Setiap hari membosankan, setidaknya itu yang ku rasakan semenjak tak pernah lagi berlibur ke suatu tempat, libur panjang atau pun tidak sama saja karena memang aku tinggal di tempat kelahiran ku. Auryn Ninda Kirana adalah nama ku saat ini ga tahu kalau kedepannya akan berubah jadi seperti apa, belum dipikirkan. Aku merupakan anggota paling muda yang ada dirumah, ya maksudku aku anak terakhir dari tiga bersaudara.
Entah mengapa jadi terakhir padahal aku mendengar Mama dan Papa ku berencana bahwa aku akan menjadi anak yang pertama, namun aku kalah cepat dengan Bobby yang sering ku sebut sebagai abang karena mampu melewati ku seperti pembalap dan menempati posisi pertama lalu menyusul seorang kakak yang bernama Eci dan berhasil menduduki posisi kedua. Akhirnya aku berada di posisi ketiga dalam arena kelahiran.
Mama ku berprofesi di sekolah smp ku sebagai guru bahasa Indonesia, anehnya tak hanya di sekolah ia berbicara dengan bahasa yang baku namun sampai dibawa ke rumah dan papa ku dulunya merupakan guru bk yang terkenal sangar di tempat ku bersekolah saat ini, semenjak ia meninggal tak ada lagi guru sangar di sekolah itu. Dulunya jika dia berjalan semua muridnya tunduk dan tak ada satupun yang berani menatapnya, tapi kurasa sekarang berbeda semenjak tak ada dirinya, sekolah ku terasa sunyi, entah memang benar atau hanya sekedar perasaan ku saja
Minggu adalah hari yang paling di tunggu siswa sekolahan karena weekend dan bisa santai dirumah namun tidak bagi diriku. Aku merasa sangat kesal pagi ini dan aku menunjukkan amarah yang terlihat dari kerutan di wajah ku.
"Apasih, sok banget jadi orang" gumam ku dalam hati
Aku baru saja mengakhiri pertengkaran dengan seorang lelaki yang menyebalkan lalu pergi menuju kamar dan menatap layar ponsel ku berharap ada yang bisa membuat suasana hati ku lebih baik dari perasaanku yang sekarang ini.
Dan ternyata benar, ada seorang yang bisa membuat ku senang melalui ponselku ini sampai aku tersenyum karenanya. Siapa dia? Dia lelaki bernama Farchan dan bukan orang asing bagiku, sudah lama tak mendengar kabarnya terakhir kali aku bertukar kabar dengannya sekitar setahun yang lalu.
Aku mengenalnya berawal dari seniorku yang mengenalkannya kepada ku aku tak tau apa tujuannya, hanya sekedar berteman saja bolehlah menurutku. Aku tak berfikiran buruk tentang sikap seniorku yang sangat mendadak menyuruhku berkenalan dengan lelaki yang satu ini.
Farchan Muhammad merupakan nama lengkap lelaki yang satu ini, sedikit yang ku ketahui tentang dirinya tapi gapapa itu ga masalah bagi ku. Lelaki ini sering ku panggil dengan sebutan Farchan ia menetap di Jawa Barat bersama keluarganya beserta tetangganya, tak lupa pula warga yang menetap di Bandung.
Dia di lahirkan dari rahim seorang perempuan bernama Rini dan ditemani dengan 2 orang saudaranya, ayahnya bernama Rahmat yang ku ketahui bekerja di kantoran. Tak banyak yang ku ketahui tentang dirinya dan kehidupannya jika dia tak mau memberitahu pada ku, itu hak nya aku tak bisa memaksa karena aku ga punya hak penuh atas dirinya.
Dulu aku tak menganggap penting dari keluarga mana dia, apakah dia rupawan atau apa saja kemampuan nya, bagiku selagi dia mau berteman baik padaku, kenapa tidak?
Aku pun bukan orang yang memandang sifat atau materi seseorang untuk berteman dengan ku. Dia memliki sifat yang bisa membuat orang lain bahagia dan tertawa ya bisa di bilang dia humoris tapi entah aslinya, aku belum mendalami pribadi yang satu ini karena dia sedikit misterius bagiku entah bagi kalian nantinya. Dia memiliki umur yang lebih muda satu tahun dariku, karena dia memang tak mau lahir di tahun yang sama dengan ku jadi dia memutuskan untuk lahir lebih lama.
Itu lah lelaki yang membuat ku tersenyum lebar hari ini, membuatku sedikit nyaman berteman dengan nya karena memang dia orang yang santai dan humoris, siapapun orang yang di dekatnya akan santai jika bersama nya. Nanti kalian akan tahu bagaimana sifatnya dan bagaimana kelanjutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance, love and you
Teen FictionSepasang kekasih yang menjalin hubungan jarak jauh dan tak pernah bertemu namun saling merindu Tak mudah dan banyak rintangan bagi sepasang kekasih yang satu ini, entah bagaimana akhir dari hubungan mereka Ninda: "mulai hari ini aku mencintaimu deng...