[oneshoot] Aku Capek

62 9 2
                                    

Langkah kaki Aria terlihat sangat lemah. Bahunya bungkuk, menahan beban dari ranselnya yang entah kenapa selalu terasa berat di penghujung hari. Kepalanya pening, akibat belum makan sejak siang hingga malam menjemput. Kedua tungkainya ia paksa melangkah menuju kamar tidurnya. Begitu bertemu dengan benda yang ia rindukan sepanjang hari ini-ranjang maksudku-, Aria langsung saja merebahkan tubuhnya tanpa aba-aba di atas sana. Ia memejamkan kedua matanya. Otaknya kembali memutar apa saja yang terjadi hari ini hingga membuatnya kelelahan setengah mati.

Ia bangun pukul lima pagi, Sehun-suaminya-masih tertidur lelap. Begitu bangun, ia melakukan kewajibannya sebagai seorang istri. Memasak sarapan. Lalu ia pergi bekerja. Aria bekerja sebagai sekretaris seorang desainer, by the way. Saat jam makan siang, Oh Sehun sudah menelepon dia dan nengatakan akan menjemput Aria agar mereka berdua bisa makan siang bersama. Namun atasan Aria menghalangi rencana keduanya dengan mengatakan bahwa ia membutuhkan Aria sekarang karena pelaksanaan fashion show tinggal dua hari dan masih banyak yang perlu di siapkan. Jadi Aria menolak tawaran Sehun, memilih mendengarkan kicauan cerewet sang atasan. Hari ini juga, dia terlalu banyak minum kopi, mengingat ia kurang tidur akhir-akhir ini. Saat senja, waktunya pulang, Aria masih harus melakukan beberapa final check untuk gedung tempat pelaksanaan fashion show sang atasan. Semua akan berjalan lancar jika saja supir taksi yang ia naiki tidak salah jalan dan membuat mereka harus berbalik arah yang memakan waktu hampir sejam. Hal itu membuatnya sampai di rumah saat jarum jam menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas.

"Ah," Aria memegang perutnya. Meringis mendengar suara dari dalam perutnya. "Aku lapar sekali."

Maka Aria bangkit, kembali memaksakan kedua tungkainya melangkah ke dapur. Ia berencana akan memasak ramen saja. Terlalu lelah baginya memasak nasi dan memasak lauk. Aria mengambil bungkus ramen dari raknya, dan memasukkan ramen tersebut ke dalam air panas yang tadi ia didihkan. Sembari menunggu, ia mencari mangkuk untuk tempat ramennya.

"Kenapa lama banget, sih, masaknya?" Ia kembali meringis ketika mendengar perutnya kenbali berbunyi.

Tak lama kemudian, ramen tersebut masak. Senyum kecil terukir di wajah Aria. Gadis itu segera menaruh ramennya dari panci ke mangkuk yang telah ia siapkan.

"Sudah siap!"

Aria mengangkat mangkuk kaca itu. Bodohnya Aria. Mangkok itu panas sekali, dan Aria tidak menggunakan-

PRAAANG

-pelindung tangan sama sekali.

"Aria, kamu kenapa?!"

Aria menoleh begitu mendengar suara panik sang suami yang baru saja pulang dari kantor. Oh Sehun langsug menaruh tas kerjanya dan melepas dasi juga jas hitamnya. Kemudian melangkah mendekati istrinya.

Sementara Aria, gadis itu hanya diam membisu. Sibuk membersihkan serpihan kaca di lantai.

Sehun berjongkok, "kok bisa jatuh, sih?"

Aria hanya diam.

"Kamu ga pakai pelindung tangan, ya? Kan sudah aku bilangin berkali-kali, kalau megang apa aja yang panas harus pakai pelindung tangan," pria itu mengomel.

Aria tetap membisu.

"Kamu memang gitu. Kalau di kasih tahu, ga di dengarin. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri," dan siapa pun berani bersumpah. Saat ini Oh Sehun terlihat seperti seorang ibu yang memarahi anaknya.

Aria yang sedari tadi hanya diam, meringis begitu salah satu serpihan kaca tak sengaja melukai jari nya. "Aw!"

Sehun menoleh, mendapati Aria memegang jari telunjuknya yang mengeluarkan darah. Sehun langsung mengambil jari itu, mengisap darah yang keluar. Kemudian ia mengecupnya lembut, "gak sakit lagi, kan?"

[oneshoot] Aku Capek ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang