"Be mine?"
"A-apa?"
"Jadilah milikku Raina.Maka aku akan menjadikanmu wanita yang paling bahagia di dunia ini.Please?Be my wife and i'll make you happines till the end of time"
"Yes.you have me now and forever"
"Tapi..apa Evan bersungguh-sungguh denganku?aku takut.Evan akan menyesal nanti"
"Seperti janjiku.tak perduli kapanpun itu I will marry you"
Raina tersadar dari lamunannya ketika lengan kanannya terasa panas dan perih secara bersamaan.Ternyata ia baru saja terciprat minyak panas.Bodoh sekali harusnya ia tidak melamun saat memasak.Tidak masalah jika tangannya yang melepuh.Ia hanya takut masakan yang dibuatnya khusus untuk suaminya itu gosong dan membuatnya tidak berselera makan.Evan suaminya akan pulang hari ini setelah satu minggu lamanya tidak ada kabar,dan Raina tidak mau mengecewakannya dengan menyajikan makanan yang tidak enak.Senyumnya melebar setelah makanan kesukaan suaminya berhasil ia hidangkan diatas meja.Entah berapa lama ia menunggu.Namun suaminya itu belum juga tampak kehadirannya.Raina melihat jam.Sudah hampir jam setengah sembilan malam.ia mencoba berpikir positif.tapi,itu berarti sudah dua jam ia menunggunya.Mengecek ponselnya,tidak ada satupun panggilan ataupun pesan dari suaminya.Raina tetap optimis.Mungkin pekerjaan Evan banyak hingga pria itu lupa untuk sekedar menghubunginya.Raina menghela nafas.Makanannya sudah dingin.Dengan senyum yang masih melekat indah dibibirnya,Raina berjalan ke dapur dan menghangatkan kembali makanannya lalu menaruhnya kembali diatas meja.Sudah hampir tengah malam.Ini ketiga kalinya Raina menghangatkan makanan yang ia buat untuk Evan.Tiba-tiba perasaan khawatir menjalar ditubuhnya.Apa suaminya baik-baik saja?atau jangan-jangan terjadi sesuatu padanya saat perjalanan pulang.kecelakaan misalnya.Astaga.Raina menggelengkan kepalanya mencoba tetap berpikir positif.Dengan perasaan resah,Raina menekan tombol satu pada ponselnya untuk menghubungi Evan.Tersambung tapi tidak diangkat.Dengan mata yang semakin berat,Raina meletakkan kepalanya diatas meja makan.Tanpa sadar air matanya mengalir,namun bibirnya masih tetap tersenyum.Seminggu ini ia tidak mendapat kabar dari suaminya.Dan tadi siang rasa-rasanya Raina hampir melompat bahagia bisa mendengar suara yang sudah sangat dirindukannya.Evan menghubunginya.Raina bahagia walaupun pria itu hanya mengatakan tiga kata.Aku akan pulang.Ya.hanya itu saja sudah cukup mengobati rasa rindu Raina selama ini.Perlahan matanya semakin berat.Raina ingin tidur.Berharap esok akan terbangun dan mendapati suaminya tengah tertidur disisinya dan memeluknya seperti awal pernikahan mereka.Dan Raina tertidur dengan air mata yang mengalir.
***
Raina terbangun ketika mendengar suara bel apartemennya di tekan dengan tidak sabar.Siapapun orang itu,ia sungguh tidak sopan.Tapi Raina mengenyahkan pemikiran anehnya itu.Ia berpikir itu pasti suaminya.Tanpa berpikir panjang,Raina berlari kecil hendak membukakan pintu.Saat pintu terbuka,pemandangan didepannya membuat Raina merasakan sakit yang tidak terdefinisikan menjalar diseluruh tubuhnya.Evan pulang.Suaminya memang pulang,tetapi dalam keadaan mabuk!mabuk!astaga..Dan ia diantar oleh seorang wanita cantik yang berpakaian sungguh tidak layak.Wanita itu merangkul Evannya yang tidak sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
For The Sake Of Time (One Shoot)
Randomini hanya one shoot ya.kalau responnya baik nanti akan kulanjut.