Jinan tersenyum, menikmati belaian angin yang menerpa kulitnya secara halus. Rooftop ini seakan menjadi teman yang baik saat Jinan ingin menyapa ketenangan, semestapun bahkan seperti ikut memeriahkan. Awan dipagi hari ini begitu bersahabat, lain dengan hari kemarin yang mendungnya tak bisa terbantahkan lagi.
Kakinya ia ayunkan perlahan, kaloborasi semesta ini mampu membuat Jinan betah berlama-lama disini. Bahkan Jinan tak sadar tas yang harusnya ia simpan masih setia berada dipundaknya.
Karena kebiasaan ini adalah salah satu ritual wajib yang harus ia lakukan.
"Nan!" ucap seseorang meneriaki namanya.
Jinan menggerutu, siapa yang berani merusak suasana yang sedang ia nikmati ini.
Ia menoleh, seorang lelaki berseragam sepertinya mendekat. Tersenyum tanpa tahu bahwa sekarang Jinan sedang menyumpahi orang tersebut dengan kesal.
Ia memutar bola matanya malas.
"Ngapain?" lelaki itu menepuk bahu Jinan lalu duduk di sebelahnya.
"Ganggu lo bin" ucap Jinan.
"Namaste"
Jinan tak menjawab. Ia malah memejamkan mata berusaha menetralisir semua kekacauan yang sedang terjadi di hatinya.
Ia selalu teringat dengan kejadian kemarin malam yang membuat Jisoo menangis. Ada apa dengan ayahnya? Ada apa dengan mereka? Mengapa Jisoo terlihat takut saat melihat ayahnya?
Entahlah, siapa yang akan menjawab semua pertanyaan itu. Kadang ia ragu dengan takdir, selalu memberi tanya tanpa ada jawab dibelakangnya.
"Yeh bukannya jawab, malah semedi!" Hanbin menyenggol bahu Jinan.
Lamunan Jinan buyar, ia berdecak kesal. "Diem sih lu bin"
"Lo napa? Bengong mulu? Uang kosan lu nunggak nan?"
"Gue ga ngekos babi" reflek Jinan menjitak kepala Hanbin, sedangkan yang di jitak hanya nyengir kuda sambil ngusap ngusap kepalanya yang sakit karena jitakan Jinan lumayan kencang.
"Ya kirain" jawabnya lalu membuang pandangan ke arah beberapa orang yang sedang berlalu-lalang di pagar sekolah.
Jinan mengangguk ngangguk. "Eh lo ga bareng sama Rose bin?"
Raut wajah Hanbin berubah, mengapa tujuannya menenangkan diri di rooftop malah menjadi yang sebaliknya.
"Eh btw jitakan lo keras juga ya nan"
"Udah deh gausah ngalihin pembicaraan, pasti ada apa apa ya lo sama si mawar"
"Ntar nan. Ko gue berasa nyut nyutan ya habis di jitak sama lo, jangan-jangan jatuh cinta nih" Hanbin menyenggol Jinan dengan senyumnya yang canggung.
"Basi lo, kaya pindang kemaren yang baru gue buang"
Hanbin berdiri dari duduknya. "Gue ke kelas dulu ya nan!"
Jinan menahan tangan Hanbin, lalu berdiri menghalangi jalannya. "Jangan buat gue khawatir deh! Lo ada apa?!"
"Kok lo malah nyolot?" ketusnya menepis tangan Jinan kasar.
Hanbin pergi dengan nafas yang berderu, ia paling tidak suka jika seseorang memaksa untuk mencampuri kehidupannya.
Selepas itu, seseorang merutuki dirinya sendiri. "Sialan salah ngomong deh gue"
"Udahlah, gue ga tau Hanbin marah sampe berapa lama sama gue"
oOo
Hanbin berjalan dengan kaki yang ia hentak-hentakan, membuat beberapa pasang mata menatapnya dengan pandangan heran.
Pikirannya melayang, mengapa hari ini orang-orang begitu menyebalkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay -bp ikon
Fanfiction[masa revisi] Kadang ekspetasi tidak seindah realita, kadang nasi tidak seenak boled jawa. ❝Lo bukan Albert Einstein, apalagi Thomas alva edision, tapi kenapa lo bisa menemukan bagian terpenting di hidup gue?❞ "Apaan?" "Kamu" Sejenak laki laki itu t...