Moment 3

2.6K 423 19
                                    


2 September 2018..

Di salah satu ruangan kecil dari apartemen tua pinggir Kota Seoul, terbaring lemah pemuda berkulit pucat diatas single bed putih miliknya. Memang sejak pagi tadi badan pemuda itu terasa berat. Rupanya flu menyerang kala cuaca yang semakin dingin.

Pemuda itu, Yoongi bahkan tidak menyangka tubuhnya bisa ambruk mengingat memang akhir-akhir ini jadwal makannya tidak teratur. Dan karena itu Yoongi mudah terserang flu.

Kepalanya sedikit pusing dan hidungnya tersumbat, membuat pernafasannya tidak teratur. Selimut lusuh yang setiap hari ia letakan di atas kursi kini sudah melilit tubuhnya seperti roti gulung, tapi angin musim gugur memaksa masuk lewat sela-sela jendela membuat tubuhnya semakin mengigil.

Disamping Yoongi, berdiri pria bertubuh lebih tinggi sedang menatapnya sendu. Taehyung tau pemuda yang sedang berbaring itu sedang membutuhkan pertolongan. Tapi entah karena ia terlalu polos, atau cahaya musim panas yang terlalu cerah sehingga membakar otaknya, apapun itu Taehyung sungguh tidak tau apa yang harus dilakukan.

"Hyung, apa ada yang bisa ku lakukan?" Taehyung duduk di pinggir ranjang.

Sebuah erangan lemah keluar dari mulut Yoongi, bahkan matanya masih terpejam, "Tidak perlu melakukan apapun, Aku hanya ingin tidur" terdengar tegas. Dan setelah kata-kata itu suasana kamar benar-benar hening.

...

"Yoongi-ya..

Jika saat itu sudah datang..

Dimana kita bisa bertemu dengan orang tua yang bisa menyayangi kau dan aku seperti anaknya sendiri.

aku yakin..

Kehidupan kita akan berubah..

Kehidupan kita akan lebih baik..

Kita akan selalu bersama

Aku janji"

----












Mata Taehyung tiba-tiba terbuka ketika suara tak asing masuk ke indra pendengarannya, itu suara Yoongi. Ini sudah hampir tengah malam, tidak heran dari lorong sepi tempat Taehyung duduk sekarang suara bisik Yoongi pun bisa terdengar dari dalam kamar. Tidak, bukan karena itu. Taehyung memang memiliki indra pendengaran yang melebihi orang lain.

Ia berdiri dan memutar knop pintu secara perlahan, berharap suara decitan pintu tidak menggangu istirahat Yoongi sekarang. Tapi sayangnya daun pintu didepannya tidak berpihak padanya. Suara decitan pintu itu membuat Yoongi menoleh kearahnya

"Hyung, apa kau mau minum?"

"Ne.."
Jawab Yoongi setengah berbisik.

Tidak menunggu aba-aba lagi, Taehyung segera mengambil air dan menuangkannya kedalam gelas yang ada diatas nakas. Ia memegang punggung Yoongi dan membantunya duduk bersandar pada kepala ranjang.

Pemuda yang sejak pagi belum turun dari ranjang itu meneguk habis air minum yang beberapa detik lalu Taehyung berikan. Sepertinya ia sudah sadar bahwa seharian ini tubuhnya belum menerima asupan apapun. Makanan atau minuman. Benar-benar pria yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri saat sedang sakit.

Jangan salahkan Taehyung yang sejak tadi hanya menunggu Yoongi terbangun di lorong apartemen. Sungguh ia tidak ingin mengganggu Yoongi yang sedang beristirahat, karena itu ia menunggu di luar. Pendengaran Taehyung yang tajam bisa mendengar apapun dari dalam kamar, sehingga ia tidak takut meninggalkan Yoongi sendirian.

Pandangan Yoongi masih belum fokus ketika kedua mata sipitnya mengerjap. Masih terlihat berbayang sampai ia memejamkan dan menggoyangkan kepalanya dengan kasar beberapa kali. Mencoba menormalkan pandangannya.

"Hyung, apa kau ingin makan?"

Yoongi menatap mangkuk diatas nakas, isinya sup ayam. Dari mana Taehyung mendapatkannya?

"Seorang pemuda memberikan sup ayam ini padaku"

Apa Seokjin hyung kesini?

"Siapa dia?" Tanya Taehyung.

Sudut bibir Yoongi naik, ia tidak menjawab apapun. Ia pikir jika menjawabnya sekarang kepala yang secara otomatis memutar kembali kenangan lama itu akan benar-benar pecah. Diambilah mangkuk sup ayam disampingnya, dan ia makan dengan lahap.

Taehyung menatap Yoongi heran, bahkan kepala yang ia miringkan sedikit itu menemani raut wajahnya yang penuh dengan tanda tanya. Ia sedih karena tidak mendapatkan jawaban yang berarti dari Yoongi tapi Taehyung juga tidak ingin terlalu mengungkitnya. Ia takut jika bertanya lebih jauh akan melukai hati Yoongi.

Dalam waktu sepuluh menit sup ayam dalam mangkuk itu sudah tidak bersisa. Beruntung, demam yang Yoongi derita tidak menyita nafsu makannya. Bahkan setelah tidur hampir seharian ia benar-benar lahap memasukan sup ayam itu kedalam mulutnya tanpa sisa.

"Taehyung-ah"
Suara Yoongi kali ini lebih bertenaga dari sebelumnya. "Apa pria yang memberikan sup ayam itu mengatakan sesuatu tentangku?"

Taehyung yang sejak tadi duduk di pinggir ranjang, bahkan ia melihat dengan seksama cara makan Yoongi yang terbilang cepat untuk ukuran orang sakit. Bola matanya memutar keatas dan mulutnya terbuka, itu yang Taehyung lakukan ketika sedang berpikir. Tidak perlu menunggu lama, ia menceritakan semuanya-

"Saat aku duduk di lorong tadi, seorang pria berpakaian casual datang menghampiriku. Ia membawa mangkuk itu dan memastikan apakah kau sakit atau tidak. Aku menjawabnya karena ia menyebut namamu. Tapi aku mengatakan bahwa kau sedang tidur sekarang. Ia juga bertanya siapa aku, tentu saja aku menjawab 'teman Min Yoongi'" senyum kotak Taehyung kembali terlukis dan ia melanjutkan ceritanya,

"dia hanya mengatakan 'Tolong jaga Yoongi' dan pergi begitu saja setelah memberikan sup ayam itu padaku" Taehyung menirukan cara bicara pemuda sup ayam yang baru pertama kali ia temui tadi sore.

Dan karena hal itu, tidak hanya tersenyum mendengar penuturan Taehyung saat menceritakan kisahnya hari ini, Yoongi bahkan tertawa manis ketika Taehyung menirukan gaya bicara Seokjin yang terlihat sok cool. Ia seperti melupakan siapa itu Seokjin.

Ya, Seokjin. Satu-satunya yang Yoongi miliki dan satu-satunya seorang penghianat yang muncul dalam kehidupannya.

"Ahaha.. bagaimana bisa kau menirukannya semirip itu?" Dan Taehyung hanya membalas dengan senyum kotak miliknya.

Sepertinya Yoongi belum tau bahwa hanya dengan memandang matanya saja Taehyung tau hyung nya itu tengah menyembunyikan pilu dibalik tawa manis yang entah sengaja atau tidak terlukis di bibir pucatnya

Dan didetik selanjutnya, suasana tiba-tiba terasa canggung, bahkan kedua manik Yoongi kesana kemari mencari titik pandang yang dapat mencairkan suasanan itu. Sampai akhirnya Yoongi menghela nafas, ia menggeser badannya yang seperti roti gulung itu ke area kasur yang masih kosong di sebelah kiri.

"Taehyung-ah, Maukah kau tidur bersamaku malam ini?"

...

Moment 3 -end-
.
.
.
.
.
.
.
.
.
tbc

©kumamonnyasuga

The Most Beautiful Moment In Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang