14

506 25 0
                                    

Typo everywhere
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Daniel POV
Aku sebenarnya tidak terlalu mengkhawatirkan tentang serangan balik yang pasti akan dilakukan oleh kubu hanz. Namun bagaimana pun aku harus tetap waspada dengan berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi. Hanz adalah pria yang sangat licik, namun satu hal yang mereka tidak tahu bahwa aku akan selalu berada empat langkah didepan mereka cepat atau lambat bajingan itu akan aku lumpuhkan. Seharusnya dia tidak mencari gara-gara denganku dia yang memulai menyulut api peperangan denganku maka aku akan membakarnya dengan api yang telah dia ciptakan.

Apakah gadis jalang itu sudah tidur? Aku tidak tahu aku meninggalkannya bersama bibi tri aku begitu marah saat mengetahui key si bajingan itu telah menyiksanya jadi kuhabisi saja nyawa bajingan yang tidak tahu  balas Budi itu.  Mungkin akan lebih baik  jika aku menyiksanya terlebih dahulu.

Aku harap gadis itu tidak akan menjadi gila. Sepertinya aku harus mengikuti apa yang dikatakan dokter dirumah sakit itu. Lebih baik aku meminta pertolongan reta untuk membantu pemulihannya. Reta bekerja sebagai seorang dokter disalah satu rumah sakit swasta yang dibangun ayahnya untuk kepentingan reta, ayahnya adalah salah satu rekan bisnisku. Reta tentunya sudah mengetahui bisnis dan kehidupan yang aku jalani bersama ayahnya. Hal itulah yang membuatku memberinya akses untuk datang ketempat ini jika sewaktu waktu aku membutuhkan bantuan medis darinya. Baiklah, mungkin besok aku akan memintanya datang kemari untuk memeriksa keadaan annisa.

Aku menengok annisa kekamar, aku menyuruh bibi tri untuk meninggalkan kami berdua. Nampaknya anak ini masih ketakutan. Apa yang harus kulakukan? Aku menutup dan mengunci pintu lalu berjalan mendekati tempat tidurnya dia terduduk dipojokan tempat tidur sambil memeluk kedua lututnya, gadis yang malang. Aku berusaha mengusap rambutnya namun dia nampak semakin ketakutan.

"Jangan... Jangan sakiti aku, aku mohon" ucapnya saat aku mencoba menyentuh kepalanya

"Annisa" aku mencoba menenangkannya

"Tidak... Tidak. Maafkan aku, sungguh aku tidak berontak. Jangan pukul aku" ucapnya sambil menangis tersedu. Sial apa yang sudah dilakukan bajingan itu terhadap anak ini.

"Annisa dengar, lihat aku" ucapku sambil mencoba memegang wajahnya dan mengarahkan pandangannya padaku

"Tidak... Tidak, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud melarikan diri tolong maafkan aku" ucapnya lagi sambil terisak. Entah bagimana, hatiku terasa teriris mendengar ucapannya. Gadi ini terlihat begitu menyedihkan.

"Annisa!" kali ini aku sedikit berteriak keras untuk menyadarkan racauannya yang tidak kunjung berhenti. Aku bingung bagaimana cara untuk membuatnya kembali tenang.

"Da... Daniel" ucapnya sepertinya baru tersadar akan kehadiranku.

"Daniel... Maafkan aku" aku merengkuh badannya kearahku. Kucium keningnya untuk membuatnya lebih tenang. Dia terisak dalam pelukanku.

"Tidak akan ada yang menyakitimu lagi ditempat ini annisa, tenanglah" ucapku

"A.. a... Aku tidak ada niat untuk melarikan diri daniel, aku ti-" kukecup bibir mungilnya yang kembali meracau. Aku lalu sedikit merenggangkan pelukanku kulihat wajahnya sedikit merona.

"Dengar annisa" aku mengangkat dagunya agar menatapku.

"Aku tidak marah padamu, tidak akan ada yang akan menyakitimu lagi. Aku berjanji padamu" ucaoku sambil menatap matanya.

"Daniel" annisa kembali memelukku dengan erat. Aku membiarkannya dalam posisi ini untuk beberapa saat.

"Sudah malam, mari kita tidur aku akan menjagamu disini" ucapku ditelinganya. Gadis ini hanya mengangguk dan menuruti perkataanku tak beberapa lama, gadis ini tertidur dalam pelukanku. Tidurlah annisa, aku akan menjagamu setidaknya untuk malam ini.

The Dangerous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang