama. Tentu saja dengan Doyoung yang mengikuti.

Taeil pun memakan sarapan tersebut sambil sesekali menanggapi cerita - cerita yang kamu lontarkan.

Kamu terlihat sangat semangat sekali, sampai - sampai pipimu memerah saat melihat kearah wajah 'Doyoung' yang tersenyum kepadamu.

Doyoung yang melihat itu semua merasakan hal aneh, entah itu marah, atau sedih. Melihat dirinya sendiri sedang bercengkrama dengan istrinya sebagaimana mestinya. Layaknya menonton film.

"Ah bisakah kau besok mengantarku ke klinik di rumah sakit S?"

'Doyoung' menoleh ke hadapan wanita yang ada di depannya saat ini.

"Tentu, klinik apa?"

Kamu tampak menggigit bibirmu gusar sebelum menjawabnya, takut - takut jika suami mu itu marah lagi jika kamu membahas hal itu.

"..klinik.. Kandungan"

Doyoung yang tadinya hanya membuang muka langsung menoleh ke istrinya.

'Klinik kandungan?'

Sendok ditangan Taeil terjatuh begitu saja begitu mendengar kata klinik kandungan. Mengapa begitu familiar ?

Dan Taeil juga merasakan sesuatu tiba tiba menghantam hatinya.

Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang