part 11 (a)

164 48 2
                                    


"Steff, bangun dong!". Ucap (namakamu) sembari mengguncangkan-guncangkan pundak Steffi.

Sekarang mereka sedang berada di Ruang UKS.

"Marlyn, gimana keadaan Steffi?". Tanya Ari pada Marlyn si ketua PMR disekolah.

"Dia hanya syok, terus tadi gua udah beri bubuk obat diwajahnya biar gak infeksi". Jelas Marlyn.

"Okelah". Respon Ari dengan manggut-manggut.

"Oh iya, gua atas nama Milan mau minta maaf". Ucap Marlyn selanjutnya.

"Maksud lo?". Tanya Iqbaal yang heran, kenapa harus Marlyn yang minta maaf, padahalkan yang salah si Milan.

"Tadi gua sempat ngelihat gerak-gerik kelakuan gengnya Milan keluar-masuk kelas kalian, ternyata ini kelakuan mereka". Tutur Marlyn dengan ringkas.

"Lo ada hubungan apa sama Milan? Kok lo yang minta maaf?". Iqbaal kembali bertanya untuk menghilangkan rasa penasarannya yang lebih.

"Jadi, lo belum tahu?". Marlyn pun yang terheran bertanya balik.

"Hmmm jadi gini Lyn, si Iqbaal ini anak baru. Baru 3 minggu disini". Jelas (namakamu) yang sekarang sudah angkat bicara.

"Baal, sebenernya Milan itu sepupu gua. Dia emang begitu orangnya, dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan. Walaupun harus menjatuhkan harga diri orang lain. Dia itu sebenarnya anak broken home. Kedua orang tuanya selalu sibuk dengan bisnisnya. Sehingga ia dibesarkan oleh para pengasuh, dan dia tumbuh menjadi gadis yang angkuh dan sombong".

"Terus kedua orang tuanya memiliki kepribadian yang sama? Maksud gua sifat yang sama kayak Milan?". Tanya Iqbaal.

"Enggak! Gak sama sekali. Justru kedua orang tuanya amatlah lembut dan penyayang". Titah Marlyn.

'Ngh...'
Suara lenguhan itu membuyarkan obrolan mereka.

"Steff, syukurlah lo udah sadar". Ucap (namakamu).

Suara lenguhan itu berasal dari Steffi yang telah sadar dari pingsannya.

"(Nam...) muka gua gimana?". Steffi pun kalang kabut, ia meraba-raba wajahnya untuk memastikan wajahnya baik-baik saja.

"Tenang Stef, gua udah kasih bubuk obat di wajah lo. Bentar lagi juga sembuh kok". Timpal Marlyn.

"Sumpah Lyn, lo sama Milan sifat nya beda banget. Bagaikan bawang merah dan bawang putih, by the way thanks ya". Ucap Steffi.

"Stef, gimana udah enakkan? Lo mau di sini aja atau balik ke kelas?". Tanya (namakamu) sembari menatap intens kedua mata Steffi.

"Balik ke kelas aja (nam...)". Jawab Steffi dengan sendu.

(Namakamu) mengangguk.
"Yaudah, yuk!". Dengan hati-hati (namakamu) membantu Steffi menuruni ranjang UKS dan memapahnya menuju kelas.

"Ckckck kasihan ya dia. Aduh itu mukanya udah kayak boneka Annabelle". Ledek Milan yang entah sejak kapan sudah ada di depan pintu ruang UKS.

"Ehh tutup ya mulut lo, lo tuh Annabelle nya!". Titah Iqbaal seraya menunjuk-nunjuk Milan.

"Ehh santai dong, mas!". Balas Milan seraya menepis telunjuk Iqbaal.

"Kok gua heran ya, kenapa sifat lo dan kedua orang tua lo bisa beda jauh banget! Bagaikan bumi dan langit. Kenapa ya orang tua lo yang amat baik bisa ngelahirin dayang iblis kayak elo". Cerca Iqbaal dengan nada santai tapi nyelekit.

Milan yang mendengar itu pun terheran. Bagaimana bisa seorang Iqbaal Vanendra Raja, anak baru di SMA Global International School bisa tau tentang dirinya. "Kok?".

"Milan, ikut gua!". Tiba-tiba Marlyn menarik tangan Milan untuk menjauh dari mereka pada.

"Gua gak nyangka, kenapa lo belum bisa berubah juga!". Marlyn membentak Milan, ia sudah amat jengah dengan kelakuan Milan. Yang semakin hari semakin jadi.

Milan hanya tertawa sinis.
"Why? This is my life! So, lo gak usah ikut campur!".

"Jelas gua harus ikut campur disini, karena gua bagian dari Toro Group, Keluarga Rusdiantoro! Gua gak mau nama Rusdiantoro tercemar jika tau salah satu anggota keluarganya tidak tau etika!". Jelas Marlyn.

"Ehh lo jangan salahin gua! Salahin Tante-Om lo! kenapa mereka gak bisa mendidik gua! Mereka hanya mendidik bisnis mereka!".

"Tapi seenggaknya lo berpikir lebih dewasa, Milan! Kalo yang lo lakuin selama ini tuh salah!".

"Lo gak pernah ngerasain apa yang gua rasain! Jadi mending lo diem aja, ya". Sahut Milan seraya menepuk-nepuk pelan pundah Marlyn.

"Terserah lo mau ngelak apa lagi! Yang penting lo jangan pernah mencemarkan nama Kakek, nama yang sudah membesarkan Toro Group!". Ucap Marlyn dan yang selanjutnya ia pergi meninggal Milan sendiri. Ia sudah amat lelah menasihati Milan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG

Jangan lupa VOTE ⭐ dan KOMEN 💬
📖
Jangan menjadi pembaca gelap 👤

~Ndi~

KEPUTUSAN HATI - (Namakamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang